Home KEGEREJAAN Gubernur NTT harapkan kerja sama tanpa kemunafikan dengan Gereja guna berantas kemiskinan

Gubernur NTT harapkan kerja sama tanpa kemunafikan dengan Gereja guna berantas kemiskinan

2
Gubernur
Gubernur NTT Viktor Laiskodat memberi sambutan pada Tahbian Uskup Maumere Mgr Edwaldus Martinus Sedu. PEN@ Katolik/pcp

“Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah penyumbang orang-orang yang mencerdaskan bangsa lain, karena mengirim misionaris-misionaris yang hebat ke negara lain untuk mengajarkan kasih dan cinta Kristus. Tetapi sayangnya, rahimnya sendiri berada dalam penderitaan luar biasa. NTT adalah provinsi termiskin ketiga di Indonesia.”

Itulah ‘catatan kritis’ yang disampaikan Gubernur NTT Viktor Laiskodat bagi pemerintah dan Gereja. “Kita patut malu untuk itu. Dan karena malu, baik pemerintah maupun Gereja harus kerja luar biasa dengan kejujuran hati,” lanjut gubernur seraya mengharapkan kerja sama pemerintah dan Gereja, “bukan kerja sama biasa dalam kemunafikan dan kepura-puraan, tetapi yang betul-betul membangun dalam semangat persatuan yang kita miliki.”

Gubernur NTT berbicara di depan sekitar 30.000 umat Katolik serta 450 imam dan 27 uskup termasuk Duta Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo, dalam sambutan Tahbisan Uskup Maumere Mgr Edwaldus Martinus Sedu di Gelora Samador da Cunha, Maumere, 26 September 2018.

Di Bulan Kitab Suci Nasional 2018, umat Keuskupan Maumere, yang mencakup seluruh Kabupaten Sikka, mendapat gubernur (NTT) dan wakil gubernur baru Viktor Laiskodat dan Josef A Nae Soi yang dilantik 5 September, bupati (Sikka) dan wakil Fransiskus Roberto Diogo dan Romanus Woga yang dilantik 19 September dan Mgr Edwaldus yang ditahbiskan sebagai Uskup Maumere, 26 September.

Menurut Viktor Laiskodat , “Tidak ada lagi waktu untuk hidup dalam kepura-puraan, pura-pura baik dan pura-pura kerja. Kita harus mulai dengan jati diri kita. Kalau kita memang kurang baik, didik diri untuk jadi baik, kalau kita malas mulailah benahi diri menjadi orang rajin, kalau kita memang masih bodoh mulai belajar untuk menjadi orang pintar dan hidup membawa kasih karunia Allah di tengah masyarakat.”

Bahkan gubernur itu berani menegaskan komitmen dengan mengatakan, “saya tidak ingin mati meninggalkan provinsi ini tetap miskin, tapi kalau memang kehendak Tuhan, apabila memang nyawa saya harus dicabut untuk kesejahteraan NTT, perkenankanlah nyawa saya dicabut asal NTT sejahtera.”

Juga ditegaskan, tidak ada lagi waktu bagi pemalas dan orang yang mau bodoh, melainkan bangkit dan bekerja keras bersama pemerintah dan Gereja di NTT “untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan di NTT,” dan “Kita harus memastikan tidak ada lagi mayat-mayat datang dari negeri-negeri orang di mana orang kita bekerja sebagai pembantu dan budak belian, kita harus memastikan itu tidak akan pernah terjadi lagi. Itu tantangan kita bersama, pemerintah dan Gereja. Kita harus mampu menyelesaikannya.”

Menurut gubernur, Tuhan memberikan kekayaan luar biasa untuk NTT, sehingga tidak boleh lagi mengatakan NTT nomor satu gizi buruk di Indonesia, karena pohon yang menyelesaikan masalah gizi buruk ada di NTT. “Apa namanya itu?” Pertanyaan gubernur itu dijawab serentak oleh umat yang memenuhi gelora itu “Pohon kelor!” Gubernur membenarkan, “Kita pernah berdosa terhadap pohon ini, dan kita harus bertobat dan mulai mengkonsumsi daun kelor mulai saat ini. Kalau Eropa bangun dengan revolusi putih, kita bangun dengan revolusi hijau, makan kelor!”

Menurut catatan ketua umum panitia tahbisan itu, Fransiskus Roberto Diogo, situasi konkret serta harapan dan kenyataan umat Keuskupan Maumere serentak menjadi harapan dan kenyataan masyarakat di wilayah Kabupaten Sikka. “Upaya menjadikan umat semakin beriman, mandiri, solider dan membebaskan, yang merupakan visi Keuskupan Maumere, boleh menjadi motivasi bagi pemerintah di Kabupaten Sikka untuk lebih menghayati visi dan misi pelayanan dan kebutuhan masyarakat.”

Visi Keuskupan Maumere, lanjutnya, juga menjadi inspirasi pelayanan pemerintah daerah dalam melayani masyarakat. “Rencana pembangunan Pemerintah Sikka berdasarkan pada semangat perubahan menuju ke tempat yang lebih dalam atau lebih baik,” lanjutnya.

Masyarakat yang membebaskan, lanjut Fransiskus, “adalah masyarakat yang terpenuhi hak-hak dasar seperti air bersih, akses pendidikan, pelayanan kesehatan, listrik, pupuk, hak disabilitas, pemerintah desa yang baik, dan semakin kecilnya jurang kesenjangan antara wilayah dalam pertumbuhan ekonomi dan pelayanan dasar.”

Dia juga yakin, Keuskupan Maumere “dapat terus mengingatkan kerja sama dengan Pemda Kabupaten Sikka dalam memperdalam keimanan, yang salah satunya dengan menjadikan Gelora Samador da Cunha, tempat perayaan Tahun Maria 1988, Kunjungan Santo Paus Yohanes Paulus II 1989, Tahbisan Uskup Mgr Kherubim Pareira SVD, dan Tahbisan Mgr Edwaldus saat ini, menjadi replika Baslika Santo Petrus.” (PEN@ Katolik/paul c pati)

Sekitar 30 ribu umat dan sekitar 520 imam dan 27 uskup hadir dalam pentahbisan Mgr Edwaldus mendengarkan sambutan Gubernur NTT. PEN@ katolik/pcp

2 KOMENTAR

  1. Terimaksih Pak GuberNur Tetap Semangat dalam Membenahi NTT,
    Kerja Keras Anda Akan Terbayar dan Akan Kami Kenang Jika NTT Lebih Maju,
    Kami Masayarakat Tetap Berpegang Pada Janji Anda,
    TuntasKan Kemiskinan NTT adalah Hal Yang Terberat Untuk Anda Lakukan Tapi Kami Percaya Dengan Kuasa Tuhan dan Lewat TanganMu NTT Bisa Maju..
    Amin
    tuhan MemberKatiMu.

  2. Pak Gubernur semoga karya pastoral Gereja bersama pemerintah untuk membangun masyarakat NTT menuju kepada taraf hidup masyarakat sejahtera
    Dengan membangun lapangan kerja,pendidikan dan kesehatan maka daera akan berkembang pesat. Karena adanya pengaruh sumber daya manusia sudah dioptimalkan dengan baik serta mengolah sumber daya alam dengan sistem edukasi yang baik maka NTT bukan lagi yang terkebelakang tetapi semakin terdepan. Mari bangun NTT !!

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version