Umat Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Tangerang merayakan puncak acara tujuh puluh tahun paroki itu dengan Misa yang dipimpin Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dengan 18 imam konselebran, termasuk Provinsial Serikat Yesus Indonesia Pastor Petrus Sunu Hardiyanto SJ dan Provincial Serikat Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC) Indonesia Pastor Bonifasius Payong SSCC.
Untuk menandai ulang tahun itu, Pastor Sunu dalam homili Misa 27 Mei 2018 itu mengajak seluruh umat paroki itu untuk meningkatkan pelayanan di Gereja dan di tengah masyarakat, karena dengan demikian, “umat paroki telah menyatakan rasa syukur kepada Tuhan atas perjalanan paroki yang mulai memasuki lustrum keempat belas ini.”
Umat juga mendengar pengalaman dan perjalanan paroki itu lewat para imam yang pernah bertugas di paroki itu. Pastor Yohanes Wartaya Winangun SJ dari Paroki Kampung Sawah mengatakan bahwa umat paroki itu memiliki 3P yakni potensial, perhatian, dan pengorbanan. “Potensial berarti rajin menggereja karena itu membutuhkan perhatian serta pengorbanan,” jelas imam itu.
Namun, lanjut imam itu, selain umat baik-baik di paroki itu ada juga umat yang dikenal sangat jahat, “buktinya ada penjara di Tangerang.” Umat pun tertawa.
Menurut Pastor Bonifasius Payong SSCC, paroki itu dikenal sebagai daerah ‘buangan’ karena terdapat penjara, tempat orang kusta di RS Sitanala, dan buruh. “Namun berkat pelayanan awam maupun imam, tempat ini menjadi tempat sangat strategis khsususnya dalam pembinaan iman umat,” kata imam itu.
Kepala SMA Gonzaga Jakarta Pastor Leonardus Winandoko SJ yang berasal dari paroki itu menegaskan bahwa para pastor dari Barat yang pernah memimpin paroki itu membuat dia mau menjadi imam. “Mereka mengabdi penuh kesetiaan. Pola pelayanan mereka menjadi contoh bagi kita semua,” katanya.
Robertha Sri Subekti, katekis yang sudah berkarya hampir 40 tahun, berharap agar perayaan 70 tahun itu “membuat seluruh umat semakin bersatu padu dalam pelayanan bersama.”
Perayaan yang disiapkan sejak setahun lalu itu juga ditandai dengan pemberian paket sembako kepada hampir 300 warga sekitar gereja, pelepasan anakan ikan di kali Cisadane sebagai wujud peduli lingkungan, serta berbagai seminar dan perlombaan.
Selain hiburan, puncak acara itu ditandai juga dengan peresmian patung Bunda Maria setinggi 3 meter di depan Gereja Santa Maria serta pementasan Wayang Wahyu dengan judul Pengimpen Kang Dadi Kasunyatan (Impian yang jadi kenyataan). (Konradus R. Mangu)