Untuk menumbuhkan disiplin dan semangat cinta tanah air kepada generasi muda, puluhan Orang Muda Katolik (OMK) dari Komunitas Basis Santo Fransiskus Asisi dari Paroki Santo Aloysius Gonzaga Kampung Muting Distrik Ulilin Kabupaten Merauke, Papua, mengikuti latihan bela negara yang digelar oleh Pos Simpang PNG dan Pos Kalimandom Satgas Pamtas Yonif Raider 323/BP Kostrad.
Materi pelatihan dari kegiatan dengan nama Bina Mental Spiritual OMK, yang diselenggarakan atas prakarsa pengurus paroki di halaman SMPN Muting, 6 Mei 2018 itu, menurut Komandan Pos Simpang PNG sekaligus koordinator kegiatan itu Letda Inf Protasius, adalah pembekalan tentang wawasan Nusantara, latihan kedisiplinan, dan berbagai game yang membutuhkan kerjasama tim. “Yang tidak pernah ketinggalan pada setiap kegiatan bela negara ini adalah arena flying fox yang belum pernah diadakan di wilayah Muting,” lanjut Protasius.
Dijelaskan bahwa berbagai permainan berkelompok diberikan untuk memupuk sikap tanggungjawab, tenggang rasa dan jiwa kebersamaan di antara peserta. “Berbagai permainan yang kami ajarkan bertujuan untuk meningkatkan inteligensi peserta saat dihadapkan dengan permasalahan yang harus diselesaikan dengan cara berkelompok,” kata Protasius seraya menambahkan bahwa dalam hal itu bukan peran perorangan yang dibutuhkan, tetapi bagaimana hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Pembina OMK Paroki Santo Aloysius Suster Maria mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa kegiatan itu sengaja menggandeng para prajurit Satgas, “agar menumbuhkan kedisiplinan dan kerjasama antar pemuda yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kelangsungan generasi Katolik yang berkualitas.”
Berbagai arena outbond yang disiapkan pada kegiatan itu memang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Satgas Yonif Raider 323 Kostrad dari home base di Banjar, Jawa Barat. “Belajar sambil bermain akan lebih efektif untuk memasukkan isi dan tujuan pembelajaran itu sendiri,” jelasnya.
Salah satu peserta Regina Da Costa mengatakan dirinya sangat tertarik dengan kegiatan outbond terutama flying fox, “karena baru pertama kali saya mencoba wahana itu.”(Getrudis Saga Keo)