Namun, di awal perang itu Padre Pio meyakinkan orang-orang bahwa tidak akan ada bom menyentuh kota kecil mereka. Karena setia dengan kata-katanya, Padre Pio dilaporkan berusaha keras mewujudkannya.
Menurut penulis Frank Rega dalam buku Padre Pio and America, “tak ada pesawat Sekutu, yang dikirim untuk mengebom daerah San Giovanni Rotondo, berhasil menyelesaikan misi mereka. Sering terjadi kesalahan fungsi yang misterius dan menyebabkan bom-bom itu jatuh tanpa bahaya di ladang, atau kegagalan mekanis yang menyebabkan pesawat membelok keluar jalur.”
Yang paling luar biasa dari semua itu adalah kisah-kisah tentang “biarawan terbang.”
Seorang pilot Amerika baru hendak mengebom kota itu ketika, “Tiba-tiba, pilot melihat di depan pesawatnya gambaran seorang biarawan di langit yang memberi isyarat dengan tangannya agar pesawat kembali. Pilot terkejut mengikuti isyarat itu dan membuang bomnya di tempat lain. Ketika dia kembali ke pangkalan dan menceritakan kisahnya, komandannya memutuskan bahwa membawa pilot ini ke rumah sakit …”
Pilot itu tidak bisa mengingat gambaran itu dan setelah perang ia mencari keterangan untuk menemukan biarawan itu. Akhirnya dia pergi ke San Giovanni Rotondo dan mengakui bahwa “biarawan terbang” itu adalah Santo Padre Pio.
Meskipun kisah itu mungkin tampak seperti cerita fiktif, yang benar adalah bahwa San Giovanni Rotondo terhindar selama Perang Dunia II dan banyak pilot melaporkan melihat “biarawan terbang” di langit di atas tempat di mana mereka diperintahkan untuk menjatuhkan bom.
Jika kisah-kisah ini benar, maka semakin terbukti kesucian Padre Pio yang luar biasa dan bagaimana ia diberikan rahmat luar biasa selama hidup. Dia dipersatukan dengan Tuhan sedemikian erat sehingga dia bisa berada di dua tempat sekaligus, merentangkan dirinya ke lokasi lain karena hubungannya yang mendalam dengan Tuhan, yang ada di luar ruang dan waktu. Padre Pio tentu tidak melakukan hal-hal luar biasa ini dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan kekuatan Tuhan yang tak terbatas.
Seperti kata Yesus kepada para rasul-Nya, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Matius 19:26). (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Philip Kosloski/Aleteia)