“Memajukan dan mengembangkan pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Pancasila sejalan dengan panggilan dan perutusan Gereja dalam menegakkan Kerajaan Allah di bumi Indonesia, di mana semua orang dapat hidup bersama dan bersaudara, merajut kesatuan, kerukunan dan perdamaian, serta bekerja keras demi perwujudan cita-cita kesejahteraan umum demi Indonesia jaya.”
Pernyataan itu ditulis dalam kata pengantar Nota Pastoral KWI 2018 bertajuk “Panggilan Gereja dalam Hidup Berbangsa – Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan,” yang diterbitkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di hadapan presidium dan beberapa sekretaris departemen dari KWI di Ruang Rapat KWI, Jakarta, 17 Mei 2018.
Menurut catatan yang diterima PEN@ Katolik dari KWI, Nota Pastoral KWI 2018 itu diterbitkan untuk menanggapi situasi bangsa yang diwarnai berbagai masalah dalam mewujudkan Indonesia yang satu sebagai rumah bagi semua komponen bangsa, juga dalam merespon tibanya tahun politik 2018-2019.
“Para Uskup Indonesia ingin mengajak umatnya dan masyarakat luas untuk semakin memahami gagasan dan makna Pancasila sebagai Dasar Negara, mengembangkan berbagai gerakan persaudaraan dan kemanusiaan lintas batas dengan berbagai cara yang pas dalam konteks keindonesiaan yang Bhinneka Tunggal Ika. Saya Indonesia Saya Pancasila,” lanjut catatan itu.
Dalam pengantar buku itu juga ditegaskan bahwa keinginan menerbitkan nota pastoral itu muncul dalam Hari Studi tahunan KWI 2017 yang berlangsung di Jakarta, 6-8 November 2017, dengan tema “Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan: Tugas Gereja Menyucikan Dunia.”
Materi bahasan dan dinamika diskusi dalam hari studi itu menyingkapkan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang memprihatinkan saat ini. “Dengan bantuan para narasumber, diskusi tentang realitas tersebut mengerucut pada penegasan kembali tugas perutusan Gereja di dunia dan komitmen menjadi Gereja yang relevan dan signifikan,” tulis pengantar itu.
Sebagai bagian utuh dari bangsa dan negara Indonesia, lanjutnya, “Gereja tidak dapat berdiam diri menghadapi kondisi memprihatinkan yang mengancam keberlangsungan kehidupan bersama di negara Indonesia. Gereja berada dalam satu rumah bersama, yaitu “Indonesia” yang menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, kerukunan, perdamaian, keadilan, dan kebenaran demi kebaikan bersama.”
Para uskup juga yakin bahwa realitas yang memprihatinkan yang tengah diarungi bangsa dan negara “merupakan momentum dan panggilan bersama semua anak bangsa untuk menyatukan tekad dan menegaskan komitmen menjaga kesatuan serta merawat kebinekaan bangsa dan negara kita.”
Gereja, tegas para uskup dalam nota pastoral itu, “dipanggil untuk secara lebih tegas dan nyata menghadirkan diri sebagai komponen utuh bangsa dan negara Indonesia, yang juga bertanggung jawab merawat kesatuan dalam kebinekaan serta menjamin keutuhan negara Indonesia dalam keberagaman warisan budaya, agama, suku, dan bahasa.” (paul c pati)
foto-foto dari KWI dan Obor