Home RENUNGAN Jumat, 17 November 2017

Jumat, 17 November 2017

0

Har hari Anak Manusia

PEKAN BIASA XXXII (H)

Peringatan Wajib Santa Elizabeth dari Hungaria, Perawan
Santo Dionisius Agung; Santo Gregorius Thaumaturgos; Santo Gregorius dari Tours

Bacaan I: Keb. 13:1-9

Mazmur: 19:2-3.4-5; R:2a

Bacaan Injil: Luk. 17:26-37

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya: “Sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan istri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: ”Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: ”Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”

Renungan

Paus Fransiskus sering mengingatkan supaya kita tidak terjebak dalam ”kesementaraan”. Pada level pertama, kesementaraan menunjuk pada gaya hidup yang berpusat pada materi dan kesenangan duniawi. Paus mengingatkan kita untuk menghindari materialisme, konsumerisme, hedonisme, dan keterikatan pada uang. Pada level kedua, kesementaraan juga menunjuk pada keyakinan bahwa semua yang ada di dunia ada dalam kuasa manusia.

Hal ini yang dikritik oleh Kitab Kebijaksanaan, bahwa manusia menganggap diri sebagai allah penguasa jagat raya. Kitab Kebijaksanaan menyampaikan pesan yang sebenarnya sederhana, tetapi dalam: Barang fana hanya ciptaan yang menggambarkan sepotong gambaran kuasa Allah yang maha dahsyat. Tetapi, barang ciptaan itu memang sedemikian menggoda, sehingga tidak sedikit manusia yang berhenti terpaku di hadapan kefanaan sehingga seakan hal material menjadi nyawa mereka. Injil Lukas mengingatkan kita akan kisah istri Lot yang kehilangan nyawa karena ingin mempertahankan ”nyawanya”. Karena terikat pada dunia yang ada di belakangnya, istri Lot mengalami kebinasaan.

Maka, mari kita bertanya kepada diri sendiri: Di mana nyawa hidup kita letakkan? Kepada siapa hidup kita sandarkan? Pada gambarnya atau pelukisnya?

Allah Bapa pencipta semesta, bantulah aku dengan tuntunan Roh-Mu untuk melepaskan diri dari keterikatan akan segala yang fana dan mengarahkan diri kepada kebahagiaan sejati bersama-Mu. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version