Hubungan antara para uskup dengan para imam sebagai “tulang punggung” yang mendukung semua hubungan di dalam keuskupan menjadi inti sambutan Paus Fransiskus dalam pertemuan dengan para uskup Italia yang sedang melakukan Sidang Umum ke-73 Konferensi Waligereja Italia yang berlangsung 21-23 Mei.
Seorang uskup memiliki kewajiban untuk dekat dengan para imamnya “tanpa diskriminasi dan tanpa preferensi atau favoritisme,” kata Paus pada pembukaan sidang seraya menegaskan, “seorang gembala sejati hidup di antara kawanannya dan tahu bagaimana mendengarkan dan menyambut semuanya tanpa prasangka.”
Karena itu, lanjut Paus seperti dilaporkan oleh Linda Bordoni dari Vatican News, 21 Mei 2019, “Kita tidak boleh tergoda hanya menerima para imam yang baik atau penyanjung.” Paus juga mendesak para uskup untuk berhati-hati agar tidak memberikan tugas hanya kepada orang-orang yang bersemangat dan “orang-orang yang ingin naik pangkat” dan mengabaikan yang “pemalu, lemah lembut atau bermasalah.”
Itu terjadi, kata Paus, para imam tidak dihargai, diolok-olok atau bahkan dicela karena kesalahan atau kejahatan beberapa rekan mereka, sehingga mereka harus menemukan dukungan, dorongan dan penghiburan dari uskup mereka.
Paus mengungkapkan kesedihan atas kasus-kasus di mana beberapa uskup “sulit menjalin hubungan dengan para imam mereka, dengan demikian berisiko menghancurkan misi mereka dan melemahkan misi Gereja.”
Tentang masalah sinodalitas dan kolegialitas, Paus menyoroti perlunya semua orang dalam Gereja berjalan dan bekerja bersama untuk menyebarkan bahwa Injil adalah gaya hidup yang Tuhan inginkan dari umat-Nya.
Paus mendengar desas-desus tentang kemungkinan rencana Sinode Para Uskup untuk Italia dan mengatakan langkah pertama adalah memastikan bahwa semua umat awam, imam, dan uskup menyadari mereka memiliki tanggung jawab bersama untuk kehidupan Gereja.
Reformasi pembatalan pernikahan
Paus juga menyatakan kekecewaannya karena begitu banyak keuskupan Italia belum melaksanakan reformasi yang dia perintahkan untuk membuat proses pembatalan pernikahan lebih cepat, lebih pastoral dan lebih murah.
“Saya sedih mengamati bahwa reformasi, setelah lebih dari empat tahun, masih jauh dari peneterapannya di sebagian besar keuskupan Italia,” kata Paus.
September 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan dua dokumen, “Mitis Iudex Dominus Iesus” (Tuhan Yesus, Hakim Lembut) untuk Gereja ritus Latin dan “Mitis et misericors Iesus,” (Yesus yang lemah lembut dan Penyayang) untuk Gereja-Gereja Katolik Timur. Di sana, Paus mereformasi bagian-bagian hukum kanon yang terkait dengan permintaan untuk deklarasi pembatalan pernikahan.
Reformasi-reformasi itu bertujuan untuk merampingkan proses dan membantu pasangan-pasangan yang membutuhkan penyembuhan, dan Paus menggarisbawahi fakta bahwa “reformasi prosedural didasarkan pada kedekatan dan uang.”
“Kedekatan dengan keluarga-keluarga yang terluka berarti bahwa pertimbangan, sejauh mungkin, terjadi dalam Gereja keuskupan tanpa penundaan dan perpanjangan yang tak perlu. Dan uang mengacu pada mandat Injil yang mengatakan, ‘Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma’ dengan merujuk juga pada kenyataan bahwa reformasi itu menyatakan bahwa proses pembatalan adalah tanpa biaya atau sebisa mungkin gratis.
Paus berharap reformasi-reformasi akan “sepenuhnya dan segera dilaksanakan di semua keuskupan” di negara itu, dan mengamati reformasi-reformasi itu bertujuan untuk membantu keuskupan menunjukkan bahwa “Gereja adalah ibu dan di hatinya adalah kebaikan anak-anaknya, yang dalam kasus ini adalah yang terluka oleh cinta yang hancur.” (PEN@ Katolik/ pcp berdasarkan laporan Linda Bordoni/Vatican News)