Di tengah terus berlanjutnya kemarahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap para pemimpin Gereja, hari Senin, 11 Maret 2019, tiga imam mengungkapkan ancaman terhadap kehidupan mereka dalam konferensi pers di seminari di Kota Quezon. Ketiga imam itu, Pastor Flavie Villanueva SVD, Pastor Albert Alejo SJ dan Pastor Robert Reyes Pr mengatakan, mereka telah mendapatkan kiriman pesan yang mengancam akan membunuh mereka.
Kini, beberapa uskup dan imam di Filipina menerima ancaman mati. Satu hal yang sama dari penerima ancaman itu adalah mereka semua pengkritik pembunuhan di luar hukum yang terjadi di negeri itu. Dalam konferensi pers itu, ketiga imam itu juga menyampaikan beberapa kutipan ancaman kematian yang mereka terima serta yang diterima oleh Uskup Agung Lingayen-Dagupan Mgr Socrates Villegas dan Uskup Kalookan Mgr Pablo Virgilio David.
Pastor Villanueva, yang mengelola pusat untuk orang-orang yang menjadi janda dan yatim piatu akibat perang berdarah terhadap narkoba yang dijalankan pemerintah mengatakan, beberapa orang mungkin merasa “terancam” karena perjuangannya.
“Jika membantu mereka (anak yatim dan janda itu) tampaknya menjadi ancaman bagi orang lain karena bantuan itu memberdayakan dan memungkinkan mereka berbicara tentang kebenaran, maka mungkin ada orang ingin saya menghentikan apa yang saya lakukan,” kata imam itu.
Tahun 2016, Pastor Villanueva yang pernah menggunakan narkoba, meluncurkan sebuah program untuk membantu keluarga para korban pembunuhan dalam perang terhadap narkoba. Program bernama “Paghilom” (penyembuhan) itu adalah salah satu dari beberapa prakarsa berbasis Gereja untuk memberikan harapan bagi mereka yang “terpinggirkan” dari Gereja dan masyarakat.
“Kenapa aku begitu bersemangat melakukan hal itu? Saya ingin membuktikan bahwa ada harapan bagi mereka (pengguna narkoba) dan mereka tidak boleh dibunuh,” kata imam itu.
Pastor Alejo mengakui, mereka khawatir akan keselamatan mereka. “Kami keluar tidak hanya karena ancaman itu mungkin akan menjadi kenyataan, tetapi juga karena kemungkinan adanya tuduhan diajukan setelah kami terbunuh,” kata imam itu.
Tewasnya tiga pastor Katolik sejak Desember 2017 menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Gereja. Namun, Pastor Reyes mengatakan ancaman seperti itu tidak akan mencegah mereka melakukan misi untuk melindungi orang-orang terutama yang tertindas. “Kami akan terus melakukan ini sebagai hamba-hamba Tuhan dan orang-orang yang memiliki misi untuk melindungi hak-hak dan kesejahteraan sesama kami,” kata imam itu.
Uskup Agung Manila Kardinal Luis Antonio Tagle sebelumnya mengatakan kepada Presiden Duterte bahwa Mgr David dan beberapa imam telah mendapatkan ancaman pembunuhan. Mgr Villegas dan Mgr David adalah dua waligereja yang paling blak-blakan menentang perang narkoba dan menyerukan berakhirnya pembunuhan. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan cbcpnews)