Jumat, November 22, 2024
33.6 C
Jakarta

Paus Fransiskus dalam Misa di Mauritius: Sabda Bahagia laksana “kartu identitas umat Kristen”

Saat Misa di maritius, Paus Fransiskus membawa tongkat salib yang sama yang dibawa pendahulunya 30 tahun lalu di negara kepulauan itu
Saat Misa di maritius, Paus Fransiskus membawa tongkat salib yang sama yang dibawa pendahulunya 30 tahun lalu di negara kepulauan itu

“Jika ada yang bertanya: ‘Apa yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi orang Kristen yang baik?’ Jawabannya jelas. Kita harus melakukan, masing-masing dengan cara sendiri, apa yang Yesus katakan kepada kita dalam Khotbah di Bukit,” kata Paus Fransiskus. Dalam Sabda Bahagia, lanjut Paus, “kita menemukan potret Sang Guru.”

Paus Fransiskus berbicara dalam homili Misa 9 September 2019 di Monumen Maria Ratu Perdamaian yang terletak di lereng gunung yang menghadap kota Port Louis. Dalam homili itu, Paus menggambarkan Sabda Bahagia laksana “kartu identitas umat Kristen.”

Misa di monumen, yang diresmikan pada Pesta Maria Diangkat ke Surga tahun 1940 dan didedikasikan kepada Maria Ratu Perdamaian untuk mensyukuri keamanan yang tetap terjaga sepanjang Perang Dunia I itu, dihadiri sekitar 100.000 orang, atau kira-kira 10 persen dari seluruh penduduk Mauritius.

Di tempat itulah Santo Paus Yohanes Paulus II merayakan Misa saat mengunjungi negara kepulauan itu tahun 1989. Dalam gerakan kontinuitas yang sangat simbolis, Paus memilih menggunakan tongkat paus (biasanya dengan salib di atasnya) yang sama, yang dibawa ke tempat itu oleh pendahulunya 30 tahun lalu.

“Di depan altar yang dipersembahkan kepada Maria Ratu Perdamaian ini, di gunung tempat kita bisa melihat kota dan laut ini, kita adalah bagian orang banyak, lautan wajah yang datang dari Mauritius dan pulau-pulau lain dari wilayah Samudra Hindia ini untuk mendengar Yesus mewartakan Sabda Bahagia.”

Kemudian Paus mengajak umat mengenang Beato Jacques-Désiré Laval, “Rasul persatuan orang Mauritius.” Dengan mengutip Santo Paulus, Paus berkata bahwa Beato Laval tahu bahwa evangelisasi berarti menjadi “segalanya bagi semua orang.” Itulah sebabnya “ia mempelajari bahasa budak yang baru dibebaskan dan mengajarkan mereka Kabar Gembira tentang keselamatan dengan bahasa sederhana.”

Perhatian pastoral Pastor Laval membuatnya mendapatkan “kepercayaan dari orang miskin dan orang buangan,” kata Paus. “Melalui jangkauan misionarisnya dan cintanya, Pastor Laval memberikan kepada  Gereja Mauritius orang muda baru, kehidupan baru. Kini kita diminta melanjutkannya.”

Semangat misionaris, kata Paus, memiliki wajah muda dan menyegarkan.” Karena, kata Paus, kaum mudalah “yang bisa memberikan keindahan dan kesegaran muda, manakala mereka menantang umat Kristen untuk memperbarui diri dan mendesak kami untuk menemukan arah-arah baru.”

Paus mengakui hal itu tidak selalu mudah. “Itu berarti belajar mengakui kehadiran orang muda dan memberi ruang bagi mereka dalam komunitas kita dan dalam masyarakat kita,” kata Paus.

Kemudian Paus mengalihkan perhatian khusus bagi orang muda. Pengangguran “menciptakan ketidakpastian akan masa depan,” kata Paus, dan ini “membuat mereka merasa berada di pinggiran masyarakat; membuat mereka rentan dan tak berdaya di hadapan bentuk-bentuk perbudakan baru dalam abad kedua puluh satu ini.”

Paus mengidentifikasi orang muda sebagai “misi utama kita.” Kita tidak boleh berbicara kepada mereka “dengan cara yang jauh,” tetapi “belajar bahasa mereka, mendengarkan cerita mereka, menghabiskan waktu bersama mereka, dan membuat mereka merasa bahwa mereka juga diberkati Tuhan,” kata Paus.

“Hanya orang Kristen yang penuh sukacita” membangkitkan keinginan orang lain untuk mengikuti jalan panggilan Kristus untuk “diberkati,” lanjut Paus. Kata “diberkati” berarti “bahagia,” kata Paus. “Kata itu sinonim dengan ‘suci’, karena kata itu mengungkapkan fakta bahwa orang yang setia kepada Tuhan dan firman-Nya, dengan memberi diri sendiri, mendapatkan kebahagiaan sejati.”

Paus mengakhiri homili dengan membenarkan, “kalau orang muda melihat proyek kehidupan Kristen dilakukan dengan sukacita, mereka akan bergairah dan terdorong.”

Mereka juga ingin “naik ke Bukit Sabda Bahagia” ini, kata Paus, mereka juga ingin “menemukan tatapan Yesus dan belajar dari Dia jalan menuju sukacita sejati.” (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

Paus di Mauritius 3Paus di Mauritius

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini