Warga sekitar Gereja Santa Theresia Bongsari berdatangan. Dengan sabar, mereka antri di kompleks gereja untuk mendapatkan paket belanja dengan harga murah dalam Pasar Murah Ramadhan, 30 Mei 2019. Di sana umat Paroki Bongsari dengan warga sekitar saling bercengkerama. Hubungan mereka terjalin erat.
Bahkan sebelumnya, 25 Mei 2019, seperti dilakukan setiap tahun, umat Katolik Bongsari berbagi takjil, melakukan buka puasa bersama dan melaksanakan Donor Darah Ramadhan bersama warga lintas agama.
Pada Hari Raya Kenaikan Tuhan tahun ini, Paroki Santa Theresia Bongsari menyediakan 263 kilogram telur, paket alat tulis dan 400 paket sembako berisi 5 kilogram beras, 1 kilogram gula, 1 liter minyak goreng, tepung terigu, sirup, teh, kopi, dan mi instan. Semuanya berasal dari umat Katolik.
Ketua RT setempat membantu membagikan kupon bagi warga kurang mampu untuk mendapatkan paket murah. Karena sejumlah warga datang tanpa membawa kupon paket murah, pengurus gereja pun menambah sejumlah paket supaya warga yang datang itu bisa juga mendapatkan paket murah.
Kepala Paroki Bongsari Pastor Eduardus Didik Chahyono SJ, yang juga Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, menyambut gembira kegiatan rutin umat paroki itu.
“Kegiatan rutin ini adalah bentuk perhatian dan persaudaraan sejati antarumat beragama sebagai sesama warga masyarakat. Kami berharap umat Muslim sekitar Gereja Bongsari, khususnya yang kurang mampu, dapat merayakan Idul Fitri dengan gembira,” kata imam itu.
Dosen dan para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang serta para suster Penyelenggaraan Ilahi membantu acara itu.
Dosen UIN Naili Ni’matul Illiyyun bahagia melihat antusiasme warga dalam membeli sembako murah, apalagi ada yang menunggu sampai pukul 12.00 karena tidak dapat kupon. “Saya melihat kepedulian dan kerja keras saudara-saudara Katolik dalam membantu warga sekitar Bongsari menyambut Idul Fitri tanpa memandang perbedaan keyakinan,” kata Naili.
Naili berharap, kegiatan itu lebih tepat sasaran bagi warga yang membutuhkan dan diadopsi di beberapa tempat lain guna menumbuhkan semangat kebersamaan. “Selain itu, bertepatan dengan perayaan Kenaikan Isa Almasih yang menjadi inspirasi hidup, semoga kegiatan ini menambah makna positif perayaan agung itu dengan berbagi kasih dan menebar kebaikan. Semoga menjadikan srawung, lebih guyub dan rukun, tanpa memandang perbedaan keyakinan,” lanjutnya.
Naili juga berharap agar kerukunan warga lintas agama di Indonesia semakin erat terjalin dan “bersama-sama menebar kebaikan untuk kemanusiaan dan terus berkomitmen merawat Indonesia sebagai rumah bersama.” (PEN@ Katolik/Lukas Awi Tristanto)