Pen@ Katolik

Mgr Adiseputra:  Prodiakon adalah sumbu yang telah bernyala, namun  perlu disegarkan

Foto dari kawali.org
Foto dari kawali.org

Untuk pertama kalinya para prodiakon, baik lelaki maupun perempuan, dari paroki-paroki se-Dekenat Merauke di Keuskupan Agung Merauke, melaksanakan rekoleksi bersama. Uskup Agung Merauke Mgr Nicolaus Adiseputra MSC langsung mendukung dan hadir dalam kegiatan itu karena menyadari tugas mereka yang sangat penting untuk membantu para imam.

Mgr Adiseputra berada di Aula Gereja Bampel, Merauke, sebagai pembicara rekoleksi bagi 53 prodiakon dari paroki-paroki se-Dekenat Merauke berlangsung 17 Maret 2018. “Mereka datang untuk mengikuti rekoleksi, agar tugas mulia mereka untuk memimpin ibadat di lingkungan, memimpin pemakaman dan membagikan komuni di gereja dan bagi orang sakit semakin dijalankan dengan baik,” kata uskup seraya berharap agar para prodiakon  saling memberikan informasi, saling menguatkan dan saling memupuk solidaritas.

“Mereka, para peserta ini, adalah sumbu yang telah bernyala, tetapi dengan rekoleksi ini mereka disegarkan kembali agar ketika kembali ke paroki mereka kembali segar dan nyala semakin besar,” kata uskup kepada PEN@ Katolik, seraya menegaskan bahwa rekoleksi atau kegiatan penyegaran bahkan pembinaan berkelanjutan perlu bagi para prodiakon karena tugas mereka amat penting dan mulia.

Prodiakon, jelas Mgr Adiseputra, adalah orang-orang yang betul-betul memberikan waktu untuk umat, karena pelayanan dalam gereja bukan hanya tugas seorang imam. Menyinggung adanya prodiakon perempuan, uskup itu menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki dipanggil untuk berdoa dan membentuk Gereja Perdana, maka prodiakon perempuan boleh juga, karena dalam Kitab Suci dijelaskan bahwa orang yang bertemu Yesus saat bangkit adalah perempuan, yakni Maria dan Martha Kitab Suci.

“Merekalah  yang setia dan meneruskan semua berita Kebangkitan,” kata Mgr Adiseputra yang menjelaskan bahwa kaum perempuan juga turut serta dalam karya keselamatan Allah. Saat Lazarus meninggal, kaum perempuan juga turut menjemput Yesus, lanjut uskup seraya menegaskan bahwa banyak perempuan menonjol dalam karya kerasulan awam dan dalam pelayanan. “Jadi bukan hanya lelaki saja. Maka perlu pembaruan dalam pelayanan,” lanjut uskup.

Ahli Hukum Gereja Keuskupan Agung Merauke Pastor Donatus Wea S Turu Pr menjelaskan tugas prodiakon sangat mulia, “karena membantu imam membawa sakramen orang sakit, memimpin ibadah lingkungan dan membawa renungan di umat setelah berkoordinasi dengan pastor paroki dan dewan lingkungan. Jadi prodiakon bukan mengambil alih tugas imam atau dewan lingkungan.”

Dia meminta agar prodiakon “jangan ragu  dan jangan segan, karena tugas itu mulia, karena sesuai Hukum Kanonik.” Bahkan, lanjut imam asal Flores itu, saat terjadi kekurangan imam, prodiakon harus tampil. “Jadi prodiakon bukan asal jadi, bukan seperti kata banyak orang bahwa prodiakon hanya ban seref,” kata Pastor Donatus yang menegaskan bahwa Hukum Gereja menempatkan prodiakon sebagai orang luar biasa, awam yang bertugas.

Juga dilukiskan bahwa prodiakon pasti sakit hati kalau melihat umat di saat menyambut, memilih berpindah meninggalkan barisan yang dilayaninya ke barisan yang dilayani imam. “Sakit hati dan tersinggung memang, karena masih ada umat tak mengerti sambut Tubuh dan Darah Kristus dan pikiran mereka masih sebelum Konsili Vatikan II,” tegas imam itu.

Ancelina Tepu Kambun utusan Paroki Kelapa Lima menyadari bahwa prodiakon amatlah penting bila imam tidak ada, maka Alumni STFT “Fajar Timur” itu berharap pertemuan pertama itu dilaksanakan secara berkala.(Agapitus Batbual)