Minggu, November 10, 2024
26.1 C
Jakarta

Superioritas pengetahuan dan keputusan atas manusia

Malaikat. Diambil oleh PEN@ Katolik/pcp dari Basilika Santo Petrus Vatikan
Malaikat. Diambil oleh PEN@ Katolik/pcp dari Basilika Santo Petrus Vatikan

Pastor Johanes Robini Marianto OP

Ada dua kemampuan makhluk ciptaan Tuhan, lebih dari sekadar ada. Rohani dengan campuran materi (tubuh), yaitu manusia atau roh murni (malaikat). Kedua kemampuan itu adalah akal budi (berhubungan dengan mengetahui) dan memutuskan secara bebas (dalam arti seseorang adalah tuan atas keputusan yang dia ambil dan bukan sekadar mengikuti instink kodrat seperti tanaman dan binatang). Yang kedua ini disebut kehendak (menghendaki). Kedua kemampuan ini beda antara manusia dan malaikat.

Pada malaikat, menurut Thomas Aquinas, setidaknya pengetahuan yang dimiliki karena kodratnya tercipta sebagai roh murni lebih tinggi dalam banyak hal daripada manusia. Bagaimana memahaminya?

Pertama, malaikat tidak perlu belajar. Maka akal budi malaikat itu selalu di dalam tindakan untuk mengetahui. Kemampuan akal budi malaikat bukan hanya berupa kemampuan (potensi) untuk mengetahui, tetapi akal budi malaikat selalu in action. Akal budi saya mempunyai kemampuan (potensi) untuk menguasai Matematika. Tetapi akal budi saya tidak setiap saat mengetahui matematika. Ada saatnya saya istirahat dan memikirkan yang lain (minimal saya malas belajar matematika). Tetapi akal budi malaikat selalu di dalam keadaan mengetahui. “Selalu di dalam keadaan menggunakan akal budi (mengetahui atau mengenal” tidak berarti malaikat selalu setiap saat harus mencari tahu (menggunakan akal budinya untuk tahu semua hal). Ini hanya mau mengatakan cara (mode) mengetahui (proses mendapat pengetahuan dari malaikat yang berbeda dengan manusia yang membutuhkan waktu untuk sampai tahu). Malaikat hanya selalu dalam keadaan mengetahui untuk obyek tertentu yang dibutuhkan demi tugasnya.

Kedua, sesuai dengan yang dikatakan Thomas Aquinas, bahwa “mengetahui membuat subyek lebih menyerupai yang diketahui” (resemblance/assimilation), maka pada malaikat, terutama di dalam pengetahuannya akan Tuhan, akan membuat malaikat lebih dekat dengan Tuhan. Itu sebabnya malaikat yang tingkatannya lebih tinggi akan lebih menyerupai Allah (karena dengan mengetahui ia akan lebih mencintai dan serupa dengan Tuhan).

Ketiga, karena tidak seperti manusia yang di dalam proses pengetahuan (mengetahui) perlu kembali kepada persepsi inderawi, malaikat itu pengetahuannya diberikan secara cuma-cuma oleh Allah sesuai dengan tingkatan dan kebutuhan malaikat di dalam menjalankan misi. Maka pengetahuan malaikat itu didapat karena dicurahkan oleh Allah (infused). Yang mereka dapat adalah sebuah pengetahuan yang menyeluruh untuk hal tertentu yang perlu diketahui, dan pada saat yang sama semua terbentang di depannya (misalnya hakikat sesuatu, kegiatannya dan bahkan konsekuensinya). Khusus pengetahuan tentang Allah, malaikat mengenal Allah dengan melihat dirinya sebagai gambaran yang dekat dengan Dia (sebagai roh murni). Namun karena tidak ada makhluk ciptaan yang secara utuh bisa mempresentasikan secara utuh dan sempurna Allah di dalam dirinya, maka pengetahuan malaikat berkat kemampuan kodratinya akan Allah pada malaikat pun terbatas (meski jauh lebih tinggi dari manusia). Untuk itulah pada malaikat dibutuhkan juga pencurahan pengetahuan adikodrati yang hanya bisa didapat kalau Allah berkenan mencurahkannya. Tetapi khusus untuk tata tercipta lain di bawah kodratnya (tumbuhan, binatang dan dunia manusia) pengetahuan kodrati yang dimiliki malaikat dicurahkan oleh Allah kurang lebih utuh sesuai dengan tingkatan mereka. Meski demikian, tetap sebagai makhluk ciptaan, malaikat tidak mengerti secara menyeluruh tentang ciptaan Allah (termasuk manusia). Apa konsekuensinya?

Di dalam hubungannya dengan Tuhan, pengetahuan malaikat tidak bisa mengetahui Tuhan di dalam Diri-Nya yang terdalam serta rencana-Nya kalau tidak diwahyukan. Maka malaikat tidak mengetahui misteri ilahi dan misteri rencana keselamatan Tuhan dengan sendirinya. Mereka tetap ciptaan. Malaikat tidak pernah tahu akan masa depan. Masa depan hanya diketahui Tuhan karena sebagaimana Yang Kekal semua terbentang di depan mata Tuhan, namanya masa depan. Malaikat juga tidak bisa mengetahui hati terdalam manusia, apalagi yang menyangkut keputusan kehendak bebas manusia. Hanya Allah yang tahu. Hanya Allah yang tahu segalanya (omniciensce) karena segala sesuatu itu di dalam Allah sebab Dia yang menciptakan segala sesuatu.

Keempat, karena pengetahuan malaikat dicurahkan oleh Allah, maka pengetahuan kodratiah (bukan adikodrati yang harus didapat dari perwahyuan Allah) malaikat tidak mungkin salah mengenai sesuatu. Kesalahan hanya terjadi apabila ada proses belajar (kemampuan akal budi di dalam potensi menjadi). Karena pengetahuan malaikat itu bukan dari proses belajar melainkan dicurahkan Allah yang maha tahu, maka pengetahuan yang melekat pada kemampuan kodratiah mereka tidak mungkin salah.

Berkat semua keterangan yang diberikan kepada Thomas Aquinas, maka kita mengerti dari kemampuan kodratiah; pengetahuan yang dimiliki malaikat dan bahkan proses mendapatkannya jauh mengungguli yang kita punya.***

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini