Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Sekolah tinggi pertama milik Keuskupan Agung Pontianak lakukan buka bersama di kampus

STKIP Paname Talino di Landak, Kalbar, saat ini. Gedung baru akan segera dibangun/PEN@ Katolik/pcp
STKIP Paname Talino di Landak, Kalbar, saat ini. Gedung baru akan segera dibangun/PEN@ Katolik/pcp

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Paname Talino di Landak, Kalimantan Barat, sudah diserahkan kepemilikan dan pengelolaannya kepada Keuskupan Agung Pontianak, namun di saat menjelang magrib terdengar tabuan rebana bertalu-talu.

Sebuah tim rebana dengan beberapa lagunya menemani sekitar 40 orang pimpinan, staf, dan mahasiswa dan mahasiswi dalam acara buka puasa bersama di ruangan depan kampus STKIP Paname Talino, 6 Juni 2018. Acara itu dihadiri juga oleh Pastor Johanes Robini Marianto dari Ordo Dominikan (OP) yang ditugaskan oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus sebagai “pengelola utama” STKIP itu serta oleh Ketua STKIP Pamane Talino Heri Usodo.

Bunyi rebana itu mengingatkan Pastor Robini yang aktif di Center for Research for Interreligious Dialogue (CRID), Pontianak, akan pengalamannya ketika belajar tentang Islam di Kairo, Mesir, dan berharap agar di tahun-tahun depan acara buka puasa itu dirayakan lebih meriah di lapangan dengan tarian sufi.

Imam Dominikan yang mengaku menikmati bacaan Alquran dan terjemahannya yang membuka acara itu mengingatkan bahwa manusia itu berdosa. “Kita tidak mungkin sempurna. Kita disempurnakan karena pengampunan Allah. Maka setiap tahun kita diberi rahmat oleh Tuhan dengan satu bulan yang dikhususkan untuk mengingatkan bahwa kita ini perlu bertobat,” jelas imam itu.

Pastor Robini berdoa, “sebagaimana dikatakan dalam Alquran, yang diturunkan pada 17 Ramadan, agar fitrah kita sebagai manusia dan kedamaian dikembalikan.” Pastor Robini berharap dan berdoa, serta meminta kaum Muslim yang hadir pada acara itu untuk juga mendoakan orang-orang yang tidak berpuasa, “agar kami juga mendapatkan kedamaian karena kita saling mendoakan.”

Atas nama uskup, imam itu mengucapkan selamat berpuasa dan selamat Idul Fitri, “semoga semuanya menjadi suci kembali karena pengampunan Tuhan dan kedamaian dikembalikan kepada hati kita.” Imam itu merencanakan untuk melakukan halal bi halal setelah Lebaran di bulan Agustus dengan membawa penceramah dari luar Pulau Jawa.

Menurut Heri Usodo, kebersamaan dalam kebhinekaan yang nampak di kampus itu sesuai dengan semangat dibangunnya kampus itu. Suasana itu, katanya, “nampak dalam kehidupan sehari-hari di kampus, di mana setiap kegiatan rapat dan perkuliahan diawali dengan doa bergantian antara Islam Katolik dan Kristen. Andaikata nanti ada dari agama Hindu tentu kita akan libatkan mereka dalam doa kebersamaan.”

Kebersamaan dalam kebhinekaan di kampus itu dihargai dan dihormati, lanjutnya, karena Tuhan yang mahakuasa menciptakan aneka ragam manusia yang tidak seragam tetapi warna-warni bagaikan lukisan  mosaik.

Dalam tausiah, Ustaz Zulkarnain mengingatkan umat Muslim yang hadir bahwa ada tiga dimensi yang melekat pada Ramadan yakni bulan penyucian jiwa atau penyucian rohani bagi umat Islam yang menjalankan puasa, bulan pembersih harta benda saat ada semangat berbagi yang tinggi, dan bulan yang menjadi inspirasi untuk memecahkan problem umat dan problem bangsa, “karena kasih sayang tidak bisa terpisahkan dan harus menjadi bagian dari seorang Muslim.”

Diingatkan pula bahwa puasa tidak lantas membuat seseorang itu lemah atau kehilangan tenaga untuk beraktivitas. Justru sebaliknya, “dengan semangat Ramadhan semangat kita semakin tinggi dengan keyakinan bahwa apa yang kita buat demi kebenaran akan dilipatkan pahalanya.”

Bunyi rebana kembali bertalu saat peserta menikmati makan bersama yang berlangsung setelah doa buka bersama. Acara itu diakhiri dengan sholat berjamaah, dan peserta kembali ke dalam hidup bermasyarakat, yang menurut Ustaz Zulkarnain, laksana kue lapis yang dibuat dengan sangat memperhatikan keseimbangan.

“Kita bisa melihat bahwa keindonesiaan kita ini, kalau diramu dengan semangat seperti ini, akan luar biasa indahnya, sehingga Pancasila bukan sekedar jargon yang kita ucapkan tetapi terwujud dan terinternalisasi dalam jati diri kita,” kata Ustaz Zulkarnain. (paul c pati)

Pastor Robini Marianto OP (batik merah)/PEN@ Katolik/pcp
Pastor Robini Marianto OP (batik merah)/PEN@ Katolik/pcp
bukber5
Bergambar bersama setelah Buka Puasa Bersama/PEN@ Katolik/pcp
Ketua STKIP Pamane Talino Heri Usodo, Ustaz Zulkarnain (sedang memberikan tausiah), Pastor Johanes Robini Marianto/PEN@ Katolik/pcp
Ketua STKIP Pamane Talino Heri Usodo (kiri), Ustaz Zulkarnain (sedang memberikan tausiah), dan Pastor Johanes Robini Marianto/PEN@ Katolik/pcp

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini