Programming for Peace (memprogram untuk perdamaian) adalah proyek yang melibatkan para ahli teknologi baru, dan akan memungkinkan jutaan orang muda seluruh dunia untuk “memprogram” dengan perspektif etis, lebih berkomitmen untuk mencari perdamaian. Prakarsa ini diluncurkan Paus Fransiskus sendiri saat berkunjung ke kantor Roma yang baru dari Scholas Occurrentes, 21 Maret.
Tujuan jaringan Scholas adalah melibatkan sekolah-sekolah negeri dan swasta dalam mewujudkan mimpi: perubahan dunia menjadi ruang kelas tanpa dinding, di mana semua anak, terutama paling miskin, bisa hidup dan belajar di bawah tanda perdamaian dan kebaikan bersama. Kini, Scholas berasosiasi dengan lebih dari 450.000 lembaga pendidikan di 190 negara.
Dalam kunjungannya, Paus mengadakan konferensi video dengan orang-orang muda seluruh dunia, dan mendengarkan kesaksian-kesaksian anak-anak yang ikut program artistik, olahraga, dan teknologi yang dipromosikan oleh Scholas. Orang muda yang ikut konferensi itu dari Panama dan Portugal, dari Rumania, dan Italia.
Dalam percakapan, Paus mendorong semua orang terlibat dalam karya “jaringan” yang penting tetapi terkadang sulit itu, dengan berbagi keterampilan, profesionalisme, dan kreativitas. Mengambil ungkapan seorang peserta, Paus mengatakan, “Scholas adalah benih” perdamaian, persaudaraan dan dialog. Orang-orang muda, kata Paus, sering tidak menemukan panutan yang baik, karena mereka mencarinya di luar komunitas mereka. Di sisi lain, Scholas membangunkan orang muda sendiri, dan mendorong mereka mengikuti para pemimpin yang muncul dalam komunitas mereka sendiri.
“Kami telah melihat bagaimana belakangan ini orang-orang muda dari berbagai kota dunia turun ke jalan membela lingkungan, membela bumi. Orang muda memiliki kekuatan yang tak terbayangkan, mereka kreatif,” kata Paus yang menegaskan perlunya merangkul kreativitas kaum muda dan tidak “menjinakkan” mereka. Orang muda “bukan masa depan,” kata Paus. “Mereka adalah waktu kini, hari ini, ‘sekarang’ dari Tuhan. Kita harus memperbaiki ungkapan ini.” Tetapi Paus memperingatkan, meskipun baik memprotes yang salah, ini tidak cukup – kita harus meningkatkan yang positif. Meningkatkan berarti membuat kesalahan, kata Paus, “tapi lebih baik membuat kesalahan dengan melakukan sesuatu, daripada melakukannya saat berdiri di sana dengan tangan bersilang.”
Paus juga meminta orang muda mengembangkan dialog dengan lansia. “Ini tantangan hari ini yang harus dihadapi orang muda,” kata Paus. Dialog dengan lansia, karena jika orang muda ‘jalan sendiri’, mereka kehilangan akarnya, mereka kehilangan rasa sejarahnya, mereka kehilangan rasa memilikinya.” Di sisi lain, kata Paus, jika yang tua tidak mampu memberikan hal-hal ini kepada generasi muda, “mereka merasa terisolir, dan mati kesedihan.” Menyinggung nubuat Kitab Yoël, Paus Fransiskus mengatakan bahwa hanya dengan saling membantu “orang tua akan bermimpi dan orang muda bernubuat.”
Perjumpaan Paus dengan orang-orang muda berakhir dengan gerakan simbolik: beberapa anak mengisi bejana dengan air dari mata air, dan membagikan air yang diberkati itu kepada semua yang hadir. “Semoga Tuhan menjadikan kita air hidup!” Paus berdoa. Paus lalu kembali ke Vatikan, setelah menyalami setiap anak yang hadir secara pribadi. (PEN@ Katoliki/paul c pati berdasarkan Vatican News)