Paduan Suara Anak Kaltim tidak berdoa untuk menjadi juara Pesparani I di Ambon

0
3402
Paduan Suara anak Kaltim saat tampil di Pesparani I Ambon. Ingrid Patty (paling kiri). Ist
Paduan Suara anak Kaltim saat tampil di Pesparani I Ambon. Ingrid Patty (paling kiri). Ist.

Ketika Paduan Suara Anak (PSA) Kaltim mempersiapkan diri dan tampil di panggung lomba Pesparani I di Ambon, menurut pelatih dan konduktornya, Ingrid Patty, anak-anak tidak berdoa kepada Tuhan untuk menjadi juara, karena pastor yang mendampingi mengatakan “tidak perlu berdoa kepada Tuhan untuk menjadi juara.”

Semua peserta berdoa seperti itu, kata Ingrid mengutip imam itu, “maka jangan membuat Tuhan bingung harus memilih siapa yang juara, tetapi  berdoalah untuk diberi kekuatan agar dapat mempersembahkan kembali talenta yang sudah Tuhan berikan.”

Tapi saat pemenang diumumkan 1 November 2018, ternyata Provinsi Kaltim, yang mengikuti semua 12 kategori, menjadi Juara Umum Pesparani I Ambon dan salah satu juaranya adalah PSA. Menurut situs Pemerintah Provinsi Maluku http://www.malukuprov.go.id/, “Total nilai yang diraih Kalimantan Timur 299 point. Perolehan point itu gabungan dari point champion (25), perolehan medali emas (25) dan partisipasi mata lomba (2). Kaltim memperoleh nilai tertinggi di empat kategori lomba, yakni Cerdas Cermat Remaja dengan nilai 2.500, Bertutur Kitab Suci nilai 2.585, Mazmur Anak nilai 83,95 dan Paduan Suara Anak nilai 85,92.

Memang, sesuai permintaan imam itu, lanjut Ingrid, “anak-anak tidak menganggap Pesparani ini sebagai pertandingan untuk mengalahkan yang lain, tetapi berlomba untuk menyanyi yang baik, memuji Tuhan dengan segenap hati,” kata Ingrid kepada PEN@ Katolik 3 Oktober 2018, seraya menegaskan bahwa “anak-anak PSA sudah menyanyi dengan baik, tulus dan ikhlas, dari hati yang paling dalam.”

Para anggota PSA itu bersama pelatih, Ingrid dan suaminya Nico Karyadi, sudah pulang ke Balikpapan saat pengumuman itu. Meskipun demikian, Ingrid mengaku “euforia kebahagiaan tercermin dari ramainya pesan WA yang terus menerus sejak malam itu hingga esok harinya, serta ucapan selamat dari umat Katolik di Balikpapan.”

PSA Katim memang gabungan siswa-siswi SD Katolik Santa Theresia dan SMP Katolik Santo Mikail Balikpapan di bawah naungan Yayasan Budi Bakti Karya MASF. Kelompok itu dibentuk sejak 2016 dengan nama Nickyta Children Choir (NCC) dengan pelatih suami isteri itu.

Selain sering mengisi tugas koor di gereja, tahun 2017 NCC berhasil menjadi juara 1 pada seleksi untuk Pesparani dan Pesparawi, maka sebelum berangkat ke Ambon di tahun ini NCC juga diutus mewakili PSA Katim pada Pesparawi 2018 di Pontianak dengan hasil Gold 5.

Ingrid senang karena hasil Pesparani itu adalah “hadiah bagi anak-anak yang begitu antusias saat latihan, walaupun waktu latihan sangat terbatas, karena harus menunggu pulang sekolah pukul 15.00.” Waktu latihan, lanjutnya, minimal dua jam “karena jika kelamaan, anak-anak terlalu lelah setelah belajar.” Pada hari Sabtu dan Minggu atau libur mereka bisa berlatih selama tiga jam.

Ingrid bersyukur karena tidak sulit mengumpulkan anak-anak yang bersekolah dalam satu kompleks, “apalagi ada dukungan maksimal dari orangtua, termasuk pendampingan saat anak-anak harus latihan lebih lama dengan menyiapkan konsumsi, karena kami tidak secara khusus menyiapkannya.”

Ingrid pun tidak merasa ada dukanya dalam persiapan itu, “karena anak-anak sangat senang bernyanyi, karena yang dipilih adalah anak-anak yang terlibat dalam ekstra kurikuler vokal, baik SD dan SMP.”

Kesulitan pun semakin tidak kelihatan karena “kebetulan kami berdua suami-istri bisa menggunakan waktu di rumah untuk berdiskusi tentang lagu-lagu yang mereka nyanyikan.” Apalagi, dalam sebulan, dua kali mereka pernah mendatangkan pelatih Diani Riani Sitompul dari Jakarta “untuk memoles dikit.”

Menurut Ingrid, pakaian PSA dalam Pesparani juga menjadi simbol melodi lagu, dengan nuansa Batak, Bali dan Dayak. PSA Kaltim tampil dengan lagu “Dalam Perjamuan” (wajib) dan “Puji Tuhan Allahmu.” Dalam melodi lagu terakhir itu, jelas Ingrid, terdengar gaya Bali berupa bunyi seperti gong pada suara alto, gaya Batak dengan gendang ceracap, dan gaya Dayak pada melodi ‘nyanyikanlah lagu yang baru.”

Sementara itu ada juga ikat kepala dari budaya Batak, rok batik ampik dari budaya Dayak dan ikat pinggang gold dari budaya Bali.

The Champion untuk PSA Kaltim membuat Ingrid “bersyukur dan bahagia banget, karena usaha dan latihan kami tidak sia-sia.”

Apalagi ketika membaca pesan Fanny Kalensang di Instagram: “Terima kasih untuk Kontingen  Kalimantan Timur yang sukses di Pesparani I Ambon. Terima kasih sudah memilih lagu ini (Puji Tuhan Allahmu). Saya sebagai pencipta lagu ini sangat puas dan senang banget dengan penggarapan lagu ini. Dan waktu saat lomba saya jadi PIC dari LP3KN. Waktu itu saking senangnya saya sampai meniktikkan air mata karena sangat bagus dibawakan. Terima kasih. Good Job!”

Dan Ingrid menegaskan lewat Facebook, “Sesuatu yang sangat membanggakan, ketika yang menciptakan lagu memberikan komentar yang baik. Terima kasih.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Inge 1
Ingrid Patty dan suaminya Nico Karyadi adalah pelatih PSA Kaltim yang merebut the Champion dalam Pesparani I di Ambon, saat Ingrid tampil juga sebagai konduktor paduan suara itu. (Foto diambil dari halaman Facebook Ingrid)
PSA Kaltim saat Pesparawi 208 di Pontianak
PSA Kaltim saat Pesparawi 208 di Pontianak
Piala untuk Juara Umum Pesparani I Ambon
Piala untuk Juara Umum Pesparani I Ambon

Piala Pesparani 2018

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here