“Imamat bukan tujuan. Imamat adalah jalan yang dipilih untuk menjawab panggilan Tuhan menuju kesempurnaan kasih, kepenuhan hidup Kristiani, dan kesucian yang sempurna,” kata Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dalam homili sebelum menahbiskan empat frater diakon menjadi imam Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) di Paroki Santo Laurensius Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan.
Dengan cara berbeda-beda, jelas Mgr Suharyo, seluruh umat, biarawan-biarawati, para imam dan keluarga ikut berperan sehingga Diakon Bonifasius Lumintang, Diakon Ambrosius Lolong, Diakon Nemesius Pradipta, dan Diakon Yosef Purboyo Diaz “berani mengambil keputusan untuk memilih jalan hidup imamat sebagai jalan untuk menuju panggilan kesempurnaan kasih, kepenuhan hidup Kristiani, dan kesucian yang sempurna.”
Mgr Suharyo juga berterima kasih kepada keempat diakon itu yang telah memutuskan untuk bergabung dengan KAJ untuk mewartakan sukacita Injil dan mengemban “tanggung jawab sejarah KAJ,” karena tanggal tahbisan 8 Mei 2018 hari ini “KAJ persis merayakan HUT ke-211. Mungkin ini adalah satu-satunya angkatan yang menerima tahbisan pas ketika kita merayakan HUT KAJ,” kata uskup agung.
Selain pilihan tanggal tahbisan, para diakon tidak memilih bacaan khusus tahbisan tetapi menggunakan bacaan harian hari itu tentang perkataan Yesus, “Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi.” Menurut Mgr Suharyo, seandainya Yesus tidak pergi, para murid akan terus tergantung pada Yesus yang hadir secara fisik, merasa nyaman dan aman-aman saja. Kalau Yesus pergi, “Roh Kudus yang diutus Yesus akan menarik murid-murid itu dari zona nyaman dan menguatkan mereka dengan daya kasih yang baru, sehingga mereka siap mewartakan sukacita Injil dengan percaya dan gembira.” Moto tahbisan keempat imam baru itu adalah “Percaya dan bersukacitalah dalam Kristus.”
Tanggal tahbisan, bacaan Injil dan moto tahbisan para mam baru itu, kata Mgr Suharyo, “mengingatkan saya akan panggilan kita semua sebagai murid-murid Kristus, apa pun status kita, seperti apa pun corak hidup kita kita, untuk berjalan menuju kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup Kristiani.
Mgr Suharyo juga menjelaskan maksud dari panggilan kesucian seperti tertulis dalam Seruan Apostolik Paus Fransiskus tanggal 19 Maret 218 berjudul “Gaudete et Exsultate” (Bergembira dan Bersukacitalah) tentang panggilan menuju kesucian pada zaman dan dunia sekarang ini. “Kita bertumbuh dalam kesucian yang merupakan panggilan kita semua melalui hal-hal kecil sehari-hari.”
Mgr Suharyo menutup homili dengan mempersilakan keempat frater diakon yang akan ditahbiskan untuk menuliskan pengalaman jalan kesucian menuju imam baru, dan menambahkan kata-kata orang suci bahwa “Jalan hidup dirumuskan sebagai kesempatan untuk berbuat kasih. Melakukan hal-hal sehari-hari yang biasa dengan cara yang luar biasa.”
Dalam ritus penutup, Pastor Bonifasius Lumintang Pr mewakili tiga imam baru lain berharap agar sukacita yang mereka rasakan “sungguh menjadi sukacita bagi Gereja universal dan khususnya KAJ.” Para imam baru itu, lanjut Pastor Boni, senang karena kehadiran semua umat dalam Misa itu “menjadi dukungan bagi kami untuk melayani sebagai imam di KAJ … doakan kami semua supaya tetap setia …”
Setelah memberikan berkat perdana kepada semua yang hadir dalam Misa, mereka mendengar penempatan dan tugas perutusan bagi mereka. Selain diminta untuk segera menyelesaikan S2 teologi di Yogyakarta, keempat imam itu, per 1 Juli 2018, ditugaskan sebagai pastor rekan di Paroki Kalvari Lubang Buaya untuk Pastor Bonifasius Lumintang Pr, di Paroki Albertus Harapan Indah untuk Pastor Ambrosius Lolong Pr, di Paroki Santo Gregorius Kutabumi untuk Pastor Nemesius Pr, dan di Paroki Thomas Rasul Bojong Indah untuk Pastor Yosef Purboyo Diaz Pr. (paul c pati dari berbagai sumber)