27.5 C
Jakarta
Tuesday, April 23, 2024

Mencerna Hakikat Malaikat

BERITA LAIN

More

    rob_arue1

    Oleh Johannes Robini Marianto OP

    Bagaimana hakikat malaikat? Santo Agustinus sejak awal sudah mengingatkan kita bahwa “malaikat” itu bukan nama (apanya mereka atau hakikat mereka), melainkan kata kerja (artinya: diutus menjalankan misi). Kalau ditanya apa hakikat mereka, jawablah bahwa mereka adalah roh murni. Apa maksudnya?

    Pertama, hal yang paling gampang untuk mengerti, malaikat adalah roh murni, tidak berbadan (bahkan tidak membutuhkan badan). Sudah dikatakan, karena diciptakan untuk semakin mencerminkan diri Allah yang Roh Murni, maka mereka tidaklah berbadan. Karena statusnya yang tidak berbadan, mereka tidak hidup seperti kita. Mereka tidak perlu makan dan minum. Mereka tidak melahirkan (maka tidak ada keturunan malaikat). Mereka juga tidak mengawinkan dan dikawinkan seperti kata Tuhan Yesus (Mrk 12:25). Bahkan nanti kita akan melihat bahwa cara mereka mengetahui dan menghendaki (kehendak) sangat berbeda dengan kita. Pertanyaan yang mungkin perlu dijawab adalah: bagaimana sebagai roh murni, malaikat tetap tidak sama dengan Tuhan?

    Santo Thomas dalam hal ini mengembangkan pemikiran mendalam dengan membedakan dalam tataran metafisis (kenyataan keberadaan sesuatu) perbedaan antara esensi (apanya sesuatu atau hakikat sesuatu) dan keberadaan sesuatu. Kita bisa memikirkan sebuah konstruksi tentang sesuatu di pikiran kita. Namun, belum tentu sesuatu itu real. Saya bisa memikirkan adanya gajah yang terbang dengan segala deskripsi hakikat gajah terbang dan bagaimana dia hidup. Namun kenyataannya gajah yang bisa terbang tidak pernah ada. Tetapi sesuatu itu sungguh ada atau berada (nyata) apabila memang terbukti di kenyataan memang dia ada (berada).

    Untuk membuat sesuatu itu ada, meski hakikatnya bisa dipikirkan, dibutuhkan sebuah tindakan, yaitu tindakan mengadakan sesuatu itu ada. Tindakan ini yang menyebabkan sesuatu itu ada. Di dalam hal ini kita sebut penciptaan. Penciptaan adalah pemberian keberadaan kepada sebuah hakikat. Apa artinya perbedaan hakikat dan keberadaan di dalam hubungannya dengan malaikat?

    Di sinilah kita masuk dalam sebuah pemikiran yang mendalam dari Thomas Aquinas tentang keberadaan sebuah realitas. Bagi Thomas Aquinas, yang tersempurna di dalam pemikiran dan imajinasi kita, bukanlah yang utama. Yang terpenting adalah keberadaan sesuatu. Berada (nyata) sendiri adalah sebuah kesempurnaan! Itulah sebabnya dikatakan apa pun yang ada di dunia ini adalah kesempurnaan di dalam dirinya sendiri (lepas dari kekurangannya sebagai kodrat tercipta; hal mana adalah bagian sebagai ciptaan dibandingkan dengan Pencipta yang Mahasempurna) dan layak diterima dengan penuh syukur.

    Bedanya antara kita dan Tuhan adalah bahwa Tuhan itu sejak awal adalah ada dan tidak pernah tidak ada. Maka keberadaan Tuhan (nyata) adalah hakikat-Nya sendiri. Tuhan selalu berada dan yang selalu berada dan ada adalah Tuhan! Maka hanya pada Tuhan ada identifikasi (kesamaan) antara hakikat dan keberadaan. Apa yang sempurna yang bisa dipikirkan di pikiran manusia, ada pada Tuhan dan bukan imajinasi belaka!

    Malaikat yang merupakan makhluk roh murni, levelnya tidak mungkin sama dengan Allah karena malaikat itu, bagaimana pun mulianya dan menyerupai dan dekat dengan Allah yang roh murni, adalah sebuah tindakan Allah, yaitu penciptaan. Hakikat mereka yang ada sebagai roh murni tidak pernah akan ada kalau tidak diadakan (diciptakan). Santo Thomas, sebagaimana dikutip oleh Bonino, mengatakan bahwa semua yang bersifat roh murni tetaplah terbatas apabila keberadaannya (sebagai tercipta) membatasinya karena keberadaannya sebagai roh murni yang diciptakan selalu ada karena berpartisipasi (dicurahkan dan mengambil bagian) dari Keberadaan yang lebih luas (yaitu Tuhan sebagai Pencipta). Memang dibandingkan dengan semua ciptaan yang bertubuh (korporealitas) malaikat itu lebih sempurna. Malaikat sempurna dibandingkan ciptaan lain (termasuk manusia) karena di dalam malaikat tidak ada unsur material (tubuh) yang menyebabkan sesuatu itu kurang sempurna dan terbatas.

    Kedua, mungkin yang lebih menarik adalah akibat kenyataan bahwa malaikat adalah roh murni. Karena malaikat bersifat roh murni, maka malaikat itu unik dan tidak sama satu dengan yang lain. Kalau manusia, yang membuat unik adalah kepribadiannya (psikologi) dan penampakannya (materialitas: bentuk tubuh, bentuk muka dll), tetapi sebagai spesies manusia dia itu sama. Kebertubuhan (materialitas) manusialah yang  membuat manusia satu dengan yang lainnya berbeda. Di dalam bahasa Thomas Aquinas, meminjam Aristoteles, materialitas (materi) yang ada pada manusialah yang membuat manusia beda; namun formanya (hakikatnya sebagai manusia yang membedakan dia dari makhluk lainnya) adalah sama.

    Duplikasi terjadi bukan pada hakikat melainkan pada aspek materialitas (penampakan hakikat kemanusiaan). Dan karena kesempurnaan itu pada hakikat (bukan penampakannya), maka apabila sebuah ciptaan tidak mempunyai unsur material (tidak berbadan), maka perbedaannya mesti bukanlah dicari pada penampakan hakikat (badaniah) melainkan di dalam hakikat itu sendiri. Maka Gabriel dan Mikael itu berbeda bukan karena sifat (aspek psikologis) dan penampakan muka dan tubuh mereka berbeda (mereka tidak bertubuh!), melainkan karena zat atau hakikat Gabriel dan Mikael dari awalnya berbeda.

    Maka perbedaan pada malaikat satu dengan yang lain adalah sebanyak (jumlah) keberadaan mereka yang diciptakan Tuhan. Masing-masing mewakili satu zat atau hakikat. Itulah yang membuat keunikan pada malaikat berbeda dengan manusia. Pada manusia perbedaannya bukan di hakikat melainkan pada perwujudan hakikat di dalam kebertubuhan dan konsekuensinya, sedangkan pada malaikat pada level hakikatnya sendiri (karena mereka tidak memiliki tubuh). Malaikat yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama sejak mereka diciptakan dan itu berakar di dalam keberadaan dan hakikat mereka sendiri yang diciptakan berbeda-beda oleh Tuhan (dengan tugas dan fungsinya masing-masing tentunya).

    Hal kedua dari konsekuensi immaterialitas pada malaikat adalah bahwa mereka tidak dapat mati. Mati dan hancur adalah akibat bertubuh. Apabila tidak ada tubuh, hanya roh murni, maka tidak akan mati. Tidak mati tidak sama dengan kekekalan. Kekekalan itu tiada awal dan akhir dan selalu ada dan berada: dari dulu, sekarang dan selamanya berada. Kekekalan hanya pada Tuhan. Namun tidak dapat mati (hancur) hanya ada pada malaikat sebagai ciptaan roh murni.

    Setelah kita melihat keberadaan malaikat dan hakikat mereka, kita akan menelusuri lebih dalam lagi mengenai kehidupan malaikat. Yang kami maksudkan di sini adalah beberapa pertanyaan berikut: (a) bagaimana status kemampuan malaikat dibandingkan dengan manusia; terutama di dalam hal mengetahui, menghendaki, (b) apakah mereka bisa memengaruhi hidup manusia? (c) relasi mereka sebagai ciptaan roh murni dengan Allah, terutama di dalam misteri sejarah keselamatan (tata rahmat), dan (d) apa yang terjadi pada mereka setelah itu: apakah mereka selamanya bersama Allah atau mereka memberontak melawan Allah di dalam suatu saat setelah diciptakan. Dari kesemuanya yang kita bahas pada kehidupan malaikat. Dalam pembahan itu,diharapkan kita akan mengetahui asal muasal misteri kejahatan.

    (Bersambung…)

     

    RELASI BERITA

    1 komentar

    1. Wah, bahasanya filsafat tingkat tinggi.

      …Kekekalan itu tiada awal dan akhir dan selalu ada dan berada: dari dulu, sekarang dan selamanya berada. Kekekalan hanya pada Tuhan. Namun tidak dapat mati (hancur) hanya ada pada malaikat sebagai ciptaan roh murni…


      Apakah itu berarti bhw malaikat itu ada krn suatu waktu diciptakan oleh Tuhan, lalu mereka tdk akan mati. Nah, kalau begitu jumlah malaikat pasti akan terus bertambah banyak & tdk akan berkurang. Apakah demikian? Mohon penjelasannya.

    Leave a Reply to Andre Batal

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI