Setelah membaptis beberapa bayi dari karyawan Vatikan di Kapel Sistina, Vatikan, sebagai tradisi tahunan pada Pesta Pembaptisan Tuhan, Paus Fransiskus mengatakan kepada para peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk doa Angelus bahwa orang-orang Kristen dewasa ini harus mengadopsi sikap Yesus yang lemah lembut dan sederhana.
Paus meminta kepada orang-orang yang hadir dalam Angelus, 12 Januari 2020, untuk berdoa bagi anak-anak kecil dan keluarga mereka, dan Paus merenungkan liturgi hari itu, yang menceritakan Pembaptisan Yesus sesuai Injil Matius.
Sang Penginjil, kata Paus, menggambarkan dialog antara Yesus – yang meminta untuk dibaptis – dan Yohanes Pembaptis, yang terkejut dengan permintaan ini karena ia tahu bahwa Mesias tidak perlu penyucian; dan faktanya, dialah yang perlu dibaptis oleh Tuhan.
Tetapi Allah, kata Paus, adalah Yang Kudus: “Jalan-Nya bukanlah jalan kita, dan Yesus adalah Jalan Allah, jalan yang tidak dapat diprediksi.” Seraya menjelaskan bahwa Anak Allah datang untuk menjembatani jarak antara manusia dan Allah, Paus mengatakan, “Jika Yesus sepenuhnya di sisi Allah, Dia juga sepenuhnya di sisi manusia.”
Karena itu, lanjut Paus, Yesus menjawab kepada Yohanes “Biarkanlah sekarang, karena dengan demikian sudah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah, yang datang karena kepatuhan anak dan solidaritas dengan kemanusiaan yang lemah dan berdosa. Itulah jalan kerendahan hati dan kedekatan Allah dengan anak-anak-Nya,” kata Paus.
Paus menjelaskan, Yesus memenuhi misi-Nya di dunia dengan gaya yang bertentangan dengan semangat dunia: “Ini adalah sikap orang yang lemah lembut, dan inilah yang Yesus ajarkan kepada kita dengan kerendahan hati-Nya, kelembutan-Nya: sikap kesederhanaan, penghormatan, tidak berlebih-lebihan dan ketersembunyian, yang juga dituntut dari para murid Tuhan dewasa ini.”
Sayangnya, kata Paus, banyak orang menjadi sombong karena menjadi murid Tuhan; dan ini bukan murid Tuhan yang baik. Sebaliknya, “murid yang baik adalah yang rendah hati, yang lemah lembut, yang berbuat baik” tanpa menunjukkannya. Orang-orang Kristen dipanggil untuk “pergi keluar bertemu orang lain dengan selalu menganjurkan, bukan memaksakan, memberikan kesaksian, dan berbagi kehidupan nyata,” kata Paus.
Segera setelah Yesus dibaptis di Sungai Yordan, lanjut Paus, langit terbuka dan Roh Kudus turun ke atas-Nya dalam bentuk seekor merpati, dan terdengar suara bergema dari atas sambil berkata: “Inilah Putera-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah aku berkenan.”
Paus mengakhiri sambutannya dengan mengingatkan orang-orang yang hadir bahwa dalam Pesta Pembaptisan Tuhan, kita menemukan kembali Pembaptisan kita sendiri. “Sama seperti Yesus adalah Putra terkasih Bapa,” katanya, “kita juga, dilahirkan kembali dengan air dan Roh Kudus, tahu bahwa kita adalah anak-anak yang terkasih, objek kesenangan Bapa, saudara dan saudari di antara banyak saudara dan saudari lainnya, yang dipercayakan dengan misi besar untuk menyaksikan dan menyatakan kasih Bapa yang tak terbatas kepada semua pria dan wanita.”
Bagi yang tidak tahu kapan mereka dibaptis, Paus mengusulkan “pekerjaan rumah” untuk mencari tahu tanggal pembaptisan mereka. Dan kemudian, Paus meminta mereka merayakan tanggal Pembaptisan mereka setiap tahun dan mengingatkan semua orang bahwa itu “juga merupakan tugas keadilan bagi Tuhan yang telah begitu baik kepada kita.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Linda Bordoni/Vatican News)
Terima kasih Tuhan Yesus