Ribuan peziarah berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk perayaan Minggu Palma yang menandai awal Pekan Suci. Hari Minggu Palma juga menandai Hari Orang Muda Sedunia tingkat keuskupan dan orang-orang muda terlihat melambaikan daun-daun palma dan cabang-cabang pohon zaitun di saat matahari bersinar.
Lydia Okane dari Vatican News melaporkan, ketika lagu “Hosanna” terdengar, perarakan para kardinal, imam, dan umat beriman mulai bergerak mengelilingi lapangan itu. Setelah Injil tentang Penderitaan Kristus, yang dibacakan oleh tiga diakon, Paus Fransiskus dalam kotbahnya mengenang bagaimana Yesus dalam perjalanannya ke Yerusalem menunjukkan kepada kita cara rendah hati menghadapi triumphalisme.
Dengan memasuki Pekan Suci, jelas Paus, “Yesus menunjukkan kepada kita cara menghadapi saat-saat sulit dan paling berbahaya dalam pencobaan yakni dengan memelihara dalam hati kita perdamaian, bukan pendirian teguh atau ketenangan luar biasa, tetapi penyerahan diri sepenuhnya kepada Bapa dan kepada kehendak-Nya yang menyelamatkan, yang menganugerahkan kehidupan dan belas kasihan.”
Menurut Paus, “Dia menunjukkan kepada kita jenis penyerahan diri ini. Di tiap titik pelayanan-Nya di bumi, Dia menolak godaan untuk melakukan segala sesuatu dengan cara-Nya dan bukan dalam kepatuhan penuh kepada Bapa.”
Hari ini juga, kata Paus, “dengan memasuki Yerusalem, Dia menunjukkan jalan kepada kita. Karena dalam peristiwa itu, yang jahat, pangeran dunia ini, memiliki kartu di lengan bajunya: kartu triumphalisme. Namun, Tuhan menjawab dengan berpegang teguh pada caranya sendiri, cara kerendahan hati.”
Paus menekankan bahwa “triumphalisme berupaya mencapai tujuan dengan jalan pintas dan kompromi palsu… Ia hidup dari gerak tubuh dan kata-kata yang tidak ditempa dalam wadah salib; Yesus menghancurkan triumphalisme dengan penderitaan-Nya.”
Satu bentuk halus triumphalisme adalah keduniawian spiritual, “yang bahayanya sangat besar, godaan paling berbahaya yang mengancam Gereja,” kata Paus mengutip kardinal dan teolog dari Perancis, Henri De Lubac.
Menurut Paus, Yesus “tahu bahwa kemenangan sejati termasuk memberi ruang bagi Allah dan bahwa satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menelanjangi diri sendiri, dengan mengosongkan diri.” Paus menambahkan, “tidak ada negosiasi dengan salib: apakah menerimanya atau menolaknya. Dengan merendahkan diri, Yesus ingin membuka bagi kita jalan iman dan mendahului kita di jalan itu. ”
Kepada orang-orang muda yang hadir untuk Hari Orang Muda Sedunia tingkat keuskupan, Paus minta mereka tidak malu menunjukkan antusiasme mereka kepada Yesus, untuk meneriakkan bahwa Dia hidup dan bahwa Dia ada dalam hidup mereka.
Dalam homili, Paus juga mencatat ketenangan “sangat mengesankan” Yesus di sepanjang penderitaan-Nya. “Dia juga mengatasi godaan untuk membantah, untuk bertindak seperti ‘superstar,” kata Paus seraya mengatakan bahwa “di saat-saat kegelapan dan kesengsaraan, kita perlu diam, menemukan keberanian untuk tidak berbicara, selagi ketenangan kita lemah lembut dan tidak penuh kemarahan.”
Paus menekankan bahwa “di saat itu Tuhan tampil untuk bertarung, kita harus membiarkan Dia mengambil alih. Tempat aman kita akan berada di bawah mantel Bunda Allah yang kudus.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Video singkat Misa Minggu Palma yang dipimpin Paus Fransiskus
Artikel Terkait:
Paus ajak Suster Eugenia Bonetti untuk siapkan teks renungan Via Crucis Jumat Agung