Home RENUNGAN Renungan Paus dalam Misa 19 September: Pelayanan adalah karunia untuk dikontemplasi

Renungan Paus dalam Misa 19 September: Pelayanan adalah karunia untuk dikontemplasi

0
Paus Fransiskus menyampaikan homili dalam Misa Pagi 19 September 2019. (Vatican Media)
Paus Fransiskus menyampaikan homili dalam Misa Pagi 19 September 2019. (Vatican Media)

Paus Fransiskus merenungkan pelayanan tertahbis saat Misa di Casa Santa Marta, Vatikan, Kamis, 19 September 2019, dengan mengatakan bahwa Yesus memberikan karunia ini kepada para diakon, imam, dan uskup agar mereka dapat melayani orang lain.

Sekelompok imam dan uskup yang merayakan pesta perak atau 25 tahun tahbisan mendengarkan homili yang disampaikan Paus itu. Paus mengajak semua yang hadir untuk merenungkan bacaan pertama hari itu (1 Tim 4: 12-16), tentang ajakan Santo Paulus agar Timotius tidak lalai menggunakan karunia pelayanan tertahbis yang ada dalam dirinya.

“Ini bukan kontrak kerja: ‘Saya harus melakukannya’. Melakukan itu urusan kedua. Saya harus menerima dan menjaga karunia itu, dan dari situ semua yang lain akan mengalir: dalam kontemplasi karunia itu. Kalau kita melupakan ini, menggunakan karunia itu untuk diri sendiri, dan menjadikannya pekerjaan, kita kehilangan inti pelayanan dan kehilangan pandangan Yesus yang memandang kita dan berkata: ‘Ikutilah Aku.’ Senang-senang hilang.”

Paus kemudian memperingatkan semua orang akan risiko menjadikan pelayanan sebagai sesuatu yang berpusat pada diri sendiri.

Kalau kita tidak mengkontemplasi karunia yang kita terima, “semua penyimpangan yang bisa kita bayangkan akan muncul, dari yang paling mengerikan, gawat, sampai yang paling duniawi, yang membuat kita mengubah pelayanan menjadi tentang kita, bukannya tentang gratisnya karunia itu dan tentang cinta kita akan Dia yang memberi karunia pelayanan itu.”

Paus mengajak para diakon, imam, dan uskup untuk mengkontemplasi pelayanan dan layanan mereka sebagai karunia. Kita lakukan yang bisa kita lakukan, kata Paus, dengan niat baik, kecerdasan, “bahkan dengan sedikit cerdik,” tetapi selalu menjaga karunia itu.

Adalah manusiawi melupakan aspek ini, kata Paus, seperti yang dilakukan oleh orang Farisi dalam Injil hari itu (Luk 7: 36-50) ketika dia lupa beberapa aturan sopan santun saat dia menyambut Yesus di meja makan.

“Ada orang ini, seorang pria yang baik, seorang Farisi yang baik tetapi melupakan karunia kesopanan, karunia keramahtamahan, yang juga merupakan sebuah karunia. Karunia-karunia selalu dilupakan kalau ada kepentingan pribadi, kalau saya ingin melakukan ini atau itu Ya, kita para imam semua harus melakukan sesuatu, dan tugas pertama kita adalah memberitakan Injil, tetapi kita harus perhatikan pusat kita, sumber kita dari mana misi kita mengalir, yang merupakan karunia yang kita terima secara bebas dari Tuhan.”

Paus mengakhiri homili dengan doa untuk semua pelayan tertahbis Gereja. Semoga Tuhan “membantu kita menjaga karunia ini, memandang pelayanan kita terlebih-lebih sebagai karunia, kemudian sebagai pelayanan,” Paus berdoa. Dengan demikian, kata Paus, para pelayan tidak menjadi “pengusaha atau orang yang berbuat baik.” (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Vatican News)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version