Sebagai Alter Christus atau Kristus yang lain, imam adalah tokoh penting dalam Gereja dengan tugas utama membawa umat kepada keselamatan kekal. Namun, sebagai manusia dengan aneka keterbatasan, mereka harus selalu dengan rendah hati mengungsi kepada Tuhan dalam pelaksanaan tugas panggilan sebagai nabi, imam dan raja.
Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus berbicara dalam homili Misa Tahbisan diakon dan imam di Katedral Santo Yosef Pontianak yang dipimpinnya pada Pesta Santo Yohanes Maria Vianney, 4 Agustus 2018. Uskup Agung Emeritus Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap dan 52 imam jadi selebran.
Sebelum tahbisan, Mgr Agus minta kepada empat diakon dan tiga imam agar “merenungkan kembali moto panggilanmu, di mana olehnya engkau merasa diteguhkan dan dikuatkan,” kalau kalian mengalami masalah atau “kekeringan.”
Moto Panggilan Diakon Paulinus Surip Pr asal Paroki Santo Yohanes Maria Vianney Serimbu Keuskupan Agung Pontianak (KAP) adalah “Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku” (Ef. 3:7), Diakon Valerius Hilarion Pr asal Paroki Santo Yosep Pemangkat KAP adalah “Inilah aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8b), Diakon Josemaria Caritas CSE asal Paroki Gembala yang Baik Surabaya adalah “Jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Roma 14:8), dan Diakon Methoddius CSE asal Magelang adalah “Bagiku hidup adalah Kristus, Kristuslah yang hidup dalam aku” (Galatia 2:20).
Sementara itu Pastor Matius Pr asal Paroki Santo Pius X Bengkayang KAP membawa moto “Hatiku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini” (Markus 8:2), Pastor Marselinus M Jano OSM asal Keuskupan Ruteng membawa “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yohanes 15:4a), dan Pastor Marsianus Iwan Setiawan CSE asal Paroki Kalvari Lubang Buaya Jakarta Timur membawa “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).
Yang pertama bagi seorang imam, kata Mgr Agus kepada sekitar 2000 umat yang hadir, “dia mampu memberikan teladan yang baik kepada umat yang dilayani. Teladan seorang imam yang baik akan berdampak pada perkembangan iman dan perilaku umatnya.”
Uskup yakin, “Jika pastor paroki seorang yang kudus, umat akan menjadi suci. Sebaliknya, jika imam suam-suam kuku, umatnya menjadi buruk.” Untuk menjadi teladan yang baik, Mgr Agus minta para imam memperhatikan hal-hal kecil, misalnya, “bangun pagi tepat waktu untuk mempersembahkan Misa.” Banyak hal kecil bisa dilakukan, “tetapi kadang kita sepelekan, sehingga berdampak pada menurunnya kepercayaan umat terhadap kualitas hidup rohani imamnya.”
Mgr Agus mengingatkan bahwa Santo Yohanes Maria Vianney tidak cerdas secara intelektual tetapi mampu menginspirasi banyak orang melalui hidupnya yang sederhana dan saleh, bahkan menjadi orang kudus dan pelindung para imam, “karena dia melayani bukan dengan intelektualnya tetapi dengan hati.”
Mgr Agus minta semua imam, khususnya diakon dan imam yang baru ditahbiskan membawa semangat itu dalam menjalankan tugas di Paroki Santo Yosep Pemangkat untuk Diakon Paulinus Surip Pr; Paroki Santo Yosef Katedral Pontianak untuk Diakon Valerius Hilarion Pr; Paroki Santo Pius X Bengkayang untuk Diakon Josemaria Caritas CSE; Lambah Karmel Cikanyere, Jawa Barat, untuk Diakon Methoddius CSE; Paroki Santo Christoforus Sungai Pinyuh untuk Pastor Matius Pr; Kuasi Paroki Santo Yosef Jelimpo untuk Pastor Marselinus M Jano OSM; dan Pertapaan Shanti Bhuana Bandol untuk Pastor Marsianus Iwan Setiawan CSE.
Saat menyampaikan tempat tugas itu, Mgr Agus mengumumkan status Kuasi Paroki Jelimpo akan ditingkatkan menjadi paroki bulan Desember, dan Diakon Surip dan Hilarion akan ditahbiskan imam bulan Februari 2019 di Pemangkat.
Secara khusus Uskup Agung Pontianak mengatakan kepada orangtua dari dua diakon dan satu imam diosesan yang baru bahwa mereka bertiga telah masuk dalam keluarga besar imam projo KAP “dan kami akan menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak itu, namun tetap diharapkan kerja sama dari keluarga.”
Mewakili para imam dan diakon baru, Pastor Matius Pr menegaskan, tahbisan adalah langkah awal karya pewartaan Injil, maka mereka mohon dukungan agar setia melaksanakan tugas dan perutusan itu. Meski menyadari banyak tantangan dan ancaman di dunia, kata Pastor Matius, “kami percaya Tuhan akan memampukan kami mewartakan Injil dengan penuh sukacita Injil dan melayani dengan semangat dan komitmen panggilan kami sebagai imam dan diakon. Semoga berkat rahmat Roh Kudus dan bantuan Santa Perawan Maria, kami setia kepada Allah dan Gereja sampai akhir.”(Sr Maria Seba SFIC/ak)