Home KEGEREJAAN Uskup Tanjung Selor Mgr Paulinus Yan Olla MSF akan ditahbiskan 5 Mei...

Uskup Tanjung Selor Mgr Paulinus Yan Olla MSF akan ditahbiskan 5 Mei 2018

0

Mgr-Paulinus-Yan-Olla-MSF

Dengan moto penggembalaan “Servus Veritatis”, Mgr Paulinus Yan Olla MSF akan ditahbiskan sebagai Uskup Tanjung Selor, Kalimantan Utara, 5 Mei 2018, demikian selebaran yang beredar di media dan ditandatangani oleh Ferdy Manurun Tanduklangi sebagai Ketua Umum, Pastor Stephanus Sumardi sebagai Sekretaris Umum, dan Mgr Yustinus Harjosusanto MSF sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Tanjung Selor.

Dalam selebaran yang berisi lambang dan jadwal penahbisan dari Uskup Tanjung Selor itu tertulis bahwa Ibadat Agung Menjelang Penahbisan Uskup Tanjung Selor akan dilaksanakan di Gereja Katedral Santa Maria Assumpta Tanjung Selor, 4 Mei 2018, pukul 18.00 wita, sedangkan penahbisannya berlangsung di Lapangan Agatis Tanjung Selor, 5 Mei 2018, pukul 09.00, dan dilanjutkan dengan perayaan syukur pukul 12.30. Misa Episkopal dirayakan di Katedral Tanjung Selor pada hari Minggu 6 Mei 2018, pukul 8.30.

Mgr Paulinus Yan Olla MSF yang lahir di Seoam, Eban, Timor, 22 Juni 1963, itu ditahbiskan imam 28 Agustus 1992 dan dipilih menjadi uskup 22 Februari 2018. Sebagai anggota Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (Congregatio Missionariorum a Sacra Familia, MSF), Mgr Yan Olla menempatkan elemen-elemen lambang tarekatnya itu di bagian atas dengan latar belakang warna merah pada lambang uskupnya, yang berbentuk perisai.

Elemen-elemen itu adalah sebuah bintang bersinar berwarna kuning keemasan, “yang melambangkan kedatangan Sang Juruselamat dan misteri inkarnasi-Nya,” sebuah salib berwarna hitam, “yang mengingatkan akan kepenuhan misteri keselamatan dalam wafat dan kebangkitan Kristus,” dan sebuah lingkaran berwarna putih “yang mengingatkan akan perintah misioner Kristus kepada kita: ‘Pergilah ke seluruh dunia!’”

Dua ekor burung rangkong atau enggang badak, yang dalam bahasa Dayak disebut tingang, nampak mengapit elemen-elemen lambang MSF itu. “Burung ini dihormati dan disucikan oleh masyarakat Dayak di tempat penggembalaan Mgr Yan Olla,” tulis selebaran itu.

Di bagian bawah kiri perisai itu, dengan latar belakang putih, adalah catut berwarna keperakan dan palu berkelir keperakan dengan pegangan berwarna coklat kayu, melambangkan Maria dari La Salette. “Dalam penampakan di La Salette, Perancis pada 1846, Maria berkalungkan sebuah salib yang pada sisi kiri Yesus terdapat palu sedangkan sisi kanan-Nya catut,” jelasnya.

Palu, lanjutnya, merupakan simbol karya kejahatan manusia yang terungkap dalam penggunaannya sebagai alat penyaliban, dan catut merupakan alat yang digunakan oleh mereka yang mencintai Yesus untuk menurunkan-Nya dari salib. “Maria La Salette dikenal sebagai Bunda Rekonsiliatriks atau Bunda Pendamai karena warta pertobatan yang diserukannya,” jelasnya.

Di bagian bawah kanan, dengan latar belakang hitam, terdapat setangkai bunga lili dengan tiga kuntum berwarna putih serta sebuah siku, peralatan tukang kayu, berwarna coklat kayu, yang  “melambangkan Yosef, mempelai Maria dan penjaga Keluarga Kudus.”

Di atas perisai terdapat galero atau topi khas klerus berwarna hijau, dengan enam jumbai di masing-masing sisinya, sedangkan di bagian tengah belakang perisai adalah salib pancang berwarna kuning keemasan.  “Galero hijau dengan enam jumbai berikut salib pancang ini merupakan penanda bahwa sang empunya lambang adalah seorang uskup,” jelasnya.

Di bagian bawah perisai terdapat pita berwarna kuning keemasan, bertuliskan moto penggembalaan Mgr Yan Olla dalam Bahasa Latin yakni Servus Veritatis, yang berarti pelayan atau hamba kebenaran (bdk. Yoh 14:6). “Yesus yang adalah kepenuhan pewahyuan Allah dan patut disembah merupakan pula Kebenaran tertinggi yang memerdekakan (bdk. Yoh 8:32),” demikian lambang uskup Mgr Yan Olla yang pernah menjabat Asisten Jenderal Kongregasi MSF di Roma (2001-2007) kemudian merangkap Sekretaris Jenderal Kongregasi MSS (2007-2013).

Ketika dipilih menjadi Uskup Tanjung Selor, Doktor Teologi Spiritual dari Pontificio Instituto di Spiritualita Teresianum Roma, 2004, itu menjabat Rektor Teologan MSF di Malang. (paul c pati)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version