Home KEGEREJAAN Oblat kembali berkomitmen menjawab kebutuhan orang miskin dengan wajah baru mereka

Oblat kembali berkomitmen menjawab kebutuhan orang miskin dengan wajah baru mereka

0
OMI
Peserta Pertemuan Oblat Provinsi Indonesia (Foto dari omiindonesia.org)

Menyadari keberadaan saat ini, Provinsi Oblat Maria Imakulata (OMI) Indonesia kembali berkomitmen pada arah yang berasal dari akar karisma mereka “hanya melalui dan dalam komunitas (kehidupan religius), kita mewartakan Injil demi menjawab kebutuhan orang miskin dengan wajah baru mereka (kehidupan misionaris).

Demikian komitmen hasil Pertemuan Oblat Provinsi Indonesia yang dilaksanakan di Rumah Retret Maria Imakulata, Kaliori, Jawa Tengah, 4-8 November 2019, yang dilaporkan dalam bahasa Inggris di website OMI Provinsi Indonesia, 22 November 2019, oleh Pastor Antonius Widiatmoko OMI. Pertemuan itu dihadiri oleh 31 imam Oblat di Indonesia.

Untuk mencapai tujuan itu, mereka sepakat mengikuti dua kriteria sebagai arah mencapai pembaruan komunal yakni, pertama, kehidupan religius yang ditandai dengan kehadiran dua atau tiga (imam atau bruder) yang hidup di bawah satu atap membangun komunitas misionaris kerasulan, dan kedua, melalui dan dalam komunitas itu, kehidupan misionaris kerasulan harus ditandai dengan pelayanan kepada orang miskin terutama kebutuhan mereka akan keselamatan.

Kedua kriteria itu menjadi pedoman bagi setiap komunitas guna membantu para Oblat dalam pencermatan komunal mereka dan beberapa proposal yang berdasarkan prioritas kerasulan. “Provinsial dan dewannya pasti akan menggunakan semua karisma ini untuk pertimbangan lebih lanjut mereka dalam setiap langkah membuat keputusan strategis guna membantu proses pembaruan diri di saat Provinsi meraih pencapaian praktisnya,” tulis laporan itu.

Oblat Indonesia kini berkarya di enam keuskupan, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Agung Samarinda dan Keuskupan Sintang. Sebagian besar misionaris itu bekerja di paroki, sementara hanya sedikit di formasi (pembinaan) OMI serta di yayasan sosial, rumah retret, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Menurut web itu, dalam pertemuan itu, semua peserta menyadari pentingnya penyeimbangan antara aspek kehidupan religius dan kerasulan misionaris di setiap komunitas Oblat.

“Kami menyadari, ada beberapa Oblat yang hidup sendiri (22,5%). Mereka tampaknya sangat menekankan semangat misionaris tetapi cenderung mengabaikan aspek kehidupan masyarakat. Besarnya permintaan untuk karya kerasulan menghabiskan banyak energi mereka. Sebagai provinsi, kami sadar akan perlunya serius melakukan pertobatan bersama, karena OMI mengidentifikasi komunitas religius dan misionaris bisa dijalani seidealis mungkin,” tulisnya.

Dibagian akhir laporan itu dikatakan bahwa untuk mendukung proses pertobatan itu, Provinsi menegaskan kembali keputusan para Oblat sebelumnya yakni bahwa panggilan dan formasi masih menjadi prioritas pertama dan utama Provinsi itu.

“Proses pembinaan yang baik serta rekrutmen panggilan diharapkan menghasilkan Oblat-Oblat muda yang baik yang berkomitmen menjalani kehidupan komunitas religius dan aspek-aspek misionaris dari OMI. Sangat dihargai bahwa peningkatan jumlah panggilan Bruder Oblat di Provinsi merupakan solusi strategis yang langsung untuk membangun kehidupan komunitas yang ideal dalam hal jumlah Oblat di setiap komunitas,” tulisnya.

Akhirnya, tegasnya, setiap komunitas diarahkan untuk menjalani kualitas kehidupan komunitas yang baik sebagai bagian integral dari karisma Oblat dengan mempraktikkan doa harian bersama, makan bersama, hidup bersama dalam komunitas, dan dengan demikian membuat beberapa keputusan-keputusan kerasulan strategis bersama.

“Setiap komunitas akan terus didorong untuk mengupayakan keberlanjutan finansial yang relatif, dengan mempertimbangkan aspek spiritual dari manajemen keuangan itu sendiri. Dan, melalui pencermatan bersama, setiap komunitas akan menemukan dan mengenali kehendak Tuhan yang menuntun para Oblat untuk menjawab kebutuhan kaum miskin di masing-masing pelayanan mereka,” tulis laporan itu. (PEN@ Katolik/paul c pati)

Suasana santai penuh suka cita (Foto dari omiindonesia.org)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version