Dalam sambutan Urbi et Orbi Paskah, Paus Fransiskus berdoa agar cahaya Kristus yang Bangkit bersinar dalam kegelapan konflik di seluruh dunia, terutama di Suriah, Yaman, Israel dan Palestina, Libya, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, Kamerun, Sudan, Sudan Selatan, Ukraina bagian timur, Venezuela, dan Nikaragua.
“Kristus hidup dan Dia tetap bersama kita.” Dengan kata-kata pengharapan itu, Paus memberikan sambutan di hadapan ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus pada hari Minggu Paskah untuk pesan dan berkat Urbi et Orbi (untuk Kota dan Dunia). Paus mengatakan, pagi hari di saat Paskah melambangkan “orang muda yang tetap hijau dalam Gereja dan umat manusia secara keseluruhan.”
Paus memulai sambutan dengan mengutip Seruan Apostolik pasca-Sinode baru-baru ini Christus vivit. “Kristus hidup! Dia adalah harapan kita, dan dengan cara luar biasa dia membawa orang muda ke dunia kita. Semua yang disentuh-Nya menjadi muda, baru, penuh kehidupan.”
Paskah, kata Paus, adalah “permulaan dunia baru yang dibebaskan dari perbudakan dosa dan kematian: dunia yang akhirnya terbuka untuk Kerajaan Allah, Kerajaan cinta, perdamaian dan persaudaraan.” Yesus, lanjut Paus, tidak meninggalkan mereka yang menghadapi kesulitan dan kesedihan, dan banyak bagian dunia menyaksikan berbagai bentuk konflik.
Paskah, kata Paus, membuat mata kita tetap fokus pada Timur Tengah, seraya berdoa agar orang “sabar bertekun dalam kesaksian mereka tentang Tuhan yang Bangkit.”
Paus mengatakan dunia berisiko melupakan rakyat Suriah, “korban konflik yang sedang berlangsung.” Menurut Paus, sekarang saatnya membuat solusi politik yang bisa “menjawab harapan rakyat akan kebebasan, perdamaian dan keadilan, menghadapi krisis kemanusiaan dan mendukung masuknya kembali orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal bersama semua orang yang mengungsi di negara-negara tetangga, terutama Lebanon dan Yordania.”
Paus juga berdoa agar cahaya Paskah menyinari semua pemimpin pemerintahan dan bangsa-bangsa di kawasan itu, “dimulai dari orang Israel dan orang Palestina,” dan memimpin mereka dalam mengupayakan masa depan perdamaian dan stabilitas.
Paus lalu berpaling ke benua Afrika, pertama dengan menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di Libya, “di mana orang-orang tak berdaya kembali sekarat dalam beberapa pekan terakhir dan banyak keluarga terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka.” Paus mendesak mereka yang terlibat untuk memilih dialog bukan kekuatan.
Paus mengatakan bagian-bagian benua itu “penuh ketegangan sosial, konflik dan kadang-kadang bentuk-bentuk ekstremisme keras sehingga mereka tidak aman, hancur dan mati.” Paus secara khusus menyebut Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, dan Kamerun. Sudan sedang mengalami “momen ketidakpastian politik,” kata Paus yang berharap semua pihak didengar.
Menyusul retret baru-baru ini di Vatikan, Paus berdoa agar Tuhan mendukung upaya-upaya menuju perdamaian di Sudan Selatan. “Semoga halaman baru terbuka dalam sejarah negara itu. Di sana, semua komponen politik, sosial dan agama secara aktif berkomitmen untuk mengejar kebaikan bersama dan rekonsiliasi bangsa.”
Bapa Suci berbicara singkat tentang konflik berkelanjutan di Ukraina bagian timur. Paus berdoa agar Tuhan “mendorong prakarsa bantuan kemanusiaan” dan upaya-upaya menuju perdamaian abadi.
Tentang orang Amerika, Paus berdoa agar sukacita kebangkitan memenuhi hati mereka yang mengalami situasi politik dan ekonomi yang sulit. “Saya memikirkan secara khusus orang-orang Venezuela, semua orang yang kondisi minimalnya kurang untuk menjalani kehidupan bermartabat dan terjamin karena krisis yang bertahan dan memburuk. Semoga Tuhan mengizinkan semua yang memiliki tanggung jawab politik mengupayakan berakhirnya ketidakadilan sosial, pelanggaran-pelanggaran dan tindakan kekerasan, serta mengambil langkah konkret yang diperlukan untuk menyembuhkan perpecahan dan memberikan bantuan yang diperlukan masyarakat.”
Paus juga berdoa agar krisis politik di Nikaragua “diselesaikan dengan negosiasi penuh perdamaian.”
Akhirnya, Paus memohon agar Tuhan menjadikan kita “pembangun jembatan, bukan tembok” dan untuk mengakhiri “auman senjata,” baik di zona konflik maupun di kota-kota.
“Semoga Kristus yang Bangkit,” doa Paus, “membuka hati kita untuk kebutuhan orang-orang yang kurang beruntung, yang rentan, yang miskin, yang menganggur, yang terpinggirkan, dan semua orang yang mengetuk pintu kita untuk mencari makanan, tempat berlindung, dan pengakuan akan martabat mereka.”
“Kristus hidup,” lanjut Paus. “Semoga kita membiarkan diri kita diperbarui dalam Dia. Selamat Paskah!” (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan Devin Watkins/Vatican News)