Ketua Pembina Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pamane Talino di Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Uskup Agung Pontianak mengajak Yayasan Landak Bersatu, ketua serta seluruh tenaga dan karyawan STKIP itu untuk “bekerja dan bekerja sama secara profesional, akuntable dan transparan dengan penuh semangat kasih dan berkeadilan agar harapan mahasiswa dan mahasiswi serta orangtua serta masyarakat umumnya atas kehadiran STKIP ini menjadi kenyataan.”
Mgr Agustinus Agus berbicara dalam wisuda ketiga terhadap 139 orang di Aula Besar Kantor Bupati Landak 30 Januari 2019. Wisuda pertama dilakukan 31 Agustus 2017 dengan jumlah 101 orang dan wisuda kedua tanggal 2 Mei 2018 dengan 128 orang. Wisuda 2019 adalah wisuda pertama setelah STKIP Pamane Talino diambil alih oleh Keuskupan Agung Pontianak tanggal 27 Mei 2018.
“Mari kita bekerja agar kehadiran STKIP Pamane Talino sungguh dirasakan bukan hanya oleh masyarakat Kabupaten Landak ini, tetapi di seluruh Kalimantan Barat, bahkan bukan suatu yang mustahil bisa mengangkat nama Kalimantan Barat di bidang pendidikan,” kata Mgr Agus.
Tanggal 20 Januari 2019, cerita uskup itu, dia bersama Ketua Yayasan Landak Bersatu Pastor Dr Johanes Robini Marianto OP datang ke Jakarta menemui orang asal Kalimantan Barat. “Di sana saya masak makanan khas Kalimantan sambil bernyanyi dan berhasil mengumpulkan uang” cukup besar dari 14 orang yang hadir, kata Mgr Agus.
Itu menunjukkan, lanjut Mgr Agus, bahwa dirinya sebagai uskup dari keuskupan yang memiliki STKIP itu serta yayasan yang menjalankan STKIP itu “tetap bekerja dan bekerja.” Uskup pun meminta yang lain juga bekerja. “Jadi jangan berpikir, Keuskupan Agung Pontianak hanya perlu berdoa, tapi juga bekerja hingga pembangunan kampus baru bisa dikerjakan. Mungkin satu dua minggu ini gambar teknis rancangan kampus baru akan selesai dan kami akan cari kontraktor yang sesuai keinginan kami,” jelas Mgr Agus.
Peletakan batu pertama pembangunan kampus baru STKIP Pamane Talino akan dilaksanakan bulan April 2019.
Peristiwa wisuda hari itu, menurut Mgr Agus, adalah sasaran antara untuk mencapai tujuan utama yaitu “penyempurnaan pribadi manusia seutuhnya demi kesejahteraan dan pembangunan dunia agar semakin manusiawi,” dan dalam hal itu “Gereja Katolik wajib menyelenggarakan pendidikan dan memberikan bantuannya untuk mendukung agar tujuan tersebut bisa terwujud” (Bandingkan Ensiklik Konsili Vatikan II Gravissimum Educationis mengenai Pendidikan Katolik).
Dalam sambutannya, Pastor Robini memuji Mgr Agus yang bersedia mendirikan Universitas Katolik yang belum pernah ada di Pulau Kalimantan, padahal semua pulau besar di Indonesia sudah memilikinya. Menurut imam Dominikan itu, pertanyaan mengapa dimulai di Ngabang tidak perlu dipersoalkan karena yang paling penting adalah sekolahnya sendiri. “Sebuah universitas yang berhasil, perlu karakter pengajar yang bagus dan berwibawa, dekat dengan mahasiswa dan memiliki pengaruh, tetap menjaga intelektualnya serta sistem yang bagus dan lingkungan yang mendukung,” kata imam itu.
Dari pihak yayasan sendiri, Pastor Robini telah bertemu berbagai pihak untuk renovasi gedung pinjaman yang digunakan saat ini, untuk pencarian dana pembangunan kampus STKIP Pamane Talino yang baru, untuk beasiswa bagi mahasiswa, dan untuk membantu sistem informasi STKIP itu. Para donator itu hadir dalam acara itu dan diperkenalkan, antara lain 14 donatur yang dikoordinir oleh Regina, dan Susanto Onie yang merenovasi gedung dan menyumbangkan beberapa unit komputer untuk sistem informasi manajemen dan tiga laptop untuk mahasiswa lulusan terbaik.
Selain sudah menandatangani kerja sama dengan Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Drs Johanes Eka Priyatma M.Sc, Ph.D, bulan November 2018, lanjut imam itu, dia bertemu Rektor Universitas Santo Tomas Manila untuk menyejajarkan program STKIP Pamane Talino “dan nanti setelah dua tahun kuliah di Ngabang seorang mahasiswa akan menerima sertifikat dari universitas itu.”
Pastor Robini sudah membicarakan kemungkinan pemberian dua gelar dari STKIP Pamane Talino Ngabang dan Universitas Domuni (Dominican Online University) di Brussel, Belgia. “Kemarin saya menerima email dari rektornya yang mengatakan mereka telah menerima daftar dosen dan matakuliah untuk dipelajari. Maka berdoalah untuk semua itu.”
Pastor Robini mengatakan kepada wisudawan-wisudawati, meski mereka hanya sebentar menikmati perkembangan STKIP ini, namun kalian “wajib bersyukur dan bergembira akan almamater kalian.” Mungkin, lanjutnya, masih ada yang belum jelas tentang gambaran STKIP Pamane Talino ke depan, “namun bersyukurlah dan setelah lulus jadilah pendidik yang terbaik dari segi intelektual dan etika. Karakter, etika dan moral harus menjadi pegangan kalian. Dan jangan lupa berdoa,” katanya.
Pastor Robini mengajak masyarakat agar tidak ragu lagi akan keseriusan Keuskupan Agung Pontianak di bawah kepemimpinan Mgr Agus dalam menangani dan mengembangkan STKIP Pamane Talino.
Pendiri STKIP Pamane Talino Dr Drs Adrianus Asia Sidot M.Si yang kini menjabat tugas sebagai anggota pembina STKIP itu berterima kasih kepada Mgr Agus yang memberikan perhatian besar untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Landak dan Kalimantan Barat bahkan Pulau Kalimantan “dengan mengambil alih pengelolaan kampus ini, dan tentu dengan rencana besar untuk dikembangkan.”
Mantan Bupati Landak itu yakin bahwa Tuhan akan menyertai rencana besar itu “karena itu untuk kemajuan masyarakat, khususnya masyarakat Dayak di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dan Indonesia. Kami juga berterima kasih kepada Ordo Dominikan dan Pasionis yang akan mengelola kampus ini, dan para donatur dan sponsor. Saya percaya, pengalaman sangat matang dan berkaliber internasional dari para pastor dan suster Dominikan dan Pasionis akan membuat kampus ini lebih cemerlang dan menjadi center of excellence bagi daerah ini dan Indonesia.”
Tentu, lanjutnya, ini memerlukan peranserta semua pihak, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai stakeholders yang akan mengembangkan kampus ini. “Peranserta masyarakat sangat penting karena kampus ini sangat tergantung dari dukungan dan animo masyarakat,” jelasnya.
STKIP Pamane Talino dirikan oleh Adrianus waktu masih menjabat sebagai Bupati Landak dengan keinginan “agar masyarakat di sini sejajar dengan masyarakat di Pulau Jawa dalam bidang pendidikan.” (PEN@ Katolik/aop/pcp)
Artikel Terkait:
Sekolah tinggi pertama milik Keuskupan Agung Pontianak lakukan buka bersama di kampus
Keuskupan Agung Pontianak kini memiliki sekolah pendidikan tinggi guru Katolik pertama