Home NUSANTARA Pertanyaan Yesus “Siapakah Aku ini?” sangat relevan ditanyakan guru kepada diri sendiri

Pertanyaan Yesus “Siapakah Aku ini?” sangat relevan ditanyakan guru kepada diri sendiri

0
Peserta bergambar bersama setelah rekoleksi di aula SMK Strada Tangerang (PEN@ Katolik/km)
Peserta bergambar bersama setelah rekoleksi di aula SMK Strada Tangerang (PEN@ Katolik/km)

Dosen Universitas Bina Nusantara (BINUS) Tangerang Ferry Fransiskus Doringin mengatakan ada tiga hal penting yang perlu diketahui oleh setiap guru Katolik yakni mengenal dirinya sendiri, mengenal siswa-siswinya dan mengenal metode  pembelajaran dalam kelas. “Dengan demikian seorang guru dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga akhirnya bisa mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diinginkan,” kata pria asal Manado yang menyelesaikan S3 di Filipina itu.

Ferry Doringin berbicara dengan PEN@ Katolik seusai menjadi nara sumber dalam kegiatan “Rekoleksi Guru Katolik Dekenat Tangerang I” diikuti  lebih dari 30 guru yang berkarya di sekolah Katolik, non-Katolik dan sekolah negeri, di aula SMK Strada Tangerang, 28 Juli 2019.

Menurut Ferry Doringin, pertanyaan Yesus mengenai diri-Nya “Siapakah Aku ini?” sesungguhnya sangat relevan dengan pertanyaan seorang guru bagi dirinya sendiri. “Ketika seorang guru mengenal dirinya, maka guru itu akan mengembangkan dirinya, sehubungan dengan potensi-potensi dirinya, kemudian mengenal lebih dekat pribadi-pribadi anak didik, dan merancang pembelajaran yang tepat sehingga mendampingi anak didik dengan baik dalam merefleksikan setiap pembelajaran yang diikutinya,” katanya.

Dalam rekoleksi itu, para guru juga mendengar masukan dari anggota Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta Mari Irawati Sidharta, Dosen Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci Alex Aur dan Koordinator Seksi Pendidikan Dekenat I Tangerang Yusup Purnomo Hadiyanto.

Menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan guru Katolik di tengah berbagai persoalan yang melilit sekolah Katolik di tanah air, Ferry Doringin mengatakan, guru Katolik harus selalu optimis. “Wujud optimis itu ditunjukkan dalam penggunaan bahasa-bahasa positif, jangan melemahkan lembaga sendiri, tapi memberikan motivasi dan semangat,” lanjutnya.

Alex Aur mengatakan, guru Katolik sejatinya membuka diri kepada Allah, siap menerima dan menjalankan tugas perutusan dengan sebaik-baiknya. “Meskipun ada kesulitan dalam menjalankan tugas, jadikanlah itu sebagai latihan rohani seperti yang dianjurkan oleh Santo Ignatius Loyola,” katanya.

Dalam renungan penutupan rekoleksi, Irawati Sidharta mengajak seluruh guru Katolik se-Dekenat Tangerang I untuk selalu menghindari rasa khawatir, gelisah dalam perutusan, “karena setiap kesulitan yang dihadapi dengan rasa optimis akan memetik buah-buah yang ditaburkan kepada anak-anak didik sebagai pewaris Gereja dan negara. (PEN@ Katolik/Konradus R Mangu)

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version