Home RENUNGAN Perempuan Kanaan

Perempuan Kanaan

0

canaanitewoman_drouais

Minggu Biasa ke-20

20 Agustus 2017

Matius 15: 21-28

“Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Mat 15:27)”

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno OP

Mengapa Yesus, yang penuh kasih, harus “mempermalukan” perempuan Kanaan? Jika kita menempatkan diri kita dalam konteks dan budaya pada zaman Yesus, kita akan mengerti bahwa apa yang Yesus lakukan adalah sesuai dengan apa yang diharapkan. Ingat Yesus sedang berhadapan dengan perempuan yang bukan Yahudi. Umumnya, orang Yahudi pada zaman itu menghindari kontak dengan orang-orang bukan Yahudi, dan seorang pria Yahudi tidak berdialog dengan perempuan yang bukan istri atau keluarganya di ruang publik. Yesus melakukan apa yang setiap orang Yahudi harus lakukan. Namun, pada akhirnya, Yesus memuji iman sang perempuan tersebut dan menyembuhkan putrinya. Akhirnya, belas kasihan mengatasi perbedaan, dan kasih menaklukkan semuanya. Seberapa besar iman perempuan Kanaan ini? Jika kita membaca dengan saksama dialog antara Yesus dan perempuan Kanaan, ada tiga tahap “penghinaan”. Tahap pertama: perempuan itu berseru dengan lantang kepada Yesus, memanggil-Nya sebagai Tuhan, Anak Daud, dan mohon belas kasihan bagi putrinya. Yesus mengabaikannya. Tahap kedua: perempuan itu terus berteriak-teriak, dan Yesus menolaknya dengan alasan bahwa Dia dikirim hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Tahap ketiga: perempuan itu bersujud dekat Yesus dan menyembah-Nya, memohon untuk kehidupan putrinya. Yesus mengumpamakan ia seperti seekor anjing, mungkin karena hubungan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di wilayah ini telah menjadi sangat buruk sehingga mereka saling memanggil sebagai binatang. Namun, terlepas dari serangkaian penghinaan ini, perempuan tersebut bertekun dan dengan pintar membalikkan keadaan dengan menjawab bahkan anjing pun mendapat belas kasihan dari tuannya. Benar, ada tahapan “penghinaan”, tetapi ada juga perkembangan kerendahan hati dan iman. Dari seseorang yang di luar kelompok, sang perempuan perlahan-lahan mendekati Yesus. Dari seseorang yang di luar pikiran Yesus, ia pun berada di hati-Nya.

Apa yang mengilhami kerendahan hati dan imannya yang begitu besar? Saya percaya bahwa itu adalah kasih. Ingat bahwa dia bukan hanya perempuan Kanaan, dia juga seorang ibu. Kita tahu orang tua yang baik, terutama seorang ibu, akan melakukan segala hal untuk anak mereka. Ada ikatan mendalam antara sang ibu dengan anak buah rahimnya, ikatan yang memberdayakan perempuan bahkan untuk mengorbankan hidupnya. Yesus membiarkan “penghinaan” ini karena Dia mengetahui dengan baik kemampuan sang ibu untuk mencintai. Tuhan terkadang membiarkan segala sesuatunya menjadi sulit dalam hidup kita, karena Dia tahu dengan baik kemampuan kita untuk mengasihi dapat berkembang secara luar biasa.

Pada sebuah acara wisuda di salah satu universitas terkemuka di Filipina, seorang pemuda, yang adalah mahasiswa teladan, menyampaikan pidato sambutannya. Dia menceritakan sebuah kisah tentang seorang perempuan muda yang sedang hamil. Namun, beberapa bulan sebelum melahirkan, dia didiagnosa menderita penyakit berbahaya. Obat-obatan bisa menyembuhkannya, tapi akan terlalu berbahaya bagi bayi di dalam rahimnya. Jadi, dia harus memilih: hidupnya atau bayinya. Banyak yang mendorongnya untuk membiarkan bayinya meninggal karena ia memiliki masa depan yang cerah dan karir yang menjanjikan. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk menyelamatkan bayinya. Mempercayai bayinya kepada sang suami, dia pun meninggal setelah melahirkan bayi laki-laki mungil yang sehat.

Kemudian, mengakhiri pidotanya, dengan mata berkaca-kaca, sang pemuda mengungkapkan kepada semua yang hadir bahwa dia adalah sang bayi kecil tersebut. Dia hidup, tumbuh, dan mencapai mimpinya karena ibunya yang sangat mencintainya dan tidak takut untuk memberi hidupnya untuknya.

Mari kita mengingat dan berterima kasih ibu kita yang telah mencintai dan berkorban bagi kita. Dan sama seperti mereka, Tuhan memanggil kita untuk memiliki iman dan cinta kasih yang membuat kita jauh lebih besar dari diri kita yang kecil.***

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version