Menyusul pembunuhan terakhir terhadap empat anggota umat Katolik di Paroki Notre-Dame du Lac di Singa, di Provinsi Bam, Burkina Faso, 13 Mei 2019, Uskup Ouahigouya Mgr Justin Kientega mengumumkan langkah-langkah keamanan dalam sebuah komunike.
Ketika berbicara kepada lembaga amal kasih pastoral Katolik internasional dan yayasan kepausan Aid to the Church in Need (Bantuan untuk Gereja yang Membutuhkan, ACN), Mgr Kientega menjelaskan kejadiannya. “Ketika pergi mengikuti prosesi untuk menghormati Santa Perawan Maria, mereka diserang, dan empat orang diculik. Dikira mereka akan ditawan, ternyata, mereka dieksekusi tanpa ampun.”
Uskup meminta umat Katolik berdoa kembali untuk perdamaian di Burkina Faso, dan juga menguraikan langkah-langkah pencegahan serta menyerukan kewaspadaan lebih besar untuk keselamatan para imam, kaum religius dan semua umat Katolik di keuskupan yang terletak di perbatasan dengan Mali di utara negara itu.
Dalam pernyataannya, Mgr Kientega menasihati para imam dan kaum religius untuk menghindari penggunaan pakaian religius seperti jubah yang jelas menunjukkan perbedaan mereka. Uskup juga merekomendasikan agar meningkatkan langkah-langkah keamanan, terutama saat bepergian, seperti tidak menggunakan kendaraan yang tandanya jelas terlihat, bepergian hanya di saat ada banyak lalu lintas, dan tidak pernah di malam hari, serta menghindari bepergian selalu di rute yang sama. Uskup juga menyarankan agar pertemuan-pertemuan tidak dipublikasikan terlalu jauh sebelumnya.
Semua langkah-langkah ini, yang mencerminkan situasi tegang di negara itu setelah eskalasi kekerasan terhadap umat Kristen, pasti akan berdampak serius pada karya pastoral Gereja, mengingat umat Katolik umumnya tersebar luas, terutama di utara, di mana mayoritas penduduknya Muslim atau animisme.
Seperti di negara-negara Afrika lainnya seperti Kamerun dan Nigeria, dan di Asia, terutama di Pakistan dan Sri Lanka – yang semuanya juga dipengaruhi oleh serangan kelompok fundamentalis Islam – Uskup Kientenga meminta imam-imamnya untuk meningkatkan kewaspadaan di sekitar gereja-gereja dan kapel-kapel mereka, dengan bantuan penjaga sukarela yang bisa cepat merespons dan memperingatkan umat beriman jika terjadi bahaya. Uskup juga menyarankan mereka membatasi panjang perayaan-perayaan keagamaan mereka.
Akhirnya, Mgr Kientega menggarisbawahi keprihatinannya untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi para katekisnya, yang sangat sering tinggal dan berkarya di daerah-daerah terpencil dan karenanya menghadapi risiko lebih besar.
Uskup Kientenga mengakhiri pesannya dengan doa untuk perdamaian: “Semoga Tuhan, Pangeran Perdamaian dan Pemenang atas kekuatan-kekuatan jahat, memberikan perdamaian bagi negara kita. Semoga Dia sendiri menjadi kekuatan dan dukungan kita, harapan kita di masa-masa pencobaan ini. Semoga Dia memberikan istirahat kekal bagi para martir kita, dan semoga darah yang telah mereka curahkan menjadi sumber perdamaian dan kesuburan rohani.” (PEN@ Katolik/pcp diterjemahkan dari Zenit)