KATEKISMUS GEREJA KATOLIK
- Apa rencana Allah untuk manusia?
Allah, yang sempurna dan penuh bahagia, berencana membagikan kebaikan-Nya dengan menciptakan manusia agar manusia ikut ambil bagian dalam kebahagiaan-Nya. Dalam kepenuhan waktu, ketika saatnya tiba, Allah Bapa mengutus Putra-Nya sebagai Penebus dan Penyelamat manusia, yang sudah jatuh ke dalam dosa, memanggil semuanya ke dalam Gereja-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya dan pewaris kebahagiaan abadi.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 1-25
”Betapa besar dan sungguh agunglah Engkau, ya Allah. …
Engkau telah menciptakan kami untuk Diri-Mu,
dan tidak tenanglah hati kami
sampai kami beristirahat dalam Engkau”
(Santo Agustinus)
- Mengapa manusia mempunyai kerinduan akan Allah?
Allah, dalam menciptakan manusia menurut citra-Nya, telah mengukirkan dalam hati manusia kerinduan untuk melihat Dia. Bahkan walaupun kerinduan ini diabaikan, Allah tidak pernah berhenti menarik manusia kepada Diri-Nya karena hanya dalam Dialah manusia dapat menemukan kepenuhan akan kebenaran yang tidak pernah berhenti dicarinya dan hidup dalam kebahagiaan. Karena itu, menurut kodrat dan panggilannya, manusia adalah makhluk religius yang mampu masuk ke dalam persekutuan dengan Allah. Hubungan akrab dan mesra dengan Allah mengaruniakan martabat kepada manusia.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 27-30, 44-45
- Bagaimana mungkin manusia mengenal Allah hanya melalui terang
Dengan bertolak dari ciptaan, yaitu dari dunia dan pribadi manusia, hanya melalui akal budinya manusia dapat mengenal Allah secara pasti sebagai asal dan tujuan alam semesta, sebagai kebaikan tertinggi, dan sebagai kebenaran dan keindahan yang tak terbatas.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 31-36, 46-47
- Apakah terang akal budi saja sudah memadai untuk mengenal misteri Allah?
Jika hanya melalui terang akal budi saja, manusia mengalami banyak kesulitan untuk mengenal Allah. Dengan kekuatannya sendiri, manusia sungguh-sungguh tidak mampu masuk ke dalam kehidupan intim misteri ilahi. Karena itu, manusia membutuhkan pencerahan melalui wahyu; tidak hanya untuk hal-hal yang melampaui pemahamannya, tetapi juga untuk kebenaran religius dan moral, yang sebenarnya tidak melampaui daya tangkap akal budi manusia. Bahkan dalam kondisi saat ini, kebenaran-kebenaran tadi dapat dipahami dengan mudah oleh semua manusia, secara pasti, dan tanpa kesalahan.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 37-38
- Bagaimana kita dapat bicara tentang Allah?
Sebagai titik tolak, kita berbicara tentang kesempurnaan manusia dan ciptaan lainnya, yang – meskipun terbatas – merupakan cerminan kesempurnaan Allah yang tak berkesudahan. Namun, kita perlu terus-menerus memurnikan bahasa kita sejauh itu mungkin walaupun harus kita sadari bahwa kita tidak akan pernah dapat mengungkapkan misteri Allah yang tak terbatas.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 39-43, 48-49
- Apa yang diwahyukan Allah kepada manusia?
Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah mewahyukan Diri. Melalui sabda dan karya, Allah mewahyukan Diri dan rencana-Nya yang berasal dari cinta kasih yang dalam Kristus telah dinyatakan sejak kekal. Menurut rencana ini, semua umat manusia, melalui rahmat Roh Kudus, mengambil bagian dalam kehidupan ilahi sebagai ”anak-anak angkat” dalam Putra Tunggal Allah.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 50-53, 68-69
- Apa saja tahap-tahap awal pewahyuan Allah?
Sejak awal mula, Allah mengungkapkan Diri-Nya kepada leluhur kita yang pertama, Adam dan Hawa, dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam persatuan yang intim dengan-Nya. Sesudah kejatuhan mereka ke dalam dosa, Allah tidak menghentikan pewahyuan-Nya kepada mereka, tetapi menjanjikan penebusan bagi semua keturunan mereka. Sesudah bencana air bah, Allah membuat perjanjian dengan Nabi Nuh, perjanjian antara Allah sendiri dengan semua makhluk hidup.
Teruslah membacanya dalam Katekismus Gereja Katolik 50-53, 68-69