Pen@ Katolik

Pekerja Katolik diajak baca peluang dan buka usaha positif guna tambah penghasilan

Pekerja Katolik Kopetrasi dan Wirausaha

Pengusaha Muda beragama Katolik, William Ernst Sommeling, mengajak para pekerja  Katolik untuk berani membuka usaha positif dalam bentuk apa pun yang bisa meningkatkan ekonomi keluarga, karena selalu terbuka peluang bagi siapa pun, termasuk pekerja pabrik, untuk menambah penghasilan selain dari  pekerjaan pokoknya.

Ernst  mengatakan hal itu dalam seminar setengah hari bertema “Seminar Koperasi dan Wirausaha,” yang dihadiri sekitar 100 pekerja Katolik, di aula Paroki Santo Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang Selatan, 4 Maret 2018. Seminar merupakan lanjutan dari rangkaian pra-May Day untuk menyongsong Hari Buruh, 1 Mei 2018.

Peserta seminar itu datang dari sembilan paroki di Dekenat Tangerang itu. Para moderator pekerja Katolik Tangerang, Pastor Rafael Adi Pramono OSC dan Pastor Sipri Smakur SSCC dan seluruh pengurus Seksi  Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dari paroki-paroki di dekenat itu juga hadir.

Ernst telah merintis usaha lukis sepatu di awal 2008 dan kini usahanya merambah di bidang konveksi kaos yang disablon dengan mengikuti tren saat ini. Usaha itu bernama Callme clothing vendor itu “saya rintis dari kecil tetapi lama-kelamaan semakin maju dan membawa keuntungan dengan nama,” demikian dia bersaksi.

Ernst mengingatkan para pekerja Katolik agar tidak boleh malu bekerja di perusahaan kecil, karena dari perusahaan kecil mereka bisa mempelajari cara pemimpin perusahaan membawahi pekerjanya. “Janganlah kamu malu bekerja di perusahaan kecil, karena dari perusahaan besar seorang pekerja kurang mendapatkan peluang untuk melakukan usaha tertentu. Dari perusahaan kecil kalian bisa belajar bagaimana pengusaha melakukan briefing dengan pekerjanya,” kata umat Paroki Bintaro itu.

Bahkan dia mengajarkan para pekerja Katolik untuk ikut menyuplai barang yang dibutuhkan kantor atau tempat kerjanya. “Kalau ada peluang lain, perhatikanlah peluang itu dan mulailah melakukan suatu untuk mengisi peluang itu. Mungkin seorang pekerja terampil membuat kue atau menjahit. Ya, itu bisa dilakukan asal tidak mengganggu rutinitas,” jelasnya.

Saat ini sudah ada ojek online, Ernst memberi contoh. “Ojek sudah lama ada. Ojek online memberikan nilai lebih daripada ojek konvensional,” kata Ernst seraya mengajak pekerja Katolik mencari ide-ide kreatif lain untuk mulai melakukan peluang usaha yang bisa membawa peningkatan ekonomi.

Pembicara lain, Ketua Asosiasi Kader Sosial Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto, mengajak seluruh pekerja Katolik untuk “tahan banting” dengan berbagai kegagalan yang dialami. Kegagalan, menurut Suroto, adalah “guru yang terbaik dalam kehidupan.”

Sebagai orang yang menjalankan usaha (sendiri maupun kelompok) kegagalan adalah hal biasa. Yang menjadi soal, menurut Ernst, apakah setiap menghadapi kegagalan seseorang maju terus atau berhenti. “Kegagalan itu perlu dimaknai sebagai suatu proses untuk mencapai suatu keberhasilan yang sempurna,” tegasnya.

Thomas Yulianto, Ketua Panitia Pra May Day mengharapkan agar lewat seminar, yang ditutup dengan doa oleh Pastor Rafael Adi Pramono OSC itu, para pekerja Katolik bisa menangkap peluang kerja di lingkungan maupun tempat kerjanya.(Konradus R Mangu)