Tuhan itu baik. Kita lahir ke dunia ini karena kemauan Tuhan dan ketika lahir kita diberi talenta masing-masing. Tugas kita adalah menggunakan talenta itu dengan dengan baik dan sepenuh hati, meski hanya satu talenta. “Walaupun kita punya talenta yang hebat dan tinggi, tetapi jika kita tidak menggunakannya dengan baik, itu merupakan kesalahan.”
Pesan itu disampaikan Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus Pr dalam Misa yang dipimpinnya bersama 10 imam konselebran di Gedung Pasifikus milik Paroki Santo Yoseph Katedral Pontianak, 22 November 2017, untuk merayakan HUT ke-68 dari uskup agung itu. Mgr Agus lahir di Lintang, Kapuas, Sanggau, Kalimantan Barat, 22 November 1949.
Homili Misa yang dihadiri banyak umat, pastor, suster, bruder dan frater itu menekankan perumpamaan tentang talenta yang menurut uskup itu harus dipertanggungjawabkan oleh semua orang yang sudah menerimanya dari Tuhan.
“Saya ingat betul, waktu itu tanggal 21 Mei 2014 saya dipanggil oleh Duta Vatikan untuk menghadap. Dalam pertemuan itu saya ungkapkan isi hati saya, bahwa saya baru saja merasa “enak” di Keuskupan Sintang, mengapa sudah harus dipindah ke Keuskupan Agung Pontianak. Siapakah saya ini hanya seorang uskup pedalaman, anak kampung. Saya tahu bahwa tugas sebagai Uskup Agung Pontianak itu berat,” kenang Mgr Agung.
Ungkapan itu, menurut Mgr Agus, diungkapkan karena kesadaran bahwa sebagai manusia pasti punya kelemahan. Namun, uskup itu percaya bahwa semuanya itu adalah kemauan Tuhan dan Tuhan sanggup melengkapi kekurangan dan kelemahan yang ada dalam dirinya.
Bahkan Mgr Agus bangga mengatakan dirinya adalah anak kampung karena dia yakin akan kebaikan Tuhan, yang mau memakai dirinya meskipun dia anak kampung. Ungkapan refleksi Mgr Agus yang menceritakan perjalanan panggilannya sebagai anak kampung tertulis dalam buku Otobiografi Mgr Agustinus Agus berjudul “Anak Kampung Jadi Uskup Agung, yang diluncurkan bulan Juni 2017 pada pesta 40 tahun imamatnya.
Setelah Misa, seluruh umat yang hadir diundang menuju Wisma Keuskupan Agung Pontianak untuk melanjutkan acara yang Mgr Agus sebut sebagai acara kekeluargaan. Di sana ada lagu-lagu selamat ulang tahun, peniupan lilin, pemotongan kue ulang tahun, pembagian kue ulang tahun dan makan bersama. (aop/mssfic)