Yesus memperagakan kepada murid-muridnya tiga “langkah mendasar dalam perjalanan iman,” kata Paus Fransiskus dalam homilinya, yang mengambil benang dari kisah Injil tentang Yesus menyembuhkan Bartimeus yang buta. Injil ini sangat berhubungan dengan liturgi yang merayakan penutupan Sidang Umum Biasa XV Sinode Para Uskup tentang Orang Muda, 28 Oktober 2018.
Yesus bereaksi terhadap permintaan Bartimeus dengan cara berbeda daripara para murid, kata Paus Fransiskus, seperti dilaporkan oleh Suster Bernadette Mary Reis FSP dari Vatican News. Meskipun jelas apa yang diinginkan seorang buta, Yesus “pergi kepadanya; membiarkan dia berbicara.” Selanjutnya, Yesus mengambil waktu untuk mendengarkan.
Paus Fransiskus melanjutkan:
“Inilah langkah pertama dalam membantu perjalanan iman: mendengarkan. Itulah kerasulan telinga: mendengarkan sebelum bicara.”
Murid-murid yang mengikuti rencana mereka sendiri bukan rencana Tuhan melihat orang-orang seperti Bartimeus sebagai gangguan, kata Paus Fransiskus. Dia menyebut hal itu sebagai risiko yang harus terus-menerus diperhatikan. Murid-murid yang benar-benar anak-anak Bapa mendekati orang yang sama dengan cara berbeda.
“Mereka mendengarkan dengan sabar dan penuh kasih, sama seperti yang dilakukan Tuhan kepada kita dan kepada doa-doa kita, betapa pun doa-doa itu mungkin sudah berulang-ulang kali diucapkan. Tuhan tidak pernah lelah; dia selalu senang kalau kita mencari-Nya. Semoga kita juga meminta karunia hati yang mendengarkan.”
Atas nama semua orang dewasa, Paus Fransiskus kemudian meminta pengampunan dari orang-orang muda.
“Maafkan kami jika kami sering tidak mendengarkan kalian, jika, bukannya membuka hati kami, kami memenuhi telinga kalian.”
Langkah kedua dalam perjalanan iman ini adalah menjadi sesama bagi orang yang meminta bantuan. Yesus tidak mendelegasikan tugas kepada orang lain, kata Paus Fransiskus. Yesus secara pribadi datang kepada Bartimeus dan menanyakan apa yang dia inginkan sehingga jawabannya sesuai dengan kebutuhan Bartimeus. Beginilah cara Tuhan bekerja, kata Paus.
“Lihatlah pada salib, mulai dari satu dan ingat bahwa Tuhan menjadi sesama saya dalam dosa dan kematian. Dia menjadi sesama saya: semuanya dimulai dari sana. Dan ketika, karena cinta akan Dia, kita juga menjadi sesama, kita menjadi pembawa kehidupan baru.”
Karena mematuhi Yesus, para murid mendekati Bartimeus. Mereka tidak melempar koin, tetapi mereka mengatakan kepadanya kata-kata yang Yesus katakan sebelum kisah ini: “Kuatkan hatimu,” dan “berdirilah.”
“Dalam Injil, Yesus sendiri berkata, “Bangunlah,” dan Dia menyembuhkan roh dan tubuh. Yesus sendiri meminta, seraya merubah kehidupan orang-orang yang mengikutinya, membantu membangkitkan orang-orang yang jatuh, membawa terang Allah ke dalam kegelapan hidup.”
Akhir dari kisah Injil itu mengejutkan, kata Paus mengakhiri homili. Tanpa pengakuan iman atau pekerjaan yang baik, Bartimeus mendengar Yesus berkata, “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Kebutuhannya akan keselamatan adalah awal dari imannya, kata Paus Fransiskus.
“Iman yang menyelamatkan Bartimeus tidak ada hubungannya dengan gambarannya yang jelas tentang Tuhan, tetapi dalam mencari Dia dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya. Iman berkaitan dengan perjumpaan, bukan teori. Dalam perjumpaan, Yesus lewat; dalam perjumpaan, hati Gereja berdetak. Lalu, yang akan terbukti efektif bukanlah pewartaan kami, tetapi kesaksian hidup kami.” (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)