Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2018 yang akan dirayakan selama September 2018 mengambil tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan.” Sesuai Buku Pegangan BKSN dari Lembaga Biblika Indonesia (LBI) dengan judul tema itu yang diterima PEN@ Katolik, tema itu merupakan bagian dari sebuah tema besar selama empat tahun (2017-2020) yakni “Mewartakan Injil di tengah Arus Zaman.”
“Mewartakan Injil” menjadi fokus utama, sementara untuk tahun 2018, kekhasannya terletak pada kata “kemajemukan,” tulis edaran LBI itu. Dengan demikian, lanjutnya, “tema BKSN 2018 ini sungguh sesuai dengan situasi Gereja Indonesia yang di satu pihak, tetap dipanggil dan didorong untuk mewartakan Kabar Sukacita; tetapi di lain pihak, hidup dalam kemajemukan, sebuah situasi yang menuntut perhatian khusus.”
Selanjutnya, sesuai arahan Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC) berkaitan dengan triple dialogue yang mesti mengiringi perutusan pewartaan Kabar Sukacita, dalam BKSN tahun ini umat Katolik di Indonesia “akan merenungkan panggilan mewartakan Injil dengan memperhatikan triple dialogue yakni, pertama, dialog dalam kemajemukan kaya-miskin, kedua, dialog dalam kemajemukan budaya, dan ketiga, dialog dalam kemajemukan agama.”
Untuk yang keempat, umat diajak menyadari bahwa kekristenan sendiri merupakan sesuatu yang majemuk. “Jika Anda sempat sampai ke Gereja Makam Suci di Yerusalem, di sanalah Anda akan melihat sesuatu yang sangat ironis. Justru di tempat di mana Yesus pernah dimakamkan, di sana terlihat perpecahan para pengikut-Nya,” tulis LBI seraya mengajak umat merenungkan bersama kemajemukan yang de facto terdapat dalam Tubuh Kristus atau Gereja sendiri pada minggu IV BKSN.
Untuk pendalaman Kitab Suci di masing-masing minggu, LBI menawarkan beberapa teks yakni Minggu I: dialog dengan kemiskinan Mat. 14:13-21, Minggu II: dialog dengan budaya Mat. 1:18-25, Minggu III: dialog dengan agama lain Mrk. 9:38-41, dan Minggu IV: dialog dengan Gereja lain Yoh. 17:20-23.
Harus diakui, teks-teks itu tidak langsung jelas berkaitan dengan tema yang direnungkan, “karena tema-tema yang dibicarakan masing-masing pertemuan sebenarnya merupakan refleksi kemudian yang dihasilkan dalam perjalanan Gereja atau boleh dikatakan tema-tema itu adalah tema-tema modern, kecuali misalnya tema kemiskinan. Dialog dengan kebudayaan atau dengan agama lain, bukanlah keprihatinan utama Gereja Awal. Tidak mengherankan kalau untuk tema-tema tersebut sulit atau tidak bisa ditemukan teks-teks alkitabiah yang langsung berkaitan dengan tema,” jelasnya.
Dalam pertemuan nasional 18-22 Juli 2016 di Sawangan, Bogor, LBI sepakat mengusung sebuah tema besar “Mewartakan Injil di tengah Arus Zaman” sebagai arahan selama empat tahun ke depan. Tema itu kemudian dijabarkan dalam empat tema yang lebih spesifik yang akan direnungkan terutama dalam BKSN selama empat tahun. Keempat tema itu adalah “Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup Modern” (2017), “Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan” (2018), “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan Hidup” (2019) dan “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas Diri” (2020).(PEN@ Katolik/paul c pati)