Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Komunitas lintas agama “melukis pelangi kehidupan” di mata air menjawab kehausan masyarakat  

Warga lintas agama menanam anakan pala di seputar mata air. PEN@ Katolik/yf
Warga lintas agama menanam anakan pala di seputar mata air. PEN@ Katolik/yf

Komunitas lintas agama, yang terdiri dari para suster SSpS, komunitas Budha, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Komunitas Muslim Geliting dan utusan Hindu dan diprakarsai oleh Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, mengadakan kegiatan penghijauan di seputar mata air.

Kegiatan di Mata Air Wairnakat, Desa Wolomotong, Doreng, NTT, yang dinamakan “Aksi Bela Bumi” itu dilaksanakan 23 Februari 2019 di bawah koordinasi Pastor Hendrik Maku SVD, pengampuh mata kuliah Filsafat Islam dan Ilmu Perbandingan Agama di STFK Ledalero.

“Warga Kabupaten Sikka yang meratap kehausan harus menjadi permenungan bersama untuk selanjutnya ditanggapi dalam aksi sosial yang riil. Kehadiran umat dari berbagai agama di mata air, dalam kegiatan penghijauan ini, adalah bukti bahwa umat beragama di Sikka melek dan responsif terhadap persoalan konteks,” kata Pastor Hendrik.

Umat dari berbagai agama yang terlibat dalam aksi itu, kata imam itu, mengamini ide besar Paus Fransiskus bahwa agama tidak boleh hadir sebagai tembok yang memisahkan umat dari satu agama dengan umat dari agama lain. “Agama mesti dimaknai sebagai jembatan yang menghubungkan satu umat dengan umat yang lain,” kata imam itu.

Yang terlibat dalam aksi sosial itu, lanjut Pastor Hendrik, sepakat bahwa ternyata perbedaan itu indah. “Bagi mereka perbedaan agama merupakan aneka warna yang kemudian bisa dipadukan dalam melukis pelangi kehidupan,” kata imam itu seraya menyaksikan umat berbeda agama bersama menanam 750 anakan pala di seputar mata air.

Dijelaskan, kegiatan sosial itu merupakan wujud nyata toleransi dengan sesama dan juga dengan alam. “Alam yang sakit karena ulah manusia mesti dirawat dan dipulihkan. Umat beragama mesti bisa menjaga relasi yang baik tidak hanya dengan sesama, tetapi juga dengan alam dan ciptaan lainnya,” kata Pastor Hendrik seraya menegaskan bahwa mereka tetap mengumbar senyum walaupun bercucuran keringat di bawah sengatan mentari.(PEN@ Katolik/yuven fernandez).

PEN@ Katolik/yf
PEN@ Katolik/yf

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini