Home KEGEREJAAN Kongres Nasional III Kerahiman Ilahi minta Minggu Kerahiman Ilahi jadi perayaan seluruh...

Kongres Nasional III Kerahiman Ilahi minta Minggu Kerahiman Ilahi jadi perayaan seluruh umat

1
Kongres Kerahiman Ilahi Nasional III f
Pembukaan Kongres Kerahiman Ilahi Nasional III di Katedral Pontianak

“Minggu Kerahiman Ilahi menjadi perayaan meriah tidak hanya untuk Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi, tetapi seluruh umat keuskupan dan paroki-paroki di dalamnya. Maka, para rasul kerahiman perlu koordinasi dengan uskup setempat, para imam, DPP, dan seluruh elemen parokial.”

Itulah salah satu butir keputusan yang diambil oleh sidang panel Kongres Nasional III Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi Indonesia yang dilaksanakan di sebuah hotel di Pontianak 11-13 Oktober 2019. Sidang panel itu diikuti Uskup Emeritus Keuskupan Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga OFMCap, Uskup Ketapang Mgr Pius Riana, Uskup Sintang Mgr Samuel Oton Sidin OFMCap, juga Stefan Leks sebagai penulis buku-buku tentang Kerahiman Ilahi dan renungan buku harian Santa Faustina, serta Koordinator Kerahiman Ilahi KAJ Henricus Nelson Riki Fadjar sebagai narasumber.

Kongres Nasional dengan moderator Pastor Robert Ambrosius Dhai Mosa Pr dari Pontianak dan dihadiri 700 peserta dari 31 keuskupan dari Indonesia itu juga memutuskan untuk “Melaksanakan aktivitas kesalehan berciri Kerahiman Ilahi, yaitu 24 jam bersama Tuhan sesuai anjuran Paus Fransiskus, pada Jumat dan Sabtu III Masa Prapaskah.

Mencermati adanya keberadaan kelompok-kelompok yang membawa nama Komunitas Kerahiman Ilahi, tapi tidak sesuai ajaran iman Katolik dan Apostolik, Koordinator Nasional komunitas itu “merekomendasikan kepada para uskup untuk memberikan keputusan final.”

Kongres juga sepakat “membuat rumusan doa resmi berdasarkan Buku Harian Santa Faustina (BHSF) dan akan direkomendasikan kepada masing-masing keuskupan” dan acara bersama sebagai Komunitas Kerahiman Ilahi, “tetap menggunakan tata cara devosi Kerahiman Ilahi yang sudah biasa dilakukan selama ini.”

Kesepakatan lainnya adalah menghidupkan kembali hasil Kongres Nasional I dan Kongres Nasional II, menunda pembahasan usulan kepengurusan dan dinamikanya sampai Kongres Nasional IV, meninjau kembali kepengurusan regio untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan Kerahiman Ilahi di tingkat regio karena selama ini belum ada koordinasi atau kegiatan.

Selain menetapkan Kongres Nasional IV akan berlangsung  di Keuskupan Agung Makasar, mereka memutuskan agar “skema fungsionaris Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi Indonesia (K3I2), baik nasional maupun parokial harus jelas kaitan antara satu dengan yang lain dan berkolerasi dengan spiritualitas Kerahiman Ilahi bersumber pada BHSF, bukan menjiplak atau mengadopsi begitu saja skema kelompok doa atau kerasulan lain.”

Pastor Ambrosius berharap para devosan yang ikut Kongres Nasional III menjadi agen kerahiman Allah dan agen belas kasih. “Yesus mempercayakan keberadaan kita sebagai buah kerahiman-Nya dan kita harus melihat satu sama lain sebagai bunga kasih dan buah kerahiman Allah yang saling mendukung dalam perjalanan ke depan,” kata imam itu.

Imam itu menegaskan, kongres itu menjadi saat indah bagi para murid Kristus untuk bersaksi tentang belas kasih Allah serta tumbuh-berkembangnya penyebaran devosi ini dalam hidup menggereja, khususnya dalam konteks Indonesia. Paus Fransiskus menegaskan, kutip imam itu, bahwa “Gereja harus menjadi tempat belas kasihan yang diberikan secara bebas, di mana setiap orang bisa merasa diterima, dikasihi, diampuni dan didukung untuk menghayati hidup yang baik dari Injil” (Evangelii Gaudium 114).

“Di tengah situasi beragam dengan tantangan yang menghiasi perjalanan hidup bangsa, Gereja Indonesia penuh percaya diri seperti biji sesawi yang harus jatuh ke tanah, tumbuh, berkembang dan berbuah dalam cinta kasih dan kebenaran Kristus,” ujar imam itu.

Saat pembukaan kongres , Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus menceritakan perjalanan menuju Desa Tapen, salah satu stasi di Paroki Bengkayang. “Di sana, ketua umat menemui saya untuk mendoakan anaknya yang sakit, lemah dan tak berdaya, cacat dari lahir. Di lain sisi, saya salut dengan bapak itu. Saya yakin, Tuhan menitipkan anak itu kepada keluarga ketua umat itu, karena Tuhan tahu ia mampu merawat dan menjaganya,” kata Mgr Agus.

“Apa yang mau saya sampaikan? Kadang kita menerima semua kebaikan Tuhan, tapi kadang tidak banyak yang menyadari itu. Salah satu kunci kita bahagia yaitu bersyukur. Hanya dengan bersyukur hidup kita akan dilegakan,” tegas Mgr Agus.

Mgr Agus berharap peserta yang terlibat kongres itu bisa membagikan api sukacita kepada siapa pun dan di mana pun mereka berada, dan “semoga kongres yang bertepatan dengan Bulan Misi ini meneguhkan kita dalam doa dan misi (aksi) belas kasih serta mempererat jalinan persaudaraan ke dalam dan di luar Gereja, sehingga semakin banyak orang mengenal Kristus, Wajah Kerahiman Bapa, dalam dan melalui kata dan perbuatan kita.”

Pembukaan kongres dihadiri Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryonodan dan Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura dan Pangdam XII Tanjungpura Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad. Didi Haryono melihat betapa pentingnya menjaga persaudaraan antaragama dan menjadi contoh yang baik untuk semua masyarakat, dan Muhammad berharap semoga kegiatan itu menumbuhkan solidaritas antarsesama umat beragama dan saling berbagi.

Sebagai umat beragama, kata Gubernur Kalimantan Barat yang diwakili Hermanus, “yang utama adalah bagaimana menebar ajaran agama ke tengah masyarakat, supaya mereka merasakan dampak positif yang dipancarkan usai kegiatan ini.” (PEN@ Katolik/samuel)

1 komentar

  1. Mengharap gagasan terbitnya doa resmi jkki satu versi logo jkki yg sama dan keputusan dpt segera terwujud
    Mohon izin laporan di atas utk dimuat dlm buku panduan Rekoleksi JKKI kev Ska 15 Des 2019

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version