Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Yusuf, sang Pria Beriman, menjalankan misi untuk membesarkan Anak Allah

Biarkan Bunda Beristirahat
Biarkan Bunda Beristirahat

(Renungan berdasarkan Bacaan Injil Minggu Keempat Adven [A], 21 Desember 2019: Matius 1: 18-24)

Beberapa hari yang lalu, ada sebuah gambar kelahiran Tuhan Yesus yang menjadi viral. Judul gambar itu adalah, “Biarkan Bunda Beristirahat”. Karakter utama gambar itu adalah Yusuf menggendong Bayi Yesus sementara Maria beristirahat. Gambaran itu menunjukkan kepada kita aspek yang jarang tersentuh dari kelahiran Yesus. Seringkali, kita memusatkan perhatian pada Yesus bersama Maria, ibu-Nya, yang kita hormati karena kesediaannya mengandung Yesus di rahimnya, meskipun begitu banyak bahaya dan kesulitan, dan tetap menjadi murid setia Yesus sampai akhir. Namun, gambar itu membawa kita kepada karakter penting lain yang sering kita abaikan, Santo Yusuf, sebagai orang beriman.

Jika Tuhan telah memilih dan mempersiapkan wanita yang paling cocok dalam sejarah manusia untuk menjadi ibu dari Anak-Nya, logika yang sama juga mengatur pilihan ayah angkat Yesus. Orang yang paling cocok dipilih untuk tugas besar namun luar biasa ini jatuh ke tangan Santo Yusuf.

Sayangnya, kita tidak tahu banyak tentang Yusuf. Matius hanya memberi informasi yang sangat sedikit, tetapi dari sedikit pengetahuan ini, kita bisa mengekstraksi beberapa kebenaran penting. Pertama, Yusuf berasal dari keluarga Daud. Ini berarti, setiap anak yang ia terima secara hukum akan menjadi bagian dari keluarga Daud . Yusuf adalah mata rantai yang menghubungkan antara Yesus dan Daud, dan dengan demikian, kelahiran Yesus akan menggenapi nubuat bahwa Mesias akan datang dari garis keturunan Daud.

Kedua, dia seorang tukang kayu, dan menjadi tukang kayu bukanlah pekerjaan yang menjanjikan untuk bertahan hidup di Palestina abad pertama. Namun, Yusuf tahu betul, kerja keras, ketelitian, dan kesempurnaan adalah bagian dari pekerjaannya. Kehidupan sulit adalah rutinitas harian bagi Yusuf. Tuhan tahu, untuk membesarkan Anak-Nya perlu banyak pengorbanan, dan Yusuf, sang tukang kayu, sanggup menghadapi tantangan itu.

Menerima dan membesarkan anak yang bukan miliknya, tentu merupakan panggilan sulit, tapi Yusuf mematuhi kehendak Allah yang telah dinyatakan dalam mimpinya, “Jangan takut untuk mengambil Maria sebagai istrimu.” Selain itu, Yusuf memastikan bahwa misi ini akan tuntas. Dari gambar “Biarkan Bunda Beristirahat” tampaknya Maria baru saja melahirkan Yesus dan proses melahirkan tentu menguras tenaga. Maria kelelahan. Yusuf mengambil alih tanggung jawab merawat bayi Yesus, sementara Maria mendapatkan kesempatan beristirahat. Ini hanyalah satu contoh konkret kecil bagaimana Yusuf menjalankan misi yang diberikan Allah untuk membesarkan Anak Allah. Tentu saja, tugasnya tidak hanya diwujudkan dalam peristiwa ini. Dia melindungi Maria dan Anaknya dari bahaya, terutama dari ancaman Herodes Agung yang akan membunuh Yesus. Selama sisa hidupnya, Yusuf akan bekerja keras untuk menyediakan, mendidik, dan membesarkan Yesus sebagai seorang manusia yang siap memberikan hidup-Nya untuk semua.

Seperti Maria, Yusuf juga tidak mengerti mengapa ia harus jadi ayah dari anak orang lain, mengapa ia harus mempertaruhkan nyawanya dan masa depannya untuk seorang putra yang bukan anaknya? Namun, seperti Maria, Yusuf memiliki iman dan menerima kehendak Allah dalam hidupnya. Tidak hanya sekadar menerima kehendak Tuhan, tetapi juga memastikan bahwa dia memberikan yang terbaik dan membuat rencana Tuhan terwujud.

Kita sering tidak mengerti apa rencana Tuhan untuk kita. Kita tidak tahu kemana Tuhan akan membawa kita. Namun, seperti Maria dan Yusuf, kita dipanggil untuk menjadi pria dan wanita beriman, menerima rencana Allah sebagai rencana kita sendiri dan membawa kehendak-Nya ke dalam kesempurnaan.

Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini