Paus Fransiskus menerima dalam audiensi di Vatikan para anggota Federasi Asosiasi Tunarungu Italia, yang didirikan tahun 1920 dengan misi asli untuk “melawan isolasi, marginalisasi, dan penghinaan kepada orang yang mengalami gangguan pendengaran dan pembicaraan. Dalam pertemuan dengan mereka, 25 April 2019, Paus menekankan perlunya inklusi dan budaya perjumpaan.
Sekarang, kata Paus, federasi itu didedikasikan untuk “memecahkan budaya buang, dan mendorong inklusi lebih besar di semua lingkungan.” Tugas ini diperlukan, kata Paus, untuk “memastikan kualitas hidup lebih baik bagi orang tuli dan mengatasi ketidakmampuan ini dengan menghargai semua dimensi, termasuk yang spiritual.”
Meskipun kata-kata Paus secara bersamaan diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat, Paus mengatakan, “Orang tuli pasti mengalami kondisi kerapuhan.” Seperti begitu banyak orang lain yang memiliki ketidakmampuan, mereka juga sering mengalami bentuk-bentuk prasangka, bahkan dalam komunitas-komunitas Kristen. “Ini tidak baik,” tegas Paus. Orang tuli mengajarkan kepada kita bahwa hanya dengan menerima keterbatasan dan kerapuhan, kita bisa membantu membangun “budaya perjumpaan,” yang bertentangan dengan ketidakpedulian yang tersebar luas, kata Paus.
“Kehadiran Tuhan tidak dirasakan dengan telinga, tetapi dengan iman,” kata Paus. Suara Tuhan bergema di hati setiap manusia, “dan semua orang bisa mendengarnya.” Paus mengajak mereka yang hadir untuk “membantu orang yang tidak ‘mendengar’ suara Tuhan untuk lebih memperhatikannya.”
Akhirnya, Paus berdoa untuk semua orang tuli seluruh dunia, “terutama yang hidup dalam suasana marginalisasi dan kemiskinan.” Saya berdoa agar kalian “bisa memberikan sumbangan khusus kalian bagi masyarakat,” kata Paus, dan agar kalian “bisa memiliki pandangan kenabian, mampu menemani proses berbagi dan inklusi, mampu bekerja sama dalam revolusi kelembutan dan kedekatan.” (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Vatican News)