Rancangan dokumen akhir Sinode Para Uskup tentang Orang Muda sudah disajikan kepada Bapa-Bapa Sinode pada hari Selasa pagi, 23 Oktober 2018, dan disambut dengan tepuk tangan panjang, kata Dr Paolo Ruffini Prefek dari Dikasteri Vatikan untuk Komunikasi dalam briefing di hari yang sama.
Keesokan harinya, demikian laporan Russell Pollitt SJ dari Vatican News, para Bapa Sinode akan mengajukan proposal untuk memasukkannya ke dalam dokumen akhir. Dr Ruffini mengatakan, dokumen itu berbeda dengan dokumen kerja, Instrumentun Laboris, tetapi mencerminkan banyak masalah yang diuraikan dalam dokumen itu. Dia mengatakan, ikon untuk seluruh dokumen itu adalah cerita Kitab Suci tentang Jalan Menuju Emaus. Dia juga mengatakan, sebuah surat sedang dipersiapkan dan ditujukan kepada orang muda.
Joseph Sepati Moeono-Kolio, seorang auditor yang mewakili Caritas International dan Oseania dari Somoa, mengatakan Sinode telah menjadi sebuah pengalaman luar biasa. Dia mengatakan, Sinode itu adalah saat di mana Gereja merefleksikan keterlibatannya dalam dunia, dengan sangat menyadari akan tantangan yang dihadapi Gereja dan secara proaktif keluar untuk menghadapi tantangan-tantangan itu. Dia mengatakan, Sinode berbicara tentang dan bagaimana melengkapi orang muda untuk pergi dan menggunakan ajaran itu di dunia guna menghadapi persoalan yang ada di hadapan mereka.
Sepati mengatakan, gambaran Sinode baginya sesuai konteksnya sendiri di wilayah Pasifik adalah seorang bijak dan tua serta orang muda dalam sebuah kano. Yang lebih tua tahu cara membaca bintang-bintang dan menavigasi lautan, yang lebih muda memiliki kekuatan untuk bergerak maju.
Sementara itu, Kardinal Charles Maung Bo dari Myanmar mengatakan, setelah Sinode dia secara pribadi dan Gereja di Myanmar akan memberikan perhatian lebih kepada orang muda. Kardinal itu mengatakan, dia sadar bahwa orang muda belum didengarkan padahal mereka layak untuk itu. Gereja, lanjut kardinal itu, perlu menyadari bahwa orang muda kurang digunakan dan bukan tidak berguna. Maka, kardinal itu berharap seluruh Gereja memberikan perhatian kepada orang muda dan menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari Sinode.
Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina mengatakan, dia tidak suka membandingkan Sinode-Sinode, karena tujuh Sinode yang dia hadiri, masing-masing unik. Sinode ini seperti sekolah, orang muda telah mengajarkan kami, dengan berbagi impian dan keinginan mereka, tetapi terutama dengan menceritakan kisah-kisah mereka, jelas kardinal.
Kardinal Tagle menambahkan, Sinode ini juga berbeda karena suara feminin menjadi titik fokus. Dikatakan, sering disarankan agar tokoh perempuan dalam Kitab Suci digunakan sebagai lampu interpretatif bagi kaum muda saat ini. Kesaksian para perempuan muda dalam Sinode memberikan perluasan cakrawala yang sangat dibutuhkan. Kardinal itu mengatakan, berbicara tentang keragaman bukan hanya tentang budaya tetapi juga pengalaman perempuan yang unik.
Uskup Agung Kongo Mgr Bienvenu Manamika Bafouakouahou menggunakan gambaran ini untuk Sinode: dokumen akhir Sinode akan menjadi salah satu yang melontarkan para uskup ke orbit, seperti satelit, dan pada gilirannya mereka akan memberikan sinyal balik kepada orang-orang muda di bumi.
Mgr Bafouakouahou mengatakan, di berbagai belahan dunia isu-isu untuk orang muda berbeda. Baginya, migrasi adalah masalah nyata. Orang muda sedang mencari kehidupan yang lebih baik tetapi mereka juga diusir dari rumah mereka, diusir dari tanah mereka. Ini disebabkan, misalnya, oleh degradasi ekosistem di tangan perusahaan-perusahaan multinasional. Hal-hal seperti COP21, kata uskup itu, sering tidak dipatuhi juga meskipun semua janji telah dibuat.
Uskup agung itu selanjutnya mengatakan, perhatian besar lainnya adalah pembinaan dan pendidikan. Dikatakan, pendidikan di Eropa maju tetapi masih merupakan masalah serius di banyak negara Afrika. Harus dilakukan sesuatu agar orang muda dapat tumbuh dan perkembangan integral dapat terjadi di benua itu, simpul Mgr Bafouakouahou.
Pastor Antonio Spadaro dalam pengarahannya bercerita tentang sebuah buku yang akan diluncurkan malam hari itu, 23 Oktober. Saat itu Paus Fransiskus hadir dan menjawab berbagai pertanyaan. Buku itu berjudul “The Wisdom of Time” dan ditujukan untuk menjembatani dan menghubungkan generasi yang berbeda. Pastor Spadaro mengatakan, Paus terlibat dalam buku ini dalam tiga cara: Bapa Suci menulis kata pengantar, Paus menulis pengalamannya sendiri sebagai orang yang lebih tua dan kemudian Paus berkontribusi juga sebagai pembimbing spiritual dengan mengomentari kisah-kisah dalam buku itu. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Artikel Terkait:
Orang muda dari Indonesia salah satu penyusun pesan sinode untuk orang muda sedunia
Sinode para Uskup: Melayani secara online
Sinode para Uskup tentang Orang Muda: Menjadi misionaris digital