Malam itu, di halaman Gereja Damai Kristus Kampung Duri, Jakarta, terdengar doa syukur umat Islam yang dibawakan oleh Ustad Yanto dan didahului dengan bacaan salawat yang dipandu oleh ibu-ibu PKK dengan iringan musik kolintang asal Minahasa yang dimainkan oleh OMK Paroki Kampung Duri.
Doa syukur itu adalah bagian dari acara “Silaturahmi Kebangsaan” umat Paroki Kampung Duri bersama masyarakat sekitar gereja yang digelar 17 Agustus 2019 dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-74, yang merupakan inisiatif Dewan Paroki Kampung Duri dengan ketuanya Pastor Melky Toreh MSC.
Menurut Wakil Ketua Dewan Paroki Kampung Duri, Stefanus Thuan Hui, silaturahmi kebangsaan yang dihadiri sekitar 2600 orang dari kedua agama itu bertujuan “untuk membina, mengembangkan kekeluargaan, keterbukaan dan kebersamaan antarumat paroki dan dengan warga sekitar yang beraneka ragam.” Acara serupa pertama dilakukan oleh paroki itu tahun lalu, 17 Agustus 1918.
Acara yang diawali Misa untuk umat paroki pukul 17.30 itu dilanjutkan acara bersama masyarakat. Setelah menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan Mengheningkan Cipta, doa syukur umat Islam oleh ustad itu dipanjatkan setelah doa umat Katolik yang dibawakan oleh Pastor Wisnu Agung MSC sebagai pastor rekan paroki itu.
Setelah mendengar sambutan seorang tokoh awam Mayjen TNI Ivan Pelealu yang memberi “makna dan kesadaran bahwa kita semua adalah satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,” peserta menyaksikan pemotongan kue HUT Kemerdekaan RI ke-74 oleh Mayjen Ivan Pelealu yang dibagikannya kepada 74 anak warga RT dan RW setempat “sebagai tanda syukur 74 tahun kemerdekaan RI.”
Kue HUT Kemerdekaan yang dilengkapi lambang Garuda Pancasila itu bertuliskan “Amalkan Pancasila: Kita Berhikmat, Bangsa Bermartabat,” tema Tahun Berhikmat Keuskupan Agung Jakarta 2019 yang bertujuan untuk mewujudkan panggilan bersama menuju “kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan kasih … kesucian yang sempurna.”
Peserta kemudian dihibur dengan penampilan panggung bernuansa nasional dan budaya, musik kolintang oleh putra-putri altar Paroki Kampung Duri, Tarian Sawangen oleh ibu-ibu PKK, tari Katrili OMK Kawanua Katolik Jakarta, berbagai lagu dari beberapa kelompok paduan suara, serta penampilan penyanyi-penyanyi dengan lagu-lagu daerah Ambon, Betawi, Minahasa, serta lagu nasional antara lain Nyiur Hijau, Rayuan Pulau Kelapa, Dirgahayu, dan Kita Bhinneka Kita Indonesia.
Ketua Keluarga Kawanua Katolik Stefi Rengkuan yang hadir dalam acara itu bangga dengan paduan salawat dan musik kolintang. “Meski baru dilatih malam sebelumnya dengan mengulang sebanyak enam kali langsung di bawah arahan pastor paroki, kelompok paduan suara dan kelompok kolintang itu siap tampil,” katanya.
Lebih daripada itu, malam itu Stefi Rengkuan merasakan “suasana persaudaraan sejati terungkap dan diteguhkan dalam suasana paduan antartradisi agama dan budaya yang harmoni dan selaras dalam proses latihan sampai puncak pentas.” Dia berharap, “suasana itu menjadi tanda dan niat kerja sama nyata dalam hidup bermasyarakat dan bertetangga.”
Penampilan tarian dari OMK Kawanua yang menghibur masyarakat dengan gembira, penuh sukacita dan persaudaraan semesta di malam itu, katanya, “bukan hanya menggambarkan keterbukaan pada budaya luar bahkan lama, tetapi membawa sisi kebaikan tertentu.”
Acara itu juga dihadiri oleh Kolonel Laut Sello Soekirno sebagai anggota penasihat Kawanua Katolik, Brigjen Aloysius Rusno, Irjen Polisi Purnawirawan Benny Mokalu, beberapa mantan seminaris dari Seminari Fransiskus Xaverius Kakaskasen Tomohon, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama serta ulama Kampung Duri. (PEN@ Katolik/Johny Pijoh)
Saya merasa bangga menjadi Warga Negara Indonesia,beribu2Pulau,Adat Istiadat,Agama,Ras dan Suku tapi Lebih Indah dan Bahagia kalau Bangsa Indonesia bisa Bersatu tidak memandang Agama yg Satu dengan yg lain spt Bhinneka Tunggal Ika dan Lambang Dasar Pancasila Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.Kita Bangsa Indonesia jangan mudah dipecah belah oleh disiapapun Hiduplah dengan Damai dan Kasih.