Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Paus Fransiskus: Kelahiran Yesus di palungan ajarkan kita untuk berbagi kehidupan

Paus Fransiskus merayakan Misa Malam Natal. (Vatican Media)
Paus Fransiskus merayakan Misa Malam Natal. (Vatican Media)

“Di Betlehem, kita menemukan bahwa Tuhan tidak mengambil kehidupan, tetapi memberikannya.” Dalam homili pada Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus Vatikan, 24 Desember 2018, Paus Fransiskus mengatakan bahwa tempat kelahiran Yesus menandai titik balik dalam perjalanan sejarah.

Paus mencatat bahwa Betlehem berarti “rumah roti”, dan bahwa Maria meletakkan Yesus di palungan. “Seolah-olah Dia ingin mengatakan: ‘Inilah aku, makananmu’.” Paus mengatakan, Yesus memberi diri-Nya sendiri kepada kita, mengajarkan kepada kita untuk menjalani hidup kita dengan cara baru: “bukan dengan melahap dan menimbun, tetapi berbagi dan memberi.” Kita memakan Yesus, roti kehidupan, dan dilahirkan kembali dalam kasih, dengan memutuskan lingkaran keserakahan dan keserakahan yang jahat.

Dalam Kitab Suci, kata Paus seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News, dosa asal umat manusia adalah mengambil dan memakan makanan terlarang. “Manusia menjadi serakah dan rakus.” Bahkan hari ini, kata Paus, ada orang yang sering makan makanan lezat sementara banyak orang lain hidup tanpa makanan cukup untuk bertahan hidup.

“Dengan berdiri di depan palungan, kita memahami bahwa makanan kehidupan bukanlah kekayaan materi tapi cinta, bukanlah kerakusan tetapi amal kasih, bukanlah kesombongan tapi kesederhanaan,” kata Paus.

Paus berkata bahwa Yesus tahu kita perlu makan setiap hari, maka Dia memberi diri-Nya setiap hari dalam hidup-Nya. “Hari ini juga, di atas altar, Dia menjadi roti yang dipecah-pecah untuk kita; Dia mengetuk pintu kita, untuk masuk dan makan bersama kita.”

Bila kita menyambut Tuhan dalam hati kita dan membiarkan Dia tinggal di sana, kata Paus, sejarah berubah. “Karena sekali Yesus tinggal di hati kita, pusat kehidupan bukan lagi ego saya yang rakus dan egois, tetapi Dia yang dilahirkan dan hidup untuk cinta.”

Bapa Suci berkata bahwa Yesus mengajak kita di hari Natal untuk cepat berdiri dari meja makan dan melayani orang lain, membagikan makanan kita kepada mereka yang tidak memilikinya.

Paus Fransiskus selanjutnya mengatakan, Betlehem juga disebut “kota Daud”. Sebelum menjadi raja, Daud adalah gembala yang dipilih Allah untuk menggembalakan dan memimpin umat-Nya.

Di malam Natal, para gembala menyambut Yesus di dunia. Malaikat yang menampakkan diri berkata kepada mereka, “Jangan takut.” Bapa Suci mengatakan, kita sering mendengar ungkapan itu dalam Injil karena Tuhan tahu kita takut karena dosa kita.

“Betlehem adalah obat untuk ketakutan ini, karena meskipun manusia berulang-ulang mengatakan ‘tidak’, Tuhan terus-menerus mengatakan ‘ya’. Dia akan selalu menjadi Tuhan bersama kita.” Tuhan, kata Paus Fransiskus, menjadikan diri-Nya seorang anak kecil agar tidak menakuti kita.

Para gembala tidak tidur ketika malaikat itu datang; mereka berjaga-jaga. Bapa Suci berkata hidup kita bisa ditandai dengan menunggu atau dengan menginginkan. Jika kita menunggu Tuhan di tengah “kesuraman masalah kita”, kata Paus, “kita akan menerima hidup-Nya.” Tetapi kalau kita hanya menghabiskan hidup kita dalam keinginan egois, ‘di mana semua persoalan dapat diselesaikan dengan kekuatan dan kemampuan kita sendiri, maka hati kita tetap tidak bisa menerima cahaya dari Tuhan.”

Paus Fransiskus mengatakan bahwa untuk Allah para gembala segera berangkat dengan membiarkan ternak mereka tidak dijaga. Setelah melihat Yesus, mereka pergi untuk mengumumkan kelahiran-Nya. “Berjaga-jaga, berangkat, mengambil risiko, menceritakan kembali keindahan: semua ini adalah tindakan cinta,” kata Paus.

Paus Fransiskus mengakhiri homili dengan mengatakan bahwa di saat Natal kita semua ingin pergi ke Betlehem. “Hari ini juga, jalannya menanjak: ketinggian keegoisan kita perlu diatasi, dan kita tidak boleh kehilangan pijakan atau luncuran ke dalam keduniawian dan konsumerisme.”

Maka kita mempercayakan diri kepada Tuhan, kata Paus. “Pikullah aku di pundak-Mu, Gembala yang Baik; karena dicintai olehmu, aku akan dapat mencintai dan mengangkat saudara-saudariku.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini