Radio Veritas (RV) yang dikelola Gereja Katolik dan berbasis di ibukota Filipina, Manila, akan memulai serangkaian acara pekan ini untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-50. Mulai hari Rabu, 10 April, perwakilan dari Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC) dan para pejabat Gereja lainnya diharapkan untuk bergabung dalam peringatan perayaan emas dari entitas kembar, Radio Veritas Asia (RVA) dan Radio Veritas 846. Kantor Komunikasi Sosial FABC akan mengadakan pertemuan di Universitas Santo Tomas (UST) di Manila, tempat gagasan radio Katolik pertama kali disusun.
Tanggal 11 April, seperti dilaporkan oleh Robin Gomes dari Vatican News, perayaan-perayaan akan diadakan di studio RVA di Quezon City. Plakat peringatan 50 tahun itu akan dibuka di sana. Kegiatan-kegiatan akan mencakup peresmian dan pemberkatan Museum Radio Veritas Asia dan pemberian penghargaan kepada 50 individu dan lembaga yang telah mendukung RVA dan Radio Veritas 846.
Misa akan dipimpin Uskup Agung Freiburg, Jerman, Mgr Stephan Burger, bersama Ketua FABC Kardinal Charles Bo dari Myanmar. Hari Minggu Paskah, 21 April, Duta Vatikan, Uskup Agung Gabriele Giordano Caccia akan memimpin Misa Syukur dengan homili oleh Uskup Agung Manila Kardinal Antonio Tagle.
Gagasan pendirian stasiun radio Katolik lahir pada pertemuan 100 uskup dari Asia dan Australia tahun tahun 1958 di Seminari Pusat UST. Pada pertemuan itu, para delegasi membahas pendirian stasiun radio yang dikelola Gereja untuk membantu menyebarkan Kabar Gembira dan ajaran-ajaran Gereja.
Peristiwa itu terjadi lima lima tahun sebelum Konsili Vatikan II bulan Desember 1963 yang mengeluarkan dekrit “Inter mirifica” yang menyatakan komitmen Gereja untuk menggunakan media massa bagi misi penginjilannya.
Dengan dukungan umat Katolik Jerman, fasilitas Radio Veritas di Fairview, Quezon City, diresmikan 11 April 1969 oleh pejabat Vatikan, Kardinal Antonio Samore, dan Uskup Agung Manila saat itu Kardinal Rufino Santos.
Santo Paus Paulus VI memberkati stasiun itu dalam kunjungannya ke negara itu 29 November 1970. “Usaha besar dan pekerjaan yang sedemikian penting ini harus menggemakan ajaran-ajaran Kristus dan mengangkat hati kepada kebenaran dan kasih Allah,” kata Paus.
Ketika penggantinya, Santo Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Radio Veritas tanggal 21 Februari 1981, Paus itu menggambarkannya sebagai “suara Kekristenan Asia,” seraya menggarisbawahi pentingnya radio dalam misi penginjilan Gereja.
Sekali lagi, dalam Seruan Apostolik Pasca-Sinode 1999 “Ecclesia in Asia,” Paus dari Polandia itu menggambarkan Radio Veritas sebagai “instrumen misi yang luar biasa.” Kini, RVA berkarya dengan 18 bahasa di Asia.
Menjelang perayaan-perayaan itu, Presiden Radio Veritas Pastor Anton Pascual mengomentari kata, “Veritas” dari bahasa Latin yang berarti “Kebenaran”. Menurut imam itu, “Merayakan ulang tahun emas menyoroti dedikasi berkelanjutan kita untuk membela kebenaran, sama benar dengan cara Radio Veritas membawa pesan Kardinal Jaime Sin … dalam ‘People Power Revolution’ 1986.”
Radio Veritas menerima Penghargaan Ramon Magsaysay untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif untuk liputan pembunuhan Senator Benigno Aquino Jr tahun 1983 dan pemberontakan tahun 1986. Penyelenggara penghargaan itu menyebutnya “peran krusialnya dalam menggunakan kebenaran untuk menggulingkan rejim yang menindas dan korup dan mengembalikan kepercayaan orang Filipina pada proses pemilihan.”
Tahun 1991, Radio Veritas menjadi stasiun radio komersial, sementara RVA melanjutkan siaran gelombang pendeknya ke benua Asia. RVA bergeser ke format digital tahun 2007 dan paling terakhir, ke streaming dan media sosial.
Program-program streaming diperkenalkan pada pergantian milenium. Maka, RVA dapat diakses oleh para migran di daerah diaspora, kapan saja dan di mana saja, melalui internet dan teknologi digital lainnya. Tahun 2007, RVA mendigitalkan fasilitas produksinya sehingga terbuka jalan untuk memindahkan beberapa bahasa, yang stabil secara politik, ke area bahasa mereka. Dengan demikian sebagian besar program bisa diproduksi di daerah asli dan dikirim ke studio RVA melalui Internet.
Kardinal Tagle mengutip peran penting Radio Veritas dalam membantu menyebarkan Firman Tuhan. Kardinal mencatat bahwa “perayaan ini menyoroti upaya-upaya Gereja Katolik dalam membantu menyebarkan informasi yang benar dan khususnya Firman Tuhan melalui media dan teknologi modern.”
“Mari kita semua menjadi pembawa kebenaran kepada dunia,” lanjut kardinal. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)