Minggu, Desember 22, 2024
31.1 C
Jakarta

Master Ordo Dominikan yang baru: Masa Depan Gereja Tidak Terbatas di Asia atau Afrika

Pastor Gérard Francisco Timoner III OP, orang Asia pertama yang menjadi Master Jenderal Ordo Pewarta (Ordo Dominikan) dalam sejarah 800 tahun Ordo

Pastor Gérard Francisco Timoner III OP asal Filipina adalah orang Asia pertama yang menjadi Master Jenderal Ordo Pewarta (Ordo Dominikan) dalam sejarah 800 tahun Ordo itu. Penerus ke-88 dari Santo Dominikus Guzman itu terpilih, untuk masa jabatan sembilan tahun, tanggal 13 Juli 2019 dalam Kapitel Umum yang dihadiri para biarawan Dominikan dari seluruh dunia di Biên Hòa, Vietnam. Pastor Timoner menggantikan Pastor Bruno Cadoré OP asal Prancis.

Pastor Timoner, 51, yang lahir di Camarines Norte, Filipina, adalah mantan provinsial Ordo Dominikan Provinsi Filipina dan socius atau asisten master untuk Asia Pasifik. Selain itu, di tahun 2014, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai anggota Komisi Teologi Internasional di Vatikan, yang menasihati Kongregasi untuk Ajaran Iman.

Dalam wawancara dengan Solène Tadié, koresponden Register dari Eropa yang berbasis di Roma, yang diterjemahkan oleh Paul C Pati dari PEN@ Katolik ini, Pastor Timoner menjelaskan bagaimana pemilihannya mencerminkan pertumbuhan Gereja di Asia dan membahas tantangan utama yang akan ia hadapi.

Anda adalah pemimpin Asia pertama dalam lebih dari 800 tahun sejarah Dominikan. Dan, fakta bahwa kapitel umum ini diadakan juga di Vietnam tampaknya menjadi sinyal ketertarikan kuat Ordo terhadap Asia. Apakah sumbangan khusus Asia untuk Gereja dan Evangelisasi Baru?

Beberapa saudara mengatakan kepada saya bahwa keputusan mereka untuk memilih seorang master dari Asia adalah tanda bahwa Ordo ini sedang condong ke Asia. Itu benar. Munculnya pemimpin-pemimpin Gereja dari Asia adalah tanda pertumbuhan dan kedewasaan Gereja di bagian dunia yang dihuni sebagian besar manusia ini. Cina dan India saja memiliki lebih dari 3 miliar penduduk! Jadi, ya, kami adalah warga dari negara-negara asal kami, tetapi kami juga adalah warga Kerajaan Allah!

Maka, saya tidak nyaman dengan gagasan bahwa Asia dan Afrika adalah “masa depan” Gereja, seolah-olah Eropa dan Amerika adalah masa lalu atau masa kini dari Gereja. “Masa depan” Gereja ada di tempat di mana Injil perlu didengar, baik karena diabaikan dalam masyarakat yang acuh tak acuh atau karena Injil belum diwartakan secara memadai.

Masa depan Gereja juga dapat ditemukan pada orang-orang muda yang tetap setia kepada Kristus.

Mengenai sumbangan khusus Asia untuk Gereja universal, izinkan saya mengutip beberapa data dari laporan saya, sebagai socius regional, untuk kapitel umum itu. Asia adalah benua terbesar dan terpadat di dunia.

Semua tradisi etis dan religius utama dari agama Yahudi, Kristiani, Islam, Budha, Hindu, Konhucu, dan Tao lahir di Asia. Agama-agama besar di Asia, menurut jumlah penganutnya, adalah Hindu (25,3%), Islam (24,3%), tidak terafiliasi (21,2%), Budha (11,9%), agama rakyat (9,0%), Kristiani (7,1%) dan lainnya (1,3%).

Atas dasar konteks demografis ini, Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC), dalam dokumen-dokumen resmi yang telah dihasilkannya selama bertahun-tahun, mengidentifikasi enam proposisi yang menjadi ciri eklesiologi Asia yang unik:

1) Gereja Asia dipanggil untuk menjadi persekutuan jemaat-jemaat yang 2) dibentuk oleh dan menanggapi keragaman dan pluralisme besar di Asia, 3) didukung oleh komitmen dan pelayanan terhadap kehidupan, 4) diilhami oleh visi harmoni yang menyeluruh , 5) berorientasi pada dialog tiga bidang yakni agama, budaya, dan kemiskinan, dan 6) berupaya membangun Kerajaan Allah di Asia.

Tampak jelas bahwa keenam proposisi ini juga berlaku di benua lain. Beberapa anggota Gereja dewasa ini tampaknya menyoroti perbedaan yang cenderung bersikap memecah belah. Maka, perlu diingat bahwa Gereja adalah persekutuan dari jemaat-jemaat, bahwa perbedaan tidak perlu mengarah pada perpecahan, melainkan kerukunan. Ingin juga saya katakan bahwa, di Asia, dialog dengan budaya-budaya dan agama-agama harus melibatkan orang miskin dan terpinggirkan.

Dalam pidato penerimaan, Anda mengaku enggan menerima misi baru Anda saat tahu hasil pemungutan suara. Bisa Anda jelaskan maksudnya? Tantangan paling sulit apa yang Anda lihat dalam misi itu?

Benar, awalnya saya enggan menerima pemilihan itu. Saya mengatakan kepada saudara-saudara bahwa saya banyak memiliki keterbatasan karena saya hanya bicara satu dari tiga bahasa resmi Ordo: saya hanya bisa bahasa Inggris, tidak bisa berbahasa Spanyol atau Prancis. Saya kira, saya tidak sekompeten para pendahulu saya, dan saya tahu, ada banyak saudara berkualitas yang hadir dalam kapitel umum ini bisa berbicara tiga bahasa itu, atau setidaknya dua dari tiga bahasa resmi itu.

Saya juga merasa kurang terampil menyelesaikan permasalahan Ordo. Saya bukan saudara yang paling cerdas atau paling berani dalam kapitel. Maka, ketika sekretaris jenderal meminta saya untuk menemui para peserta kapitel umum setelah pemungutan suara, saya pikir bodoh kalau saya mengatakan “Ya” dan menerima pemilihan itu. Namun bukanlah kebodohan yang membuat saya menerima. Cara bicara saudara-saudara kurialah yang membuat kepala saya yang bingung bisa berpikir sehat. Saya ingat mereka mengatakan: “Kita semua sudah berdoa dengan tulus memohon bimbingan Roh Kudus, dan saudara-saudara sudah memutuskan dengan hati nurani yang baik. Kecuali kalau rumahmu terbakar, Anda harus turun, menemui para peserta kapitel umum dan menerima. ”Seorang saudara lainnya memeluk saya dan berkata, “Anda tidak sendirian – kami ada di sini.” Kemudian saudara-saudara itu menemani saya dalam doa di kapel. Dan saya tahu saya harus menerima keputusan mereka dengan iman.

Baru-baru ini Ordo merayakan 800 tahun keberadaannya. Apa artinya menjadi Dominikan saat ini?

Saya percaya, Ordo akan tetap kuat saat bergerak menuju abad yang baru, jika ia tetap setia pada misi aslinya. Misi Ordo ini adalah membantu membangun persekutuan Gereja, Tubuh Kristus, seperti yang dilakukan oleh Santo Fransiskus dan Santo Dominikus ketika Gereja sangat membutuhkan evangelisasi “baru” di abad ke-13.

Bagaimana kami membantu membangun Gereja, Tubuh Kristus? Pertama, penting menyadari bahwa kami hanyalah “pembantu” atau “asisten.” Pembangun utama adalah Allah Tritunggal, model dan sumber persekutuan. Kami tahu, teologi persekutuan yang paling sederhana namun paling dalam adalah doa Yesus untuk persatuan, yang mengungkapkan kehendak dan misi-Nya: “Saya berdoa agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21).

“Konstitusi Dasar” kami menulis, “Struktur Ordo sebagai serikat religius muncul dari persekutuan persaudaraan dan misinya” (VI). Misi dan persekutuan persaudaraan kami bersama-sama membentuk sifat kami: Kami adalah para pengkhotbah. Visi Dominikus untuk Ordo jelas terwujud saat dia meminta Paus Honorius III membuat perubahan kecil namun bermakna pada bulla 21 Januari 1217 [Gratiarum Omnium], yaitu memiliki kata asli praedicantes (“orang-orang yang berkhotbah”) untuk mengubah praedicatores (“pengkhotbah”) yang substantif. Dengan demikian kami dapat mengatakan bahwa misi kami bukan terutama apa yang kami lakukan, yakni berkhotbah, tetapi siapa kami: pengkhotbah.

Kami menjalani misi membantu membangun Gereja melalui karisma yang diberikan kepada Dominikus dan kepada Ordo.

Konkretnya, paroki Dominikan adalah paroki tempat persekutuan saudara-saudara menggembalakan persekutuan paroki. Lembaga akademik Dominikan adalah lembaga tempat persekutuan saudara-saudara memimpin komunitas akademik dalam pelajaran, pengajaran, dan penelitian. Pusat yang berupaya menerapkan ajaran-ajaran sosial Gereja, yang berupaya meningkatkan perdamaian Kristus melalui hubungan yang adil, adalah persekutuan saudara-saudara yang berupaya membantu orang hidup sesuai martabat mereka sebagai anak-anak Allah.

Agar realistis, keragaman dan perbedaan-perbedaan di antara saudara-saudara kadang-kadang bisa melemahkan persekutuan. Tetapi ini juga bisa menjadi bagian pelayanan kenabian kami kepada Gereja dan masyarakat: Berbeda tapi tetap bersaudara … tanpa merusak persekutuan, itu bisa terjadi.

Dalam buku terbarunya, yang ditulis di akhir mandatnya, pendahulu Anda yang berasal dari Prancis, Pastor Bruno Cadoré mengatakan, umat awam (yang jumlahnya sangat banyak dalam Ordo Anda) merupakan sumber daya penting untuk menghadapi tantangan Gereja saat ini. Bagaimana pendapat Anda?

Saya setuju dengan Saudara Bruno. Umat ​​ awam mewakili mayoritas anggota Tubuh Kristus, Gereja. Ordo Pewarta, yang merupakan bagian dari Gereja, memiliki proporsi yang sama. Mayoritas anggota keluarga Dominikan adalah awam. Di sini, di Vietnam, misalnya, ada sekitar 400 saudara (biarawan), 2.500 saudari (suster) dan 117.000 Dominikan awam. … Ini menuntut para kapitularis untuk melihat lebih dekat peran penting dan tak tergantikan dari kaum awam dalam evangelisasi.

Idealnya, apa yang akan menjadi panduan Anda dalam sembilan tahun ke depan?

Dalam mandatnya, Master Ordo tidak menentukan “panduan.” Kapitel umum yang menentukan rencana perjalanan Ordo. Master Ordo memang memimpin kapitel umum tetapi dia memilih seperti halnya anggota kapitel lainnya.

Jika saya boleh menggunakan istilah “pemimpin yang melayani,” peran Master Ordo adalah menjadi “pelayan” untuk misi Ordo, yaitu membantu membangun Gereja, Tubuh Kristus, dan untuk “memimpin” saudara-saudara dalam melayani misi yang sama. Misi tetap sama, tetapi konteks Gereja dan dunia berubah; maka kapitel umum menentukan cara-cara yang bisa kita gunakan untuk melayani misi di sini dan sekarang.

Saya berharap dan berdoa agar di tahun-tahun mendatang restrukturisasi Ordo, yang telah kita mulai bertahun-tahun yang lalu, akan lebih memiliki rasa persekutuan yang lebih dalam dan lebih sesuai. Pendahulu saya, Saudara Bruno, mengatakan kepada kami bahwa saat ini kami memiliki 800 saudara yang sedang dalam pembinaan di seluruh dunia. Kami harus menemukan cara untuk memberikan kepada saudara-saudara ini kualitas pendidikan yang sama [yang sudah diterima orang Dominikan di masa lalu], karena mereka bukan hanya putra-putra dari provinsi-provinsi, tetapi mereka adalah saudara-saudara kami.***

Artikel Terkait:

Pastor Gerard Francisco Timoner III orang Asia pertama jadi pemimpin misi Dominikan dunia

be528e27-a75c-43ca-bfbf-d01fe23a162f

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini