Tarekat MSC (Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu) lahir 8 Desember 1854. “Di HUT ke-165 Tarekat MSC ini, kita pantas bersyukur kepada Tuhan atas begitu banyak rahmat yang Tuhan limpahkan kepada kita,” kata Superior Daerah MSC Sulawesi dan Kalimantan Timur Pastor Stephanus Berty Tijow MSC.
Pastor Berty berbicara dalam homili Misa “MSC Family Day” memperingati 165 Tahun Tarekat MSC yang dipimpinnya bersama Uskup Emeritus Manado Mgr Yos Suwatan MSC, Superior Skolastikat MSC Pineleng Pastor Ansel Jamlean, dan dua puluh iman lain, serta sekitar 300 umat di Kapel Skolastikat MSC Pineleng, Sulawesi Utara 7 Desember 2019.
Menurut Pastor Berty, ada enam hal yang membuat para biarawan MSC pantas bersyukur. Pertama, “Gereja meneguhkan apa yang diyakini umat tentang Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa Noda Dosa, tanpa dosa asal, dengan memaklumkan Dogma Maria Immaculata tanggal 8 Desember 1854.”
Bagi Pastor Jules Cheavalier yang mendirikan Tarekat MSC, jelas Pastor Berty, peristiwa itu adalah tanda peneguhan dan restu Allah akan niatnya untuk mendirikan tarekat yang akan menyebarluaskan kasih Allah lewat Yesus, putra-Nya ke seluruh dunia.
“Ketika itu Cheavalier menerima sejumlah uang dari seorang umat Allah melalui Gereja dan melalui manusia atau peristiwa menyatakan penyertaan-Nya atas apa yang dipikirkan manusia dan yang berkenan kepada-Nya,” kata Pastor Berty.
Kedua, “dari tarekat kecil yang muncul di Issoudum, kota kecil di Prancis Tengah, dan dari seorang imam diosesan muda, Pater Cheavalier, telah muncul tarekat yang kemudian menyebar luas ke seluruh penjuru dunia untuk mewartakan kasih Allah kepada dunia.”
Karena tarekat yang mengutus anggota-anggotanya ke seluruh dunia ini, kata imam itu, “kita dan nenek moyang kita lebih mengenal, mengalami, merasakan dan mengambil bagian dalam misi yang sama.”
Ketiga, menurut Pastor Berty, “umat di Keuskupan Manado, sejak 99 tahun lalu merasakan sentuhan kasih Allah lewat anggota Tarekat MSC yang tiba di Manado, 2 September 1920. Dari momen serah terima dengan misionaris Serikat Yesus, 7 September 1920, tanah kita disirami pewartaan kasih Allah lewat Hati Kudus Yesus. Yang ditanamkan itu membuat kita semua bersyukur bahwa hingga kini ratusan anak-anak negeri ini terpanggil mengambil bagian dalam misi tarekat ini.”
Keempat, “rasa dan hidup keterpanggilan anak-anak negeri ini, dari dulu hingga sekarang membentuk kita menjadi keluarga besar MSC,” kelima, “kita mau pererat persaudaraan keluarga besar MSC yang sudah terjalin, kita mensyukuri pengalaman suka dan duka dengan komitmen untuk hidup lebih saling mengenal, saling mendukung, saling mengambil bagian dalam suka dan duka sebagai satu keluarga.” Sedangkan keenam, “kita bersyukur bahwa kerinduan dan harapan kita untuk hidup sebagai satu keluarga diteguhkan oleh bacaan Yesaya 66:10-14 dan Injil Matius 28:16-20.”
Setelah Misa, mereka membuat kelompok diskusi membicarakan langkah-langkah konkret demi mengakrabkan persaudaraan keluarga MSC. Kelompok-kelompok itu terdiri dari kelompok alumni dan kelompok orangtua atau wali konfrater MSC. Acara MSC Family Day itu dilaksanakan oleh Panitia Peringatan 100 Tahun MSC di Sulawesi.(PEN@ Katolik/A. Ferka)