“Jadilah seperti Santa Perawan Maria, Bintang Kejora, Cahaya Pagi, yang mendahului datangnya Cahaya Sejati, yakni Yesus Kristus, Penyelamat Dunia.” Demikian permintaan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC kepada umat Paroki Luwuk dalam homili Misa Puncak Perayaan Panca Windu (40 Tahun) Paroki Santa Maria Bintang Kejora Luwuk, Sulawesi Tengah, dan Pemberian Sakramen Penguatan, 8 September 2019.
Perayaan yang diawali Misa itu diakhiri dengan Prosesi Lilin dan Personafikasi Bunda Maria di hari yang sama dari alun-alun, melewati Jalan Keraton dan berakhir di Gua Maria yang berada di pelataran Gereja Santa Maria Bintang Kejora Luwuk.
Selain berharap agar umat Paroki Luwuk menjadi seperti Santa Perawan Maria, uskup juga mengingatkan 180 krismawan-krismawati, baik anak-anak maupun dewasa dari Pusat Paroki Luwuk, stasi-stasi, bahkan paroki sekitar, bahwa “Sakramen Penguatan diberikan kepada mereka yang sudah dewasa supaya mereka, setelah menerima rahmat-rahmat dari Tuhan, disadarkan atau dibangunkan (dengan tanda tepukan di pipi dalam tata upacara) untuk pergi menjadi saksi-saksi Kristus di tengah dunia.”
Dalam konteks menjadi saksi-saksi Kristus, lanjut uskup, para krismawan dan krismawati bersama seluruh umat diharapkan “meneladani Santa Perawan Maria yang menjadi pendahulu dalam menghadirkan Yesus, Matahari Sejati, untuk menerangi dunia.” Untuk melaksanakan tugas itu, lanjut Mgr Rolly, Allah menganugerahkan Roh Kudus yang akan “menguatkan umat beriman dewasa dalam melaksanakan tugas mereka sebagai saksi-saksi Kristus.”
Sejumlah imam MSC yang pernah berkarya di paroki itu mendampingi Mgr Rolly Untu MSC saat Misa. Mereka adalah Pastor Ignatius Sarkol MSC dan Pastor Fransiskus Melky MSC (berkarya di Merauke), Pastor Sani Saliwardaya MSC dan Pastor Paul Praptanda MSC (di Purwokerto), Pastor Aldrin Rey MSC (studi di Yogyakarta), Pastor Frans Lolok MSC (di Kembes, Minahasa). Vikjen Keuskupan Tanjung Kelor Pastor Alex Palino MSC ikut mendampingi.
Superior Daerah MSC Sulawesi dan Kalimantan Timur Pastor Berty Tijow MSC dalam rilisnya menjelaskan, munculnya komunitas umat Katolik di Luwuk terjadi setelah Luwuk ditetapkan sebagai pusat kabupaten. Waktu itu, beberapa umat Katolik datang dan bertugas di Luwuk, dan Pastor Piet Hein Mogie MSC, yang bertugas di Paroki Bunda Hati Kudus Sambiut, datang dan mendata umat Katolik yang ada di Luwuk.
Setelah komunitas umat Katolik terbentuk dan terorganisir mulailah dipikirkan untuk menjadikan Luwuk sebagai pusat pelayanan. Tanggal 6 September 1979, Uskup Manado waktu itu Mgr Theodorus Moors MSC menetapkan Luwuk sebagai paroki baru, yang terpisah dari Paroki Sambiut, dan menjadi pusat pelayanan untuk wilayah dataran Kabupaten Banggai. Mgr Moors menunjuk Almarhum Pastor Hieronimus Bangkut MSC sebagai pastor paroki pertama. (PEN@ Katolik/A. Ferka)