Home SOSIAL Dominikan beri pelatihan musik, keterampilan, motivasi bagi anak lembaga pembinaan

Dominikan beri pelatihan musik, keterampilan, motivasi bagi anak lembaga pembinaan

0

Lapas

Dalam rangka Hari Anak Indonesia, pada tanggal 23 Juli 2017 nampak Keluarga Dominikan Pontianak nampak memberi dukungan untuk kebutuhan menggraffiti dinding “Lembaga Pembinaan Khusus Anak” Pontianak dengan gambar dan coretan yang antara lain menyerukan kebhinekaan dan no drugs.

Kegiatan membuat lembaga pembinaan itu lebih terasa sebagai wisma penuh kemanusiaan dilakukan oleh Keluarga Dominikan Pontianak bekerja sama dengan Sanggar Kacifa dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Pontianak.

Namun sebelumnya, Keluarga Dominikan Pontianak sudah mengundang beberapa orang lain untuk memberi pelatihan musik, keterampilan komputer, membuat gelan dan Rosario, serta menyulam. Bahkan, , anak-anak pun mendapat motivasi dari seorang psikolog.

Atas permintaan Fransiskus Edy, Presiden Chapter Dominikan Awam Pontianak, yang telah bertahun-tahun memberikan pelayanan rohani bagi anak-anak di lapas dan rutan di Pontianak, di akhir bulan Juni lalu, anak-anak remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang dulu bernama Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Pontianak bisa belajar memetik gitar.

Selama lima hari, Eddy Prastyo, seorang seniman dari Surabaya, datang ke lembaga itu untuk mengajar 42 anak bermain organ, drum dan memperbaiki alat-alat musik yang rusak dan karatan di lapas itu, karena tidak dimainkan. Padahal, menurut seniman  itu, ini kali yang pertama dia melatih anak-anak lembaga pembinaan memainkan alat musik.

Fransiskus Edy melihat banyak alat musik di lembaga itu tidak digunakan sehingga karatan dan rusak, maka dia berharap dengan pelatihan itu anak-anak bisa mendapat sentuhan lain lewat musik.

Meski pelatihan musik itu diorganisir oleh Dominikan  Awam Pontianak, namun pelatihan musik itu, lanjut Fransiskus Edy, bukan hanya untuk penghuni beragama Katolik, “tapi bagi semua penghuni, dan bukan musik rohani yang diajarkan, melainkan musik yang universal.”

Kepala lembaga itu, Slamet Budiono, mengakui pelatihan musik seperti itu baru pertama kali diadakan, karena pemerintah terbatas memberikan bimbingan di luar program formal yang ada seperti pembinaan rohani, pendidikan etika, keterampilan, dan penambahan wawasan.

Padahal, katanya seperti dikutip sebuah media di Pontianak, anak-anak binaan di situ menginginkan bimbingan skill, sehingga nanti berguna ketika mereka kembali ke masyarakat. Yang diberikan selama ini, lanjutnya, adalah bekal keterampilan sederhana seperti membuat batako, memelihara ikan, berkebun, mengelas besi, dan beberapa keterampilan ringan lain.

Fransiskus Edy membenarkan bahwa yang dibawa ke lembaga itu bukan hanya seniman. “Selain itu, ada paket seminggu saat anak-anak diberikan keterampilan menyulam yang dipimpin Suster Cleuza OP dari Pontianak. Dessy, Melisa dan Christian dari Surabaya juga datang memberikan pelatihan komputer dan pembuatan gelang dan Rosario. Sedangkan Robertus Herdiyanto, seorang psikolog dari Jakarta memberi motivasi.

Dessy berterima kasih karena mendapat kesempatan mendapatkan pengalaman baru menemani anak-anak itu. “Jujur aja, ini pertama kali berhadapan langsung dengan anak-anak lembaga pembinaan. Awal-awal ya, bingung dan dredeg. Tapi, Puji Tuhan … Yesus menyertai proses belajar ini.”

Dia mengaku mendapat banyak hal ketika bertemu Keluarga Besar Dominikan di Pontianak dan anak-anak di lembaga itu. Dessy juga mengagumi Sr Cleusa. “Beliau sosok suster aktif yang luar biasa buat Dessy. Di masa tuanya, dia masih kerja keras mengurus rumah dan kegiatan Gereja, tapi tetap enjoy dan ringan dalam menjalani kehidupan panggilannya. Keren banget.”

Beberapa pembinaan sudah dilaksanakan oleh Keluarga Dominikan Pontianak. Mereka akan datang lagi untuk pembinaan selanjutnya, selain yang rutin di bidang kerohanian. “Yang utama hendak kita beri adalah kehadiran sehingga anak-anak tidak merasa kita meninggalkan mereka dalam kesusahan. Mereka anak-anak kita juga. Buktinya, setelah pelatihan mereka merasa lebih termotivasi dan merasa tidak sendirian, mereka senang,” kata Fransiskus Edy. (Andrei Kurniawan OP/pcp)

Ist

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version