Setelah mengungkapkan Pengakuan Iman dan Janji Kesetiaan di Gereja Santa Bernadeth, Pangkalpinang, 22 September 2017, dalam Salve Agung yang dipimpin Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap, yang kemudian memberkati insignia atau tanda-tanda yang akan dikenakan sebagai uskup, Mgr Adrianus Sunarko OFM ditahbiskan sebagai Uskup Pangkalpinang dalam Perayaan Tahbisan di Stadion Depati Amir Pangkalpinang, 23 September 2017.
Namun, di depan sekitar 11.000 umat Katolik Keuskupan Pangkalpinang, serta 175 imam dan 25 uskup dari seluruh Indonesia dan wakil-wakil uskup yang tidak hadir, serta Sekretaris Duta Vatikan untuk Indonesia Pastor Fabio Salermo, Mgr Sunarko mengatakan dalam sambutan bahwa “ketika 22 Juni 2017 saya diberitahu oleh Nuncio waktu itu, Mgr Antonio Guido Filipazzi, bahwa Paus Fransiskus memilih saya menjadi Uskup Keuskupan Pangkalpinang, penunjukan itu adalah sesuatu yang bukan rancangan saya.”
Uskup Pangkalpinang, yang ditahbiskan oleh Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ dengan penahbis lain Mgr Yohanes Harus Yuwono dan Mgr Leo Laba Ladjar OFM, didampingi Ketua Unio Keuskupan Pangkalpinang Pastor Ferdinandus Meo Bupu Pr dan Provinsial OFM Pastor Mikhael Peruhe OFM menegaskan, “sebenarnya di tahun-tahun terakhir tugas sebagai pelayan provinsi OFM Indonesia saya sudah mulai merencanakan sejumlah hal untuk lebih penuh mencurahkan perhatian pada dunia akademis berkaitan dengan tugas sebagai dosen teologi di STF Driyarkara.”
Maka, bagian Kitab Nabi Yesaya “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9), kata uskup baru itu, adalah relevan dengan apa yang dia alami saat penunjukan itu.
“Rancangan saya berbeda dengan rancangan-Nya. Setelah upaya negosiasi dalam pembicaraan dengan Duta Vatikan sore hari itu, saya akhirnya menyatakan ketaatan pada tugas baru ini. Sebagai religius Fransiskan, saya tahu secara teoritis apa itu ketaatan. Tetapi secara eksistensial kiranya ini pun sebuah pengalaman baru,” kata Mgr Sunarko dalam Misa yang dimeriahkan oleh 50 penari dari berbagai SMP, SMA dan SMK Katolik.
Selama kurang lebih delapan tahun sebagai provinsial OFM, cerita uskup itu, “saya berulang kali membuat SK pengutusan bagi saudara-saudara ke berbagai tempat tugas, dan saya tahu, dalam sejumlah kasus para saudara sebenarnya merasa berat atas tugas yang diberikan, tetapi demi ketaatan tetap melaksanakannya. Yang sering saya alami para saudara memberikan ketaatan kepada kami. Sekarang ketaatan itu diminta dari saya.”
Namun Mgr Sunarko, yang lahir di Merauke, 7 Desember 1966, ditahbiskan imam di Yogyakarta 8 Juli 1995 dan hingga tahun ini menjabat Minister Provinsial OFM Indonesia, Ketua Perwakilan Tarekat Fransiskan Indonesia dan Ketua Konferensi Pemimpin Tinggi Antar Religius Indonesia (Koptari), bersyukur “karena sejak penunjukan itu serta setelah penunjukan itu diumumkan 28 Juni 2017, banyak sekali dukungan saya peroleh untuk menerima tugas dan kepercayaan yang besar ini.”
Uskup baru kemudian berterima kasih kepada para penahbis dan pendamping, pejabat pemerintah, pemuka berbagai agama, keluarga khususnya orangtua, rekan-rekan STF Driyarkara, Persaudaraan OFM, panitia tahbisan, donatur, kenalan dan teman-teman sejak kecil, dan teman angkatan di Seminari Mertoyudan.
Walikota Pangkalpinang Muhammad Irwansyah menjamu Pastor Fabio Salermo, semua uskup, para pastor, suster dan undangan pentahbisan itu dalam jamuan makan malam di Rumah Dinas Walikota, sesudah Salve Agung. Pertemuan yang juga dihadiri oleh para pimpinan agama di Kota Pangkalpinang itu dibuka dengan doa oleh seorang tokoh Muslim.
Uskup secara khusus berterima kasih kepada 600 anggota koor dari berbagai paroki dan para pemain musik yang melibatkan saudara-saudara Protestan, Islam, Budha, dan Kong Hu Chu “yang telah membantu kita semua hingga dapat berdoa dengan lebih baik melalui lagu-lagu, khususnya dengan gaya khas Melayu.”
Secara khusus juga Mgr Sunarko berterima kasih kepada umat Keuskupan Pangkalpinang. “Bagi banyak di antara kalian, ini perjumpaan pertama. Semoga peristiwa iman yang kita rayakan hari ini menjadi awal yang baik bagi perjalanan bersama kita selanjutnya. Sebagai moto penggembalaan, saya memilih petikan dari Mazmur 97 ‘Laementur Insulae Multae’ (Hendaklah banyak pulau bersukacita).”
Yang dimaksud disini adalah “pulau-pulau dan para penghuninya, tetapi sukacita itu akan ada hanya bila Allah yang menjadi raja dalam hidup kita, dan bukan berhala-berhala lain,” kata Mgr Sunarko seraya mengajak umatnya meneladani Maria, yang nampak sangat dicintai di keuskupan itu sebagai Stella Maris (bintang laut), dan Fransiskus Asisi yang disimbolkan di dua bagian atas perisai lambang uskup itu. Mereka adalah “contoh orang-orang yang bersukacita karena menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup mereka.”
Umat juga diajak meneladani para pendahulu, Paulus Cen On Ngie, Pastor John Boen, Mgr Gabriel van der Esten SS.CC, Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, serta banyak tokoh lain, dengan “berziarah di dunia, menemukan sukacita sejati dengan menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup kita masing-masing, dalam keluarga-keluarga, KBG-KBG, serta berbagai kelompok dalam keuskupan kita.”
Uskup juga mengajak umat bekerjasama “untuk tidak menjadikan berhala-berhala lain, uang, kekuasaan, kenikmatan, ego, menjadi raja dalam hidup kita.” Dengan demikian, uskup percaya, “kita akan dapat membangun persaudaraan antara kita sendiri maupun dengan berbagai kelompok lain di negeri Serumpun Sebalai ini, lalu kita akan mampu berbela rasa kepada sesama khususnya mereka yang menderita dan alam ciptaan atau lingkungan hidup yang sering diabaikan.”(paul c pati)