Home OMK Pewarta milenial Persekolahan Santo Dominikus bagikan refleksi ‘cinta’ lewat Instagram  

Pewarta milenial Persekolahan Santo Dominikus bagikan refleksi ‘cinta’ lewat Instagram  

0
Instagram1
Salinan akun instagram fransisca_mayang

“Seorang tidak dapat mengasihi orang lain sebelum mengasihi Tuhan,” tulis seorang pelajar dalam sebuah Instagram yang dibagikan dalam akun Dominican Youth Gathering (DYG) 2020 #dyg2020 seraya menambahkan bahwa dia berniat “membuat hal kecil dengan hati yang besar.”

Posting refleksi dari Stella tentang cinta dan kehendak menjadi “a preacher” dan “the light” itu serta beberapa postingan yang dikutip tulisan ini berdasarkan studi tentang “pewarta milenial” yang disampaikan Frater Robertus Silveriano (Ferry) OP untuk anak SD, Frater Alexander Detayoga OP untuk anak SMP, dan Frater Ophin Geor OP untuk anak SMA dalam DYG 2020 yang diikuti 648 pelajar SD, SMP dan SMA dari persekolahan yang dijalankan Yayasan Santo Dominikus Cabang Yogyakarta, Purwokerto, Cirebon dan Cimahi di Persekolahan Santo Dominikus Cimahi, 8-11 Januari 2020.

Posting stella_christie_ itu diperkuat oleh victordonny dengan mengatakan bahwa lewat studi itu dia belajar untuk “berbuat baik kepada siapa pun walau sering diacuhkan” serta berniat “melakukan kebaikan dan sering menebar kebaikan melalui informasi teknologi.”

Selanjutnya, deoxdzzzzz mau “berdoa agar menjadi pewarta milenial dan menyebarkan kegembiraan serta kebenaran,” v_jovan.r menjelaskan “pewarta milenial bukan hanya penikmat internet semata tetapi mampu menyebarkan kabar sukacita dan kebaikan bagi sesama,” sehingga menjadi berkat bagi umat seluruh dunia serta saksi Kristus, dan gracia_nathasja mengajak sesama untuk percaya diri agar “pewarta milenial bisa menikmati kesuksesan dan menyebarkan informasi yang sudah jelas kebenarannya.”

Frater Ferry mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa dalam materinya dia menegaskan bahwa pewartaan tidak hanya lewat kata-kata, tetapi tindakan. Juga diberikan teladan pewartaan lewat kisah anak laki-laki yang memberi bekal lima roti dan dua ikan yang mengandung pelajaran “preaching is sharing and giving.”

“Saya mengisahkan teladan Beata Joanna dari Aza, ibu dari Santo Dominikus, yang suka berderma kepada orang miskin, bahkan memberikan persediaan anggur keluarga. Suatu saat persediaan anggur habis lalu ia berdoa dan Tuhan membuat bak anggur penuh kembali,” katanya.

Tujuan postingan di Instagram itu, kata Fransiska Maya Edwina Indrasanti, guru SD kelas 3 dari SD Santo Yusuf Cimahi, kepada PEN@ Katolik,  “agar pewarta milenial mulai dari aplikasi yang paling dekat mereka.” Anak-anak SMP, jelasnya, umumnya punya akun Instagram.

“Ternyata, kalau anak-anak diberi materi, mereka bisa membuat refleksi. Sharing refleksi mereka dan hal-hal positif lewat Instagram membuat kita bangga,” kata Maya sebagai penanggung jawab program itu seraya berharap anak-anak pelajar tidak hanya bisa menulis dan mengatakan refleksi, “tetapi melakukan apa yang mereka tulis dan katakan.”

Tema cinta memenuhi postingan Instagram. “Cinta adalah awal,” tegas beberapa pelajar. Akun fransisca_mayang menulis “Cinta adalah awal, awal kehidupan dan awal keselamatan,” dan “Berani mengawali dan mengakhiri adalah proses pendewasaan diri. Nikmati proses dan hadapi setiap tantangannya.”

Dia mengakui, kehidupan tak selamanya mulus dan dihiasi lampu gemerlap. “Terkadang kehidupan harus melalui jalan berliku, bergelombang dan gelap. Itulah hidup, kadang naik dan kadang turun. Namun segala tantangan harus kita hadapi untuk pendewasaan diri,” tulis Fransisca seraya mengajak teman-temannya untuk percaya kepada Tuhan yang akan selalu mendampingi dan siap menuntun kita pada jalan-Nya.” Lebih jauh dia mengajak teman-teman menjadi “orang yang berani keluar dalam kegelapan karena hanya orang itu yang dapat melihat indahnya bintang dan bulan di langit malam.”

Refleksinya didukung oleh rflorencio04. “Cinta adalah awal kehidupan dan awal keselamatan. Itulah tujuan Allah mengirim Kristus ke dunia, karena Dia mencintai kita dan rela mati untuk menyelamatkan kita yang berdosa,” kata Florencio seraya mengingatkan, pewarta milenial harus mulai dengan hal kecil, misalnya membagikan refleksi di medsos.

Love is the beginning of life. Love is the beginning of salvation.” Itu clarita_sakti setelah dia belajar dari para frater bahwa “Tuhan selalu mencintai dan mengasihi kita dari dulu hingga sekarang dan kasihnya tidak akan pernah padam.”

“Cinta adalah awal kehidupan dan cinta adalah awal keselamatan,” juga dipelajari oleh amandamalia_17 dan naomii21. Lebih jauh Amanda belajar, Santo Dominikus mencintai Tuhan dengan cara menjadi pewarta serta terang bagi dunia, dan Naomi menemukan, “dengan cinta kita belajar cara membalas cinta orang lain.” Sebagai pewarta milenial, Amanda akan “gunakan medsos dengan baik dan menyebarkan hal-hal positif dan bermanfaat bagi banyak orang,” dan Naomi akan “berhati-hati menggunakan medsos dan tidak akan mudah percaya pada hal yang belum pasti.”

Masih tentang cinta, bungalidia_putri7 menyadari, “dengan cinta kita dapat mengenal satu sama lain, tanpa memandang fisik,” dvna_a_ belajar bahwa “yang kita sampaikan adalah apa yang kita hidupi,” dan jika seseorang mengasihi Kristus maka dia juga harus mengasihi sesama,” dan along_sky554 sadar bahwa “Cinta kasih sangat penting dalam kehidupan yang diberikan oleh Tuhan” dan “meskipun kita mencari Tuhan hanya pada saat butuh, tetapi Tuhan tetap mengasihi kita tanpa imbalan apapun.”

Sementara itu, yosicca.sian belajar memilah mana hal yang baik dan buruk. “Tentunya sebagai generasi milenial saya harus berubah menjadi yang terbaik, dan menggunakan handphone dan teknologi dengan bijak, yakni “menyebarkan cinta kasih dan membawa kabar sukacita untuk semua.”

“Aku belajar lebih peka dan cara menjadi pewarta milenial,” kata fiorenzwaaa yang berjanji “menggunakan medsos dengan bijak, lebih peka terhadap hoax, tidak terlalu terpaku pada handphone dan lebih memperhatikan kehidupan nyata.” Menjadi pewarta milenial yang baik dan benar dengan cara berdoa sebagai sumber kekuatan, diungkapkan oleh tip_ex0 yang berniat “menyebarkan kebaikan dan menjauhi keburukan serta bersikap kritis tetapi sopan.”

Dalam akunnya, yosefa.tyaa_ menulis, mewartakan Injil bukan hanya tugas kaum klerus namun kita semua, alexwinur02 percaya bahwa cinta kasih seseorang terhadap kita lebih besar dari orang yang kita kasihi, dan akan “membawa kabar sukacita untuk semua orang, bukan kabar hoax,” dan lanjut given_snbrb, “saya akan menjaring semua informasi yang saya dapat agar berita hoax berkurang.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Artikel Terkait:

Peserta Dominican Youth Gathering diajak berdoa tekun, berbicara benar, bertindak penuh kasih

Frater-frater sedang memberikan materi tentang pewarta milenial (Gambar diambil dari akun Insta ewald_okt)
Fransiska Maya Edwina Indrasanti, guru SD kelas 3 dari SD Santo Yusuf Cimahi: agar pewarta milenial mulai dari aplikasi yang paling dekat (PEN@ Katolik/pcp)
Frater Robertus Silveriano (Ferry) OP: pewartaan tidak hanya lewat kata-kata, tetapi tindakan (PEN@ Katolik/pcp)

Sebagian peserta diabil dari Insta ruben_maximillian

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version