Sebanyak 34 peserta kontingen musik tampil dalam Konser Karawitan Muda Indonesia ke-11 untuk tingkat SMA atau SMK yang diselenggarakan di Cilegon, Banten, tanggal 3 hingga 5 Agustus 2017, dan keluar sebagai juara Penata Musik Terbaik adalah Propinsi NTT yang diwakili siswa-siswa SMA Seminari San Dominggo Hokeng, Flores Timur.
Rilis yang diterima PEN@ Katolik di hari Senin, 7 Agustus 2018 mengatakan bahwa dalam pentas musik yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Kesenian Kemendikbud RI itu, perwakilan NTT yang mementaskan ‘Mura Gere’ akhirnya “didaulat oleh dewan juri sebagai prestasi yang sungguh luar biasa dan membanggakan.”
Rilis itu disebarkan oleh Silvester Petara Hurit, pengamat dan pegiat seni yang mendampingi peserta dari NTT. Silvester Hurit mengakui bahwa apa yang dibawakan para murid seminari itu, dengan berbagai alat musik tradisional, sungguh terinspirasi dari kemeriahan Pesta Syukuran Panen dalam budaya Lamaholot di Flores Timur.
Maka, mata para juri dan seniman kawakan seperti Frans Sartono, Jabatin Bangun, Purwacaraka, Embi C Noer dan Dr Suhendi Afryanto sungguh tgergoda dan memberikan penghargaan sebagai Penata Musik Terbaik bagi NTT, disejajarkan denganb DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur.
“Mura Gere,” lanjut Silvester, sungguh menghadirkan kompleksitas kegembiraan, sujud dan syukur, hormat dan kedekatan masyarakat Ladang Lamaholot terhadap Tonu Wujo di tengah kerasnya alam dan curah hujan yang pendek. “Yang mahal dari proses ini adalah pengalaman dan pergaulan kreativitas bagi anak-anak muda dan pelajar kita bahwa untuk meraih sesuatu yang bermartabat butuh kerja keras, ketekunan, disiplin, keuletan, semangat juang dan totalitas dalam berkarya,” lanjutnya.
Maka, dia menegaskan bahwa untuk mewujudkan karya-karya terbaik dan berkualitas, seseorang atau kelompok perlu terbuka dengan alam guna belajar dari khazanah, tradisi, dan budaya yang telah diwariskan para leluhur. Dengan demikian, “kepekaan dalam menciptakan karya seni dapat terwujud dan berhasil sesuai harapan yang diinginkan bersama, karena alam bersama tradisi dan budaya telah membentuk seni itu dan kita hanya melanjutkan dengan terus menjaga dan mengembangkannya.”
Bukan hanya Silvester Hurit yang mendampingi kontingen NTT, tetapi beberapa pelatih yang telah mahir di bidangnya masing-masing seperti Pastor Sirilus Wutun Pr, Pastor Sandro Losor Pr dan Frater Yoan Odel.
Konser itu menetapkan kelompok musik terbaik, yaitu Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Ketiganya berhak mendapatkan penghargaan khusus dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, karena memenuhi semua unsur musik, baik presentasi, gerak tubuh pemain, harmonisasi memainkan alat musik, dan penampilannya.
Banten Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Jawa tengah, dan Jambi masuk 6 besar dalam kategori pemusik terbaik. Dan kategori Penyaji Musik Terbaik diraih oleh Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.(Felixianus Ali)