Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Paus pada Angelus: ‘Tubuh Kristus memperbarui kekaguman dan sukacita kita atas Ekaristi’

Vatican Media
Vatican Media

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus secara tradisional dirayakan hari Kamis setelah hari Minggu Tritunggal Mahakudus, termasuk di Vatikan, tetapi di banyak tempat, pesta itu dipindahkan ke hari Minggu berikutnya.

Paus Fransiskus, saat Doa Angelus (Malaikat Tuhan) di Lapangan Santo Petrus, 23 Juni 2019, merenungkan Injil hari itu (Luk 9:11-17) tentang penggandaan roti dan ikan untuk memberi makan banyak orang.

Yesus, kata Paus, “mengajak murid-murid-Nya untuk benar-benar mengubah diri dari ‘masing-masing untuk diri sendiri’ menjadi berbagi.” Paus mengatakan, kita mulai dengan hal kecil yang disediakan Tuhan untuk kita. Mukjizat itu, kata Paus, “menunjukkan kekuatan Mesias” dan “belas kasihnya bagi orang-orang.”

Ketika Yesus secara ajaib memberi makan orang banyak dengan makanan yang begitu sedikit, Ia mengantisipasi apa yang akan menjadi peringatan pengorbanan-Nya: Ekaristi. “Ekaristi adalah sintesis dari keseluruhan keberadaan Yesus, yang merupakan satu tindakan kasih untuk Bapa dan untuk saudara-saudari-Nya,” kata Paus.

Seperti yang Dia lakukan pada Perjamuan Terakhir, Yesus mengambil roti, berdoa kepada Bapa, memecahkan roti, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. “Di malam sebelum sengsara-Nya,” kata Paus, “Ia berusaha meninggalkan dalam sikap itu Perjanjian yang baru dan kekal, sebuah peringatan abadi tentang Paskah (kematian dan kebangkitan-Nya).”

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, kata Paus, adalah ajakan tahunan “untuk memperbaharui kekaguman dan sukacita kita atas karunia luar biasa dari Tuhan itu.” Paus lalu meminta, “Mari menyambut-Nya dengan rasa syukur, bukan dengan cara pasif dan biasa … Setiap kali mendekati altar untuk menerima Ekaristi, kita harus benar-benar mengulangi ‘amin’ kepada Tubuh Kristus.”

Setelah Angelus, Paus mengenang beatifikasi Maria Carmen Lacaba Andía dan 13 suster Ordo Fransiskan Maria yang Dikandung Tanpa Noda, yang dilaksanakan 22 Juni di Madrid, Spanyol. 14 biarawati kontemplatif itu, kata Paus, mati karena kebencian terhadap iman dalam penganiayaan terhadap kaum religius di Spanyol antara tahun 1936 dan 1939. “Kemartiran mereka adalah ajakan bagi kita semua untuk kuat dan gigih, terutama di saat pencobaan,” kata Paus. (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Devin Watkins/Vatican News)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini