(Renungan berdasarkan Bacaan Injil Minggu Ketiga dalam Masa Biasa, 27 Januari 2019: Lukas 1: 1-4; 14-21)
Sinagoga adalah tempat beribadah bagi orang Yahudi. Jantung dari peribadatan di sinagoga adalah pembacaan Alkitab Ibrani (yang kita sebut Perjanjian Lama) dan penjelasan bacaan-bacaan tersebut. Dalam Injil, kita belajar bahwa Yesus berdiri sebagai pewarta. Pertama, Dia berdiri dan membaca Kitab Suci, dan bagian yang dibaca adalah dari Nabi Yesaya. Kemudian, Dia duduk, yang adalah posisi guru. Orang-orang Yahudi di sinagoga ingin sekali mendengarkan Yesus. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari Yesus dari para guru Yahudi lainnya. Yesus tidak hanya menguraikan bacaan dari Yesaya, atau membuat komentar pada teks. Dia tidak hanya membahas makna bacaan, atau menjelaskan konteks teks. Ia menggenapi apa yang tertulis dalam Alkitab. Ia berkata, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk. 4:14)
Apa yang Yesus lakukan memberi kita sebuah sikap mendasar bagi setiap murid-Nya: setiap pelayanan, doa, dan kehidupan Kristiani berakar pada Firman Allah dan juga menjadi penggenapan dari Firman Allah. Memang benar bahwa banyak dari kita bukan imam, suster atau katekis, tetapi orang awam, seperti kepala keluarga, ibu rumah tangga, para pekerja profesional, dan warga negara. Banyak aspek kehidupan kita yang tidak berhubungan langsung dengan Alkitab, seperti saat kita bekerja, membesarkan anak, dan berekreasi. Jadi, mengapa kita perlu menjadikan Firman Tuhan akar dan penggenapan berbagai aspek kehidupan kita?
Kita ingat bahwa dalam Kitab Kejadian, Allah menciptakan dunia melalui Firman-Nya. “Tuhan berkata, ‘Jadilah terang!’ Dan terang itu ada.” Dan di akhir kisah penciptaan, dengan Firman-Nya lah, Tuhan memberkati dunia ciptaan-Nya. Setiap keberadaan di dunia ini, termasuk kehidupan kita, menemukan permulaan, makna, dan penggenapannya dalam Firman Tuhan. Udara yang kita hirup, cahaya yang kita lihat, suara yang kita dengar memberikan kesaksian akan Firman Allah. Jadi, siapapun kita dan apa yang kita lakukan, Firman Allah akan mengilhami, membimbing, dan menginspirasi kehidupan kita sehari-hari. Jika kita mengizinkan Firman mengambil alih, hidup kita perlahan tapi pasti berubah menjadi penggenapan dari Firman Allah.
Namun, bagaimana Firman Allah dapat memengaruhi kehidupan kita jika kita tidak membaca atau mendengar Alkitab? Satu masalah serius di antara umat Katolik adalah bahwa kita jarang membaca Alkitab, dan ketika kita menghadiri Misa, sering kali kita tidak cukup memperhatikan bacaan-bacaan Kitab Suci. Setelah bacaan, kita hanya menjawab, “Syukur kepada Allah!” Tapi setelah Misa, kita lupa dengan bacaan yang kita dengar. Kita memiliki Alkitab di rumah, tetapi sering kali itu tersembunyi, berdebu, dan tidak tersentuh. Ketidaktahuan akan Kitab Suci ini tidak hanya memengaruhi umat awam, tetapi bahkan para imam dan kaum berjubah. Paus Fransiskus dalam ensikliknya Evangelii Gaudium, menyesali para imam yang dalam homilinya bercerita tentang segala hal kecuali Firman Tuhan.
Namun, kita tidak putus asa. Kabar gembira bagi kita adalah sekarang semakin banyak orang awam terlibat dalam kerasulan Kitab Suci di paroki atau keuskupan. Bible Sharing, Bible Study dan Bible Quiz sekarang adalah sesuatu yang umum di antara umat Katolik. Saya sendiri, setiap kali saya memberi ceramah, saya memastikan bahwa para peserta akan membawa Alkitab dan diskusi saya akan didasarkan pada Kitab Suci. Dan kita semua dapat mulai membaca Alkitab di rumah kita masing-masing. Kita dapat membaca lima bab setiap hari, dan dalam setahun, kita dapat menyelesaikan seluruh Alkitab.
Biarlah Firman menjadi udara yang kita hirup, cahaya yang kita lihat, suara yang kita dengar, dan pada akhirnya, kita dapat mengatakan, “Hari ini Kitab Suci dipenuhi dalam pendengaranmu.”
Diakon Valentinus Bayuhadi Ruseno OP